Doctors Without Borders menyerukan kebijakan yang menjaga kesehatan dan martabat pengungsi
©Richard Swarbrick/PRESENCE
Kuala Lumpur, 6 Februari 2024. Organisasi kemanusiaan medis internasional Doctors Without Borders/ Médecins Sans Frontières (MSF) menyatakan keprihatinan serius mengenai laporan baru-baru ini mengenai lebih dari seratus pengungsi yang melarikan diri dari Pusat Penahanan Bidor pada Kamis malam, termasuk hilangnya dua nyawa secara tragis. . Penahanan pengungsi secara sewenang-wenang dan tanpa batas waktu menimbulkan tantangan serius dan merupakan pelanggaran hukum internasional. Kami menyerukan upaya kolaboratif yang berfokus pada solusi yang manusiawi dan berkelanjutan.
Doctors Without Borders telah menjalankan klinik keliling di sejumlah pusat penahanan di Malaysia sejak tahun 2017, memberikan layanan medis, dukungan kesehatan mental, sumbangan barang-barang kebersihan dan obat-obatan serta pelatihan bagi petugas imigrasi. Kami telah menyediakan hampir 4.000 konsultasi individu di pusat-pusat tersebut.
Froukje Pelsma, Kepala Misi, mengatakan kondisi di dalam pusat-pusat tersebut, di mana orang-orang ditahan secara sewenang-wenang dan tanpa batas waktu, berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental para tahanan. Insiden terbaru ini, serupa dengan yang terjadi di pusat penahanan Sungai Bakap pada bulan April 2022, sekali lagi menyoroti perlunya menangani penderitaan masyarakat Rohingya dengan belas kasih dan pengertian. Saat ini terdapat sekitar 2.000 pengungsi Rohingya yang ditahan di Malaysia, dan mereka tidak mempunyai kewarganegaraan dan tidak ada jalan lain untuk mendapatkan status hukum.
“Meskipun mengakui kompleksitas yang dihadapi oleh pihak berwenang Malaysia, kami menganjurkan solusi alternatif yang menjamin kesejahteraan para pengungsi tanpa harus melakukan penahanan tanpa batas waktu. Pengamatan kami di pusat-pusat penahanan menunjukkan tingginya prevalensi masalah kesehatan, termasuk infeksi kulit, infeksi saluran pernafasan, masalah gigi, dan tantangan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan akibat keputusasaan dan ketidakberdayaan. Masalah-masalah ini diperburuk oleh kondisi hidup yang buruk, terbatasnya kesempatan untuk menjaga kebersihan diri dan kurangnya rangsangan mental dan fisik,” kata Pelsma.
“Mengingat kejadian baru-baru ini, kami mengulangi seruan kami untuk melakukan peninjauan komprehensif terhadap kebijakan terkait penahanan pengungsi. Penting untuk mencari alternatif selain penahanan, dengan mempertimbangkan kerentanan, trauma yang sudah ada sebelumnya, dan kebutuhan kesehatan para pengungsi,” Pelsma menambahkan.
Doctors Without Borders memuji upaya kolaboratif pemerintah Malaysia dengan organisasi kemanusiaan seperti Doctors Without Borders untuk mengatasi masalah kesehatan di pusat penahanan. Namun, kami menekankan pentingnya transisi dari tindakan jangka pendek ke solusi jangka panjang yang memprioritaskan hak dan martabat pengungsi.
Sebagai sebuah organisasi yang berdedikasi untuk menyediakan layanan medis bagi mereka yang membutuhkan, Doctors Without Borders menyerukan fokus baru pada dialog dan kolaborasi untuk mengembangkan kebijakan yang menjaga kesehatan dan martabat pengungsi sekaligus mengatasi kekhawatiran yang sah dari negara tuan rumah.
“Kita harus berupaya menuju pendekatan yang lebih penuh kasih dan efektif. Doctors Without Borders siap berkolaborasi untuk menemukan solusi berkelanjutan yang menjunjung tinggi martabat dan hak-hak mereka yang mencari perlindungan dari konflik dan penganiayaan,” tambah Pelsma.