Apa itu krisis Rohingya?
Karena konflik dan bencana, 82 juta orang di seluruh dunia terpaksa mengungsi – rekor terbanyak dari waktu mana pun dalam sejarah modern. Tetapi banyak orang tidak menyadari bahwa salah satu krisis pengungsi terbesar dan paling mendesak di dunia sedang terjadi di Asia.
Selama beberapa dekade, orang-orang Rohingya telah dianiaya dan dilecehkan. Banyak dari mereka yang tetap bertahan di Myanmar terpaksa tinggal di kamp-kamp di negara bagian Rakhine, diusir dengan penuh kekerasan dari rumah mereka, desa mereka rata dengan tanah. Mereka yang melarikan diri dari target persekusi melakukan perjalanan berisiko tinggi melalui darat dan laut untuk mencari perlindungan di negara-negara seperti Bangladesh, Malaysia, Kamboja, Thailand, dan India.
Saat ini, hampir satu juta pengungsi Rohingya memadati distrik Cox's Bazar di Bangladesh, tempat yang telah menjadi kamp pengungsian terbesar di dunia. Banyak orang Rohingya tinggal di Penang, Malaysia, yang mereka capai dengan perahu kecil dalam keadaan penuh sesak melintasi Laut Andaman. Empat kamp di Banda Aceh, Indonesia juga menjadi rumah bagi para pengungsi Rohingya.
Sekarang sudah 30 tahun sejak Myanmar mengeluarkan keputusan kontroversial untuk mencabut hak konstitusional Rohingya sebagai warganegara. Rohingya tetap tanpa status kewarganegaraan, tanpa hak atau kebebasan dasar bahkan tidak diakui secara hukum sebagai pengungsi. Hal ini melucuti hak mereka yang paling dasar untuk mendapatkan perlindungan dan membuat mereka berada dalam keadaan terombang-ambing tanpa harapan dan tanpa masa depan yang jelas. Komunitas regional dan internasional berbagi tanggung jawab bersama terhadap 1 juta manusia yang putus asa ini. Mereka memiliki hak yang sama yang kita juga semua nikmati, untuk diterima, dibantu dan diintegrasikan. Sayangnya, peluang mereka sepertinya semakin buruk.
Rohingya butuh solusi jangka panjang yang berkelanjutan. Populasi ini tidak bisa terus diabaikan dan dilupakan, seperti pion dalam kebuntuan politik wilayah.

Apa yang kamu ketahui tentang Krisis Pengungsi Rohingya?
Uji pengetahuanmu.
Cerita tentang Rohingya
Kami seperti tinggal di penjara terbuka. Hidup seorang pengungsi adalah neraka, dan setiap hari keadaannya sama saja. Kadang-kadang saya menggigit diri sendiri untuk membuktikan apakah saya masih bisa merasakan sesuatu dan saya telah mencoba untuk bunuh diri.Faruk, seorang pengungsi Rohingya di Cox
Rohingya: Dianiaya di Myanmar, hidup terkungkung di Bangladesh, diperdagangkan dan hidup sebagai warga ilegal di Malaysia dan di tempat lain

Doctors Without Borders memberikan perawatan medis untuk Rohingya.
Di Myanmar, kami menjalankan klinik keliling dan layanan kesehatan di Negara Bagian Rakhine. Kegiatannya meliputi kesehatan mental, kesehatan reproduksi seksual dan dukungan bagi penyintas kekerasan seksual dan berbasis gender.
Di fasilitas kami di Cox' Bazar, Bangladesh, kami menyediakan perawatan kesehatan primer termasuk perawatan bersalin, perawatan kesehatan mental, dan konsultasi kesehatan mental individu.
Di Malaysia, kegiatan perawatan kesehatan utama kami meliputi edukasi kesehatan, dukungan psikososial, dan konseling kesehatan mental melalui klinik keliling berbasis komunitas dan klinik tetap di Penang.