Campak merupakan penyakit yang mematikan namun mudah dicegah
Perkembangan terbaru
Hingga kini, campak merupakan penyakit yang sangat menular dan mematikan. Pada tahun 2022, Doctors Without Borders memvaksinasi lebih dari 4,1 juta orang untuk mencegah wabah campak. Sayangnya, diperkirakan 128.000 orang - sebagian besar adalah balita - meninggal pada tahun 2021 karena campak, kendati vaksin yang murah dan efektif sudah tersedia selama lebih dari setengah abad. Selain itu, pandemi ini juga menghambat proses vaksinasi anak.
Doctors Without Borders saat ini sedang menangani wabah campak di seluruh dunia - antara lain di Kenya, Republik Demokratik Kongo (DRC), Sudan Selatan, Yaman, dan lain-lain.
Apa itu campak?
Campak merupakan infeksi virus akut yang sangat menular. Penyakit ini ditularkan melalui jalur udara (menghirup droplet yang disebarkan oleh orang yang terinfeksi). Penyakit ini terutama menyerang anak-anak di bawah usia 5 tahun dan dapat dicegah dengan imunisasi.
Namun, penyakit mematikan ini dapat dicegah dengan mudah. Vaksin memberikan perlindungan yang hampir menyeluruh apabila seseorang divaksinasi dua kali, oleh karena itu, memastikan pemberian vaksinasi kedua pada anak sangatlah penting. Untuk menghindari wabah, 95% anak-anak harus divaksinasi dua kali; pengawasan ketat harus dilakukan; dan program vaksinasi rutin harus dilakukan untuk mencegah anak-anak tidak tervaksinasi.
Fakta singkat mengenai campak
Kelompok yang paling berisiko tertular campak adalah mereka yang belum atau tidak diimunisasi, terutama anak-anak berusia di bawah lima tahun. Daerah konflik atau daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi - seperti tempat pengungsian - dengan tingkat imunisasi yang rendah dan buruknya sistem kesehatan lokal kerap dilanda wabah. Republik Demokratik Kongo, Republik Afrika Tengah, dan negara-negara lain rentan terhadap wabah karena otoritas kesehatan setempat cenderung kekurangan sumber daya untuk pelaksanaan vaksinasi rutin.
Selain itu, daerah yang terpencil dan sulit di beberapa bagian dari negara-negara ini membuat pengangkutan logistik yang diperlukan untuk program vaksinasi sangatlah berat.
Campak disebabkan oleh virus yang sangat menular sehingga 90 persen orang yang tidak memiliki imunitas dan tinggal bersama penderita campak akan tertular; satu orang penderita dapat menularkan virus ini pada 18 orang lainnya. Virus ini ditularkan melalui hidung, mulut, atau tenggorokan orang yang terinfeksi melalui batuk, bersin, dan pernapasan. Vaksinasi adalah perlindungan terbaik terhadap campak.
Gejala campak muncul antara 10 dan 14 hari setelah seseorang terpapar virus yang meliputi pilek, batuk, infeksi mata, ruam, dan demam tinggi. Pada 20 persen kasus, campak menyebabkan komplikasi serius dan berakibat fatal, diantaranya diare berat, infeksi saluran pernapasan seperti pneumonia, kebutaan, dan ensefalitis (radang otak).
Tidak ada pengobatan antivirus khusus untuk campak dan penderitanya hanya diobati untuk gejalanya saja, misalnya gejala berupa demam. Penanganannya meliputi mengisolasi pasien dan mengatasi berbagai kemungkinan komplikasinya. Kebanyakan penderita sembuh dalam waktu dua hingga tiga minggu, tetapi di daerah dengan sumber daya yang terbatas, sebanyak 15 persen penderita campak meninggal akibat mengalami komplikasi. Anak-anak, terutama yang berusia di bawah lima tahun serta memiliki penyakit imunopati lainnya, seperti malnutrisi berat, menjadi kelompok terbanyak yang meninggal akibat penyakit ini.
Diperlukan konfirmasi diagnosis dari laboratorium untuk menyatakan suatu wabah. Di tempat yang penuh sesak atau tertutup, seperti tempat pengungsian, satu kasus campak yang terkonfirmasi dapat dianggap sebagai wabah karena penyakit ini menyebar dengan cepat dan mudah. Doctors Without Borders menangani wabah dengan memberikan pengobatan bagi penderita campak dan menggelar gerakan vaksinasi besar-besaran.
Doctors Without Borders telah memberikan vaksin campak kepada lebih dari 34 juta anak sejak tahun 2006.
Wabah dipicu oleh lemahnya sistem imunisasi publik dan rendahnya cakupan vaksinasi, termasuk di daerah konflik dan di lingkungan dengan jumlah penduduk yang tinggi, seperti di tempat pengungsian.
Seorang anak penderita campak menerima perawatan di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Abs, Yaman, yang difasilitasi oleh Doctors Without Borders. Pada paruh pertama tahun 2023, jumlah pasien campak yang dirawat di fasilitas yang difasilitasi oleh Doctors Without Borders meningkat hampir tiga kali lipat, yaitu hampir 4.000 pasien, dibandingkan sepanjang tahun 2022. © MSF
Ebtisam, 8 tahun. Dia dirawat di pusat isolasi pasien campak yang difasilitasi oleh Doctors Without Borders di Rumah Sakit Rada'a, Yaman. Ebtisam akan segera pulih dan dipulangkan dari pusat perawatan. Menanggapi meningkatnya kasus campak yang dilaporkan di wilayah gubernuran Al Bayda pada Februari 2023, Tim Darurat Bergerak MSF ((Mobile Emergency Team (MET)) memulai kegiatannya di Al Bayda untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan yang disebabkan oleh wabah campak di wilayah tersebut. © Majd Aljunaid/MSF
Pemandangan bangsal pasien campak di Rumah Sakit Umum Bangabola, tempat tim darurat Doctors Without Borders secara khusus memberikan perawatan bagi pasien dengan komplikasi campak, di Republik Demokratik Kongo. © Pacom Bagula/MSF
Miterand, pengendara sepeda motor Doctors Without Borders, sedang menurunkan logistik yang baru saja tiba menggunakan pesawat di bandara Gemena untuk vaksinasi campak di Bangabola. Beliau adalah salah satu dari tim pengemudi yang akan mengirimkan tim, logistik dan vaksin selama pelaksanaan vaksinasi di Republik Demokratik Kongo. © Pacom Bagula/MSF