Skip to main content

    Indonesia: Bekerja dengan Sekolah dan Fasilitas Kesehatan Percontohan dalam Promosi Kesehatan Remaja

    Mahesa S.P. sedang mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya setelah mereka menonton film pendek tentang pernikahan usia dini. Mahesa dan 10 temannya yang lain adalah anggota tim pelaksana kesehatan sekolah SMP 1 di Labuan.

    Mahesa S.P. sedang mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya setelah mereka menonton film pendek tentang pernikahan usia dini. Mahesa dan 10 temannya yang lain adalah anggota tim pelaksana kesehatan sekolah SMP 1 di Labuan. Mereka menerima pendidikan kesehatan dari promotor kesehatan komunitas MSF sehingga mereka dapat menyampaikan pesan kesehatan kepada teman-teman sebaya mereka. © Eka Nickmatulhuda

    Program berbasis sekolah ini saat ini berjalan di lima sekolah menengah pertama di Labuan dan Carita. Ini adalah komponen dari proyek kesehatan remaja MSF yang lebih luas dan mengaktifkan kembali program promosi kesehatan pemerintah Indonesia untuk anak sekolah, yang telah ada sejak tahun 1950-an. MSF saat ini menjalankan program promosi kesehatan remaja ini, termasuk inisiatif kepekaan pendidikan kesehatan, bekerja sama dengan sekolah-sekolah lokal dan fasilitas kesehatan masyarakat.

    Ai Uniati, kepala sekolah menengah pertama SMP N 1 Carita berbagi bahwa dengan diperkenalkannya program kesehatan remaja MSF di sekolahnya, ia memperhatikan bahwa para siswanya menjadi lebih sadar akan kesehatan mereka dan membuat mereka terbiasa bertemu dengan petugas kesehatan.

    Sebelumnya, para siswa lebih suka pulang karena tidak ada ruang khusus untuk kesehatan di sekolah. Kami biarkan saja. Para siswa juga takut untuk memeriksa kondisi kesehatan mereka karena mereka pikir akan disuntik. Tetapi dengan program kesehatan sekolah remaja MSF, para siswa sekarang memiliki tempat untuk mengetahui lebih banyak tentang kesehatan mereka dan siapa yang harus didatangi. Kami juga mencatat kondisi kesehatan para siswa dan merujuk mereka jika gejalanya serius.
    Risna Eliasari, Guru SMP N 1 Carita.

    Pada 2017, hampir sepertiga dari populasi Indonesia atau lebih dari 65 juta, adalah anak muda, berusia 10 hingga 24 tahun. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, kelompok ini sangat rentan, dan menghadapi hambatan dalam hal akses dan penggunaan layanan kesehatan serta hambatan sosial.

    Dampak signifikan

    Hingga saat ini, proyek kesehatan remaja MSF di Provinsi Banten telah mencapai 2.656 remaja yang dapat menerima pendidikan kesehatan; mendukung 5.349 konsultasi kesehatan remaja di dua fasilitas kesehatan; dan melakukan 62 sesi konseling. Program promosi dan pendidikan kesehatan remaja di sekolah telah berkontribusi besar dalam mendorong remaja di Labuan dan Carita untuk lebih sadar akan kebutuhan kesehatan mereka dan bagaimana mengakses layanan kesehatan.

    “Memiliki dukungan MSF, khususnya kesehatan remaja, sangat membantu,” kata Endang Yuningsih, koordinator program PKPR di Puskesmas Labuan. Menurutnya, jumlah remaja yang sekarang mengunjungi Puskesmas telah meningkat.

    Selain itu, program ini juga menghasilkan perubahan perilaku positif. Baihaki, kepala sekolah menengah pertama SMP N 1 di Labuan mengatakan bahwa ketika dia pertama kali datang ke sekolah, sekolahnya sangat kotor, dengan sampah di mana-mana. Program promosi kesehatan remaja MSF mencakup fokus pada lingkungan yang bersih untuk mencegah penyebaran penyakit.

    Dengan intervensi para guru dan MSF, para siswa menjadi lebih sadar akan lingkungan mereka. Sekarang ada tim pelaksana kesehatan sekolah yang sangat aktif yang terdiri dari 11 siswa yang memastikan bahwa sekolahnya bersih. Ada juga kebijakan sekolah di mana siswa harus membawa peralatan makan sendiri sehingga mereka tidak perlu membeli makanan dengan kemasan yang tidak perlu. Mereka juga menyerahkan setidaknya satu potong sampah sebagai tiket bagi mereka untuk melewati gerbang sekolah ketika pulang. Semua ini menghasilkan tidak hanya sekolah yang bersih tetapi juga meningkatkan kebersihan pribadi para siswa.

    Mahesa S.P. sedang mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya setelah mereka menonton film pendek tentang pernikahan usia dini. Mahesa dan 10 temannya yang lain adalah anggota tim pelaksana kesehatan sekolah SMP 1 di Labuan.

    Setelah diaktifkannya kembali program usaha kesehatan sekolah (UKS) remaja di SMP N 1 Carita, para siswa sekarang tahu ke mana harus pergi jika mereka mempunyai masalah kesehatan. © Eka Nickmatulhuda

    Program promosi kesehatan berkelanjutan

    Untuk memastikan keberhasilan program yang berkelanjutan, MSF bekerja dengan staf Puskesmas dengan memberikan panduan, pelatihan, dan pembinaan kepada guru dan kader. Program ini juga diawasi oleh pemerintah setempat.

    Sementara itu, tim pelaksana kesehatan sekolah terdiri dari siswa dari OSIS dan anggota Palang Merah Remaja, guru dan orang tua sebagai anggota dewan, dengan kepala sekolah sebagai ketua, dan kepala kecamatan dan kepala Puskesmas sebagai penasihat. Kolaborasi antar pemangku kepentingan ini terikat oleh sebuah surat keputusan.

    “Keputusan ini membuat setiap pihak, dari tingkat sekolah hingga tingkat administrasi kecamatan, memiliki rasa kepemilikan program. Setiap orang menyadari fungsinya, dan bekerja bersama untuk menjalankan dan memelihara program,” kata Baihaki.

    Melihat keberhasilan program ini, Puskesmas mereplikasi model MSF dalam mempromosikan kesehatan remaja di sekolah. Menurut Abdurrachman Fauzi, koordinator usaha kesehatan sekolah Puskesmas Labuan, mereka sekarang merevitalisasi 33 UKS di sekolah dasar di Labuan. 

    Categories