Rumah Sakit Bersalin Khost Buka 24/7 – kami beristirahat ketika ada kesempatan
Bayi prematur dirawat di bangsal neonatus bersalin Doctors Without Borders di Khost. Afghanistan, 2013. © Vivian Lee/MSF
Saya pergi ke Afghanistan dua kali, sebagai seorang pekerja lapangan Doctors Without Borders / Médecins Sans Frontires (MSF). Tugas pertama saya di rumah sakit bersalin Khost. Saya bertugas di sana selama delapan minggu pada 2019 – jauh sebelum pergantian pemerintahan Agustus lalu. Tahun berikutnya, saya bertugas di rumah sakit Boost di Lashkar Gah, selama empat bulan.
Menurut saya, setiap misi bersama Doctors Without Borders selalu menjadi pengalaman yang luar biasa bagi saya. Di rumah sakit bersalin Khost, kami dapat menerima 70 hingga 80 pasien setiap hari. Karena minimnya fasilitas kesehatan di daerah tersebut, masyarakat datang ke Doctors Without Borders demi mendapatkan perawatan kesehatan.
Kapasitas rumah sakit yang cukup luas membuat kami bisa menyediakan tempat perawatan ibu dan bayi yang baru lahir dengan aman bagi keduanya, dan kami dapat menampung hampir 100 pasien. Karena layanan di Doctors Without Borders tidak dipungut biaya, beberapa orang lebih memilih untuk datang ke rumah sakit ini daripada ke klinik swasta yang harus membayar. Meskipun klinik umum gratis, mereka sering kehabisan obat sehingga masyarakat harus membelinya sendiri. Beberapa pasien bahkan harus menempuh perjalanan hingga dua atau tiga jam untuk sampai ke rumah sakit ini. Tetapi mereka mendapatkan layanan kesehatan tanpa khawatir akan biaya.
Pekerjaan saya adalah mengoperasikan unit bersalin bersama para bidan dan rekan lainnya. Peran staf internasional adalah melakukan pengawasan dan pelatihan bagi para dokter dan bidan staf Afghanistan. Kami menangani kasus obstetri dan ginekologi (OB-GYN) yang kompleks serta terlibat juga dalam perekrutan staf. Cabang kedokteran ini secara khusus merawat perempuan selama kehamilan dan persalinannya dan mendiagnosis serta merawat penyakit pada organ reproduksi perempuan. Para bidan dan dokter Afghanistan semuanya berbakat, tetapi ada banyak prosedur rumit yang harus ditangani. Namun dengan bekerja sama, kita bisa membuat banyak perubahan.
Seorang asisten bidan merawat bayi di ruang bersalin di rumah sakit bersalin Doctors Without Borders Khost. Afghanistan, 2021. © Oriane Zerah
Bagian dari pekerjaan saya adalah membantu para staf mengelola dan melakukan operasi untuk kasus OB-GYN. Sebagai rumah sakit darurat, kami buka 24 jam dalam seminggu. Jam kerjanya , 07:30 sampai 17:00, tapi tentu saja, itu tidak bisa diterapkan pada kasus OB-GYN. Seringkali saya mendapat telepon pada jam 5:00 pagi jika ada keadaan darurat atau ada yang tidak beres di rumah sakit, yang lokasinya bersebelahan dengan tempat tinggal saya. Jadi, kapan saya bisa beristirahat? Biasanya, keadaan tidak terlalu ramai di sore hari, jadi saya bisa istirahat.
Tinggal bersebelahan dengan rumah sakit adalah keuntungan bila keadaan darurat, tetapi saya selalu bertanya-tanya seperti apa kehidupan di luar gedung kami. Karena sehari-harinya, kami harus tinggal di dalam rumah sakit atau di gedung akomodasi kami, karena alasan keamanan. Kadang-kadang saya naik ke atap rumah sakit, untuk bisa melihat gedung-gedung di sekitar rumah sakit dan pegunungan di kejauhan. Kami diberi kesempatan untuk pergi ke pasar setiap dua minggu, tetapi kami hanya bisa pergi ke toko tertentu, dan ada batasan waktu.
Renny bersama rekan-rekannya di Rumah Sakit Khost. Afghanistan, 2019. © Renny Anggia Julianti
Penugasan saya selalu singkat. Meskipun saya tidak banyak menghabiskan waktu lama dengan rekan-rekan saya di rumah sakit, tetapi saya selalu memiliki perasaan campur aduk ketika harus mengucapkan selamat tinggal. Saya senang bahwa saya bisa pulang, tetapi sedih karena saya akan meninggalkan tim, menyadari bahwa saya mungkin tidak akan pernah bertemu mereka lagi.
Dengan tersedianya fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan kesehatan gratis atau terjangkau, mereka selalu sibuk melayani banyak pasien setiap hari, seringkali dengan kasus-kasus sulit. Meskipun demikian, mereka tetap bersedia membantu sesama perempuan, dan mereka adalah jantung dari Rumah Sakit Khost.
Renny Anggia Julianti is an Indonesian Ob-Gynecologist.