Ukraina: Dalam perjalanan untuk bertahan hidup - Ambulans Doctors Without Borders dan korban perang
Ambulans Doctors Without Borders mengevakuasi pasien dalam kondisi kritis dari Druzhkivka, wilayah Donetsk ke rumah sakit di Dnipro, wilayah Dnipropetrovsk. Ukraina, Agustus 2024. © Olexandr Glyadyelov
- Perang di Ukraina, yang berlangsung sejak 2014, meningkat secara signifikan pada tahun 2022, dengan pertempuran sengit di wilayah timur, tenggara, dan timur laut.
- Doctors Without Borders mengoperasikan 17 ambulans di dekat garis depan, termasuk lima kendaraan ICU dan tiga kendaraan pengangkut multi-pasien.
- Pada tahun 2024, pengangkutan pasien meningkat sebesar 30% dibandingkan dengan akhir tahun 2023, dengan lebih dari 8.000 pasien diangkut dalam enam bulan terakhir.
“Sungguh tak tertahankan. Semuanya terasa menyakitkan. Sulit bernapas; rasanya seperti terbakar di mana-mana.”
Seorang pria berusia 45 tahun membisikkan kata-kata ini, nyaris tak menggerakkan bibirnya, sembari menunggu evakuasi medis dari rumah sakit garis depan di wilayah Donetsk. Ia terluka parah akibat penembakan, menderita luka bakar di 90 persen tubuhnya, termasuk organ dalam. Ia memerlukan perawatan medis khusus, yang seringkali hanya tersedia di rumah sakit yang jauh dari wilayah konflik. Ambulans Doctors Without Borders / Médecins Sans Frontières (MSF) membawanya ke Dnipro, pusat medis tempat pasien dari wilayah paling berbahaya menerima perawatan.
Ambulans Doctors Without Borders sering memindahkan pasien dari rumah sakit garis depan setelah operasi dan perawatan medis awal, tetapi tidak ada jaminan bahwa tidak akan terjadi apa-apa kepada mereka selama pengangkutan.Dmytro Bilous, Paramedis
"Perdarahan bisa terjadi, dan kondisi pasien dapat dengan cepat memburuk dari stabil menjadi tidak stabil. Kami membawa obat-obatan yang diperlukan untuk menstabilkan pasien dalam kasus seperti ini, atau menggunakan torniket dan memberikan obat hemostatik jika diperlukan," jelas Dmytro Bilous, paramedis Doctors Without Borders yang telah bekerja di dekat garis depan bersama tim ambulans Doctors Without Borders.
Dmytro Bilous, paramedis Doctors Without Borders berdiri di samping ambulans Doctors Without Borders di luar rumah sakit anak-anak di Sloviansk, yang saat ini menjadi pangkalan ambulans.
“Kami bertugas di rumah sakit anak-anak di Slovyansk, tempat ruang gawat darurat kami berada dan terdapat toilet di beberapa bangsal rumah sakit. Sambil menunggu permintaan, kami mengobrol, bertukar pengalaman, terkadang bermain teka-teki. Namun, sebagian besar hari-hari kami dihabiskan di jalan. Ukraina, Agustus 2024. © Olexandr Glyadyelov
Luka bakar dan cedera terkait perang—seperti trauma kepala, cedera tubuh dan anggota badan, kerusakan jaringan lunak, serta pendarahan hebat—mencakup lebih dari 60% kasus yang ditangani oleh tim medis kami saat mengangkut pasien dengan ambulans Doctors Without Borders. Hingga 31 Juli 2024, tim ambulans kami telah merujuk 8.000 pasien, dengan 15% di antaranya memerlukan transportasi menggunakan ambulans unit perawatan intensif (ICU). Lebih dari setengah cedera tersebut disebabkan langsung oleh perang skala penuh yang sedang berlangsung.
Tim medis Doctors Without Borders mengamati bahwa banyak fasilitas kesehatan yang terletak 20-30 kilometer dari zona konflik di Ukraina timur dan selatan hancur total akibat penembakan terus-menerus selama dua tahun terakhir, sementara sebagian lainnya mengalami kerusakan. Fasilitas yang masih beroperasi mengalami kekurangan tenaga medis yang parah. Sejak invasi skala penuh dimulai pada Februari 2022, banyak spesialis medis melarikan diri ke kota-kota yang lebih aman atau ke luar negeri. Rumah sakit juga menghadapi kekurangan tempat tidur, tidak hanya karena banyaknya korban perang, tetapi juga pasien dengan penyakit kronis, serangan jantung, stroke, dan cedera akibat kecelakaan mobil. Doctors Without Borders mendukung rumah sakit ini dengan membantu mengurangi beban mereka. Kebutuhan akan transportasi medis dengan ambulans menjadi sangat mendesak selama serangan rudal besar-besaran, saat rumah sakit kewalahan oleh banyaknya korban.
Ambulans Doctors Without Borders mengangkut pasien dengan luka bakar di 90% tubuhnya dan saluran pernapasan atas dari rumah sakit Druzhkivka, kota garis depan di wilayah Donetsk, ke Dnipro. Ukraina, Agustus 2024. © Olexandr Glyadyelov
“Akibat serangan di Kostiantynivka, wilayah Donetsk, pada 9 Agustus, 14 orang tewas, dan lebih dari 40 orang terluka. Sebuah supermarket dan kantor pos di pusat kota, tempat banyak warga sipil berada, terkena serangan. Ada puluhan orang yang terluka. Dokter dari Doctors Without Borders membantu perawatan luka dan penjahitan, dan kami juga mengangkut dua pasien yang terluka parah ke Dnipro menggunakan ambulans Doctors Without Borders. Dengan masuknya pasien trauma yang terus-menerus membutuhkan rujukan, tim ambulans Doctors Without Borders memastikan bahwa pasien dipindahkan ke rumah sakit tempat mereka dapat menerima perawatan khusus yang mereka butuhkan,” kata Christopher Stokes, Koordinator Darurat Doctors Without Borders di Ukraina.
Situasi ini menyoroti ketidakpastian tentang berapa banyak tempat tidur perawatan intensif atau bedah yang akan dibutuhkan di rumah sakit mana pun besok. Penembakan dapat terjadi kapan saja, dan tim kami beroperasi dalam keadaan darurat yang konstan. Ada beberapa kasus di mana pasien yang terluka akibat perang harus dievakuasi di bawah tembakan, tetapi petugas medis terus memenuhi tugas mereka.
"Saya punya anak. Dia marah saat saya pergi, bertanya, 'Kamu mau pulang, kan?' Saya selalu menjawab, 'Ya, tentu saja, saya akan pulang.' Saya harus berusaha agar dia tumbuh besar tanpa harus menyaksikan semua ini," ungkap Paramedis dari Doctors Without Borders Dmytro Bilous.
Ambulans Doctors Without Borders mulai melakukan rujukan medis di Ukraina pada April 2022. Saat ini, armada tersebut terdiri dari 17 kendaraan, didukung oleh 36 paramedis, 8 dokter, dan 26 pengemudi, yang semuanya bekerja tanpa lelah untuk memastikan perawatan yang tepat. Selain itu, ahli logistik, apoteker, dan koordinator memastikan operasi proyek yang efektif.
Paramedis Doctors Without Borders Dmytro Bilous menyebutkan bahwa mereka sering bertanya kepada warga sipil mengapa mereka terus tinggal di dekat garis depan meskipun ada bahaya. Respons yang paling umum adalah: "Kami tidak punya waktu untuk mengungsi." Menurut perkiraan jurnalis, sekitar satu juta orang di Ukraina terus tinggal di dekat daerah konflik. Mereka berpegang teguh pada rumah yang telah mereka bangun selama hidup mereka, pada jalan-jalan, taman, bunga, dan pohon yang sudah dikenal yang, meskipun ada perang, masih menghasilkan buah. Orang-orang ini berpegang teguh pada harapan akan perdamaian.