Respons Global COVID-19
Pandemi COVID-19 adalah keadaan darurat global yang belum pernah terjadi sebelumnya — penyebarannya yang cepat telah membanjiri sistem perawatan kesehatan, mengganggu perekonomian, dan mengubah kehidupan sosial di berbagai belahan dunia. Dalam istilah manusia, jumlah korban penyakit ini hampir tak terhitung: COVID-19 telah membunuh lebih dari 2 juta orang sejak pertama kali dilaporkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sejauh ini sudah ada hampir 80 juta kasus yang dilaporkan — dan banyak lagi yang tak tercatat.
Tim Doctors Without Borders merespons pandemi ini di lebih dari 70 negara. Tim kami merawat pasien, menawarkan edukasi kesehatan dan dukungan kesehatan mental, memberikan pelatihan langkah-langkah pengendalian pencegahan infeksi yang penting di fasilitas kesehatan, menyumbangkan alat pelindung diri (APD) dan mendukung upaya penanggulangan oleh otoritas lokal di seluruh dunia. Prioritas utama adalah untuk menjaga program kesehatan penting lainnya dalam proyek kami berjalan di tengah keadaan darurat baru ini.
Di mana pun kami bekerja, kami melihat bagaimana pandemi ini merugikan masyarakat yang sudah rentan dan terpinggirkan. Ini terlihat jelas di banyak negara dengan angka kematian tertinggi — termasuk di Amerika Serikat, India, Brasil, dan Meksiko. Kami juga merespon kebutuhan yang meningkat di negara-negara tempat kami menjalankan beberapa proyek kesehatan terbesar kami, seperti di Irak dan Yaman.
Tim Doctors Without Borders melakukan triase COVID-19 di Brussels @ Kristof Vadino, Brussel
Pasien virus coron, Alba Ramos, dirawat oleh petugas kesehatan Doctors Without Borders di unit perawatan intensif, di dalam unit COVID-19 yang dioperasikan oleh Doctors Without Borders bekerja sama dengan RS Pérez de León II di Caracas, Venezuela © Carlos Becerra
Tenaga medis mendukung penanggulangan COVID-19 di RS San Lazaro, Manila, Filipina. @Veejay Villafranca
Nader Owidat (Konselor Pendidik) sedang melakukan kegiatan promosi kesehatan COVID-19 bersama anak-anak di Masafer Yatta, kumpulan 19 dusun Palestina di Provinsi Hebron (Tepi Barat).
Krisis COVID-19 di India
Gelombang kedua COVID-19 mencapai tingkat yang sangat mengkhawatirkan di India. Doctors Without Borders telah meningkatkan intervensinya di Mumbai, di mana peningkatan jumlah orang dengan COVID-19 telah menghancurkan sistem perawatan kesehatan dan membuat kewalahan pekerja garis depan.
Permintaannya sangat besar. Bayangkan rumah sakit dengan seribu tempat tidur, ada 28 bangsal serta area darurat, korban, dan triase. Ini adalah rumah sakit darurat di tenda struktur logam besar. Masuk ke dalamnya untuk pertama kali adalah pengalaman yang tidak nyata; Saya belum pernah melihat yang seperti ini.Gautam Harigovind, Mumbai
- Asia Tenggara
INDONESIA
Doctors Without Borders terus melatih para pelatih, staf fasilitas kesehatan, dan kelompok yang disasar di Jakarta. Orang-orang yang dilatih oleh Doctors Without Borders kini mampu melakukan sesi promosi kesehatan di komunitas mereka, menghasilkan cakupan yang lebih luas.
Di Banten, kami juga terlibat dengan gugus tugas COVID-19 desa berbeda, sekolah, dll. Kami terus memberikan sumbangan APD ke dua puskesmas khusus di sana. Doctors Without Borders menyediakan kegiatan dukungan kesehatan mental dan psikososial COVID-19 di Banten dan Jakarta.
MALAYSIA
Di Penang, kami memberikan edukasi kesehatan COVID-19 dalam berbagai bahasa, termasuk Rohingya dan Burma, serta bantuan terjemahan di RS. Berdasarkan masukan warga, Doctors Without Borders mengembangkan kampanye promosi kesehatan COVID-19 dengan R-vision, jaringan berita daring Rohingya. Video yang diproduksi menjangkau warga Rohingya di Malaysia, Myanmar, Arab Saudi, India, kamp-kamp di Bangladesh dan di tempat lain.
Saat Malaysia menerapkan kembali Perintah Pembatasan Pergerakan (Movement Control Order/MCO) atau lockdown pada awal 2021, tim siap menambah bantuan bagi orang-orang yang tak dapat mengakses mata pencaharian mereka dan menggunakan kampanye informasi digital berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya. Advokasi kami terus fokus pada respons COVID-19 yang lebih inklusif, menyerukan kepada pemerintah untuk berhenti menyasar imigran dan pengungsi dalam penggerebekan imigrasi, yang dapat berisiko lebih besar menyebarkan COVID-19 di pusat-pusat penahanan.
MYANMAR
Halaman Facebook kami di Myanmar terus membagikan pesan pencegahan COVID-19 dan promosi kesehatan. Tim Doctors Without Borders memberikan bantuan kesehatan di lokasi karantina. Mereka bekerja dengan Kementerian Kesehatan dan Olahraga selama wabah COVID-19 di Negara Bagian Rakhine, yang berpuncak pada Agustus-September 2020 dan mereda pada bulan-bulan berikutnya.
Doctors Without Borders juga bekerja sama dengan Kemenkes untuk memindai, menguji, dan mengisolasi pasien terduga COVID-19, sambil memantau dan merawat pasien positif, memberikan APD dan memperbaiki cara cuci tangan serta edukasi tentang pemakaian masker yang tepat dengan warga kamp Sittwe dan Pauk Taw. Staf kesehatan kami, di Sittwe, bekerja sama dengan Kemenkes, juga mengambil sampel usap dari warga di kamp Sin-Tet-Maw dan Kyein-Ni-Pyin, di Kota Pauktaw
- Asia Selatan
AFGANISTAN
Doctors Without Borders beraktivitas di unit triase COVID-19 di Rumah Sakit Daerah Herat sehingga pengawasan dan pemantauan ketat terhadap situasi epidemiologis dapat terus dijalankan. Di Helmand, Doctors Without Borders melanjutkan rujukan pasien terduga COVID-19 ke Rumah Sakit Malika Suraya. Doctors Without Borders sepakat dengan Kementerian Kesehatan Masyarakat untuk memberikan pengobatan dan perawatan rumah sakit bagi empat kategori pasien yang terinfeksi COVID-19 (Tuberculosis (TBC), pasien bedah, pasien anak dan ibu melahirkan).
Di pusat TBC yang resisten terhadap obat (drug-resistant TB/DR-TB) di Kandahar, kami merawat pasien DR-TB yang terinfeksi COVID-19. Di Khost, pengasuh perempuan diizinkan kembali ke bangsal persalinan tetapi hanya selama jam kunjungan. Kegiatan promosi kesehatan mingguan rutin ke lima pusat kesehatan masyarakat yang didukung Doctors Without Borders di kabupaten telah dilanjutkan.
- Asia Tengah
KYRGYZSTAN
Untuk mencegah RS agar tidak kewalahan, Dokter Lintas Batas telah mendukung otoritas kesehatan regional di Batken dan Chuy Oblasts dalam memberikan perawatan berbasis rumah untuk pasien COVID-19 sedang dan ringan. Tim kami juga mendukung pusat kesehatan di Kadamjay Raion untuk memperkuat langkah-langkah kesiapsiagaan COVID-19 sambil memberikan saran teknis, memberikan bantuan logistik, mendukung inisiatif promosi kesehatan, dan membantu dalam pengawasan epidemiologi melalui pengumpulan data. Kami akan mengurangi program berbasis rumah pada bulan Mei.
TAJIKISTAN
Kami memprioritaskan kesinambungan perawatan berkualitas untuk layanan esensial bagi anak-anak dan orang dewasa yang hidup dengan tuberkulosis (TBC) bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Perlindungan Sosial Penduduk (MoHSPP) melalui program Dokter Lintas Batas saat ini yang fokus pada diagnosis, pengobatan, dan pelacakan kontak atau contact tracing. Tim kami melakukan penilaian terhadap apotek TBC Republican Center di ibu kota Dushanbe. Tujuannya adalah untuk menyiapkan pendekatan triase baru guna mengurangi risiko penularan COVID-19 di antara pasien dan staf. Proposal tersebut telah dibahas dan disetujui oleh Program TBC Nasional (NTP). Ini adalah pertama kalinya pendekatan semacam itu dicoba di sini. Kami telah mengembangkan kuesioner pasien untuk membantu triase, membangun ruang tunggu di luar ruangan dan memperbaiki alur pasien di apotek.
Setelah fase uji coba sistem triase baru selama dua minggu, kami membangun stan triase yang memadai untuk perawat. Dua ruang tunggu luar ruangan lainnya telah dibangun di pusat TBC di Rudaki dan Vahdat, dan pelatihan sambil bekerja atau on-the-job training telah disediakan untuk perawat yang bekerja di sana. Dengan langkah-langkah ini, tim Dokter Lintas Batas melihat adanya penurunan yang luar biasa dalam jumlah pasien yang menunggu di koridor dan peningkatan pengendalian infeksi di apotek TBC.
UZBEKISTAN
Kami terus mendukung langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi (infection prevention control/IPC) di seluruh sistem layanan kesehatan primer, dan pelatihan tentang langkah-langkah IPC juga diberikan kepada staf di fasilitas perawatan COVID-19. Selain itu, kami berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menangani pasien koinfeksi COVID-19 dan Tuberkulosis. Prosedur operasi standar yang disetujui oleh Kemenkes telah dikembangkan dan didistribusikan ke semua fasilitas medis.
- Asia Pasifik
PAPUA NUGINI
Sejak awal Maret, jumlah infeksi yang dikonfirmasi di Papua Nugini telah naik tiga kali lipat menjadi 3.500. Wabah ini banyak dialami petugas kesehatan dan kelompok rentan lainnya, seperti orang yang dipenjara dan orang yang bekerja di lingkungan tertutup, termasuk lokasi tambang. Sekitar sepertiga dari staf Doctors Without Borders yang bekerja di proyek tuberkulosis telah dinyatakan positif, sehingga kami terpaksa membatasi kapasitas untuk program reguler dan respons terhadap wabah COVID-19. Doctors Without Borders saat ini sedang merampungkan rencana untuk mendukung fasilitas perawatan darurat COVID-19 dengan 43 tempat tidur di Rumah Sakit Rita Flynn.
Doctors Without Borders telah mendukung Rumah Sakit Rita Flynn di Port Moresby dengan satu teknisi lab dan cartridge untuk menganalisis sampel tes reaksi rantai polimerase untuk infeksi SARS-CoV-2 sejak Oktober 2020.
NEGARA TERDEKAT: Di Asia, tim Doctors Without Borders turut menangani pandemi di Bangladesh, Kamboja, China, Hong Kong, India, Jepang, Nepal, dan Filipina.
- Eropa
BELGIA
Tim Doctors Without Borders terus merespons situasi COVID-19 di Belgia, dengan fokus pada orang-orang yang paling rentan. Kami memiliki dua tim keliling yang mendukung struktur resmi, seperti pusat penerimaan pencari suaka, dengan kegiatan berupa langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi serta edukasi. Di Brussel, Doctors Without Borders menyediakan perlindungan dan perawatan medis bagi pasien tunawisma yang positif COVID-19 atau kemungkinan positif COVID-19. Struktur ini dapat berfungsi untuk mengisolasi, memantau atau merujuk pasien bila diperlukan.
Tim penjangkauan masyarakat memberikan dukungan kepada orang-orang yang tinggal di tempat yang tidak sah (misalnya squat atau tempat yang tidak resmi). Doctors Without Borders melakukan pemeriksaan dan tindak lanjut medis, promosi kesehatan, tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi, pelacakan kontak, dan dukungan psikologis. Sejak 1 Januari 2021, tim telah membantu 800 orang.
PRANCIS
Klinik bergerak kami di dalam dan di sekitar Paris mengusulkan tes dan rujukan COVID-19 jika diperlukan. Kami memberikan bantuan medis di pusat COVID-19 yang khusus didedikasikan untuk pasien positif COVID-19 yang tidak dapat mengisolasi diri di rumah.
Pada bulan Maret, kami mengakhiri dukungan kami untuk panti lansia, karena kebutuhan untuk aktivitas ini menurun secara signifikan, seiring dengan kemajuan vaksinasi yang luar biasa di fasilitas ini. Doctors Without Borders dan Epicenter sedang mengerjakan tahap terbaru dari studi kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan di belasan panti lansia selama intervensi kami.
YUNANI
Di Athena, kami bekerja sama dengan Klinik Penyakit Dalam ke-3 Universitas Athena (NKUA-EKPA) dengan memberikan dukungan psikologis kepada petugas kesehatan garis depan, pasien COVID-19, dan keluarga mereka. Kami juga memberikan sumbangan APD kepada kelompok sosial yang rentan, termasuk lansia, pengungsi, tunawisma, perempuan atau korban kekerasan berbasis gender, tahanan, orang dengan masalah kesehatan jiwa, dan departemen pengangkutan udara dari Pusat Bantuan Darurat Nasional.
ITALIA
Di Roma, Doctors Without Borders melakukan pelacakan kontak dan isolasi untuk klaster COVID-19 di sepuluh bangunan yang menampung orang-orang yang menduduki lahan tidak resmi (squat) dan satu pemukiman informal, tempat para migran, pengungsi, dan beberapa warga negara Italia tinggal. Kami memfokuskan kembali strategi operasional kami dengan lebih mementingkan "kesiapsiagaan respons" daripada pencegahan. Bekerja sama dengan penghuni ruang-ruang ini, kami mempromosikan pembentukan komite pengawasan kebersihan dan kesehatan yang dapat memantau kasus-kasus terduga COVID-19, memberi tahu pihak berwenang dan mengisolasi sementara kasus yang dicurigai dan mendisinfeksi area.
Di Palermo, Doctors Without Borders mendukung pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi dan promosi kesehatan kepada organisasi masyarakat sipil yang menyediakan layanan bagi kelompok tunawisma dan terpinggirkan seperti tempat tinggal, makanan, dan distribusi kebutuhan penting lainnya. Kami bekerja di empat tempat penampungan informal untuk 800 migran dan orang-orang Italia yang terpinggirkan, banyak di antara mereka dengan kondisi medis yang kompleks. Mereka dimasukkan ke dalam ruang isolasi tanpa dukungan apa pun. Tim Doctors Without Borders terus menjalankan kegiatan promosi kesehatan dan pencegahan dan pengendalian infeksi di banyak pusat penerimaan migran resmi.
PORTUGAL
Kegiatan kami fokus pada promosi kesehatan melalui pekerja komunitas di daerah Lisbon dan Vale do Tejo, yang mayoritas penduduknya adalah orang Roma dan keturunan Afrika. Kami juga memberikan pelatihan tentang promosi kesehatan digital dan memberikan sumbangan alat pencegahan dan pengendalian infeksi dan perlengkapan kebersihan, termasuk masker, sabun, pemutih, dan gel hidro-alkoholik. Doctors Without Borders juga akan melaksanakan kegiatan kesehatan jiwa.
RUSIA
Kami terus membantu Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam memberikan edukasi kesehatan tentang pencegahan infeksi tuberkulosis (TBC) dan COVID-19, termasuk mendistribusikan selebaran yang dibuat oleh Doctors Without Borders tentang penggunaan masker wajah kepada semua pasien yang mengunjungi apotek TBC Arkhangelsk. Doctors Without Borders mendistribusikan perlengkapan kebersihan dan parsel makanan kepada pasien TBC yang resisten terhadap beberapa obat dan TBC yang resisten terhadap obat secara luas di wilayah utara Arkhangelsk. Para pasien ini juga menerima penyuluhan kesehatan dari perawat Kemenkes.
Di Moskow dan St. Petersburg, Doctors Without Borders melanjutkan kerja sama dengan dua LSM berbasis komunitas yang mendukung orang-orang rentan dan orang-orang yang termasuk dalam populasi kunci.
Doctors Without Borders memberikan pelatihan kepada staf medis dan paramedis tentang koinfeksi TBC/ HIV, COVID-19, dan konseling dasar. Doctors Without Borders juga mendonasikan APD untuk orang-orang yang mengakses layanan organisasi. Kami telah mengembangkan materi informasi kesehatan tentang pencegahan infeksi COVID-19, TBC dan HIV yang sedang didistribusikan.
UKRAINA
Sejak awal pandemi, Doctors Without Borders telah membantu Kementerian Kesehatan Ukraina dalam merespons COVID-19 di kota Kyiv, wilayah Donetsk dan Zhytomyr. Di kota Kyiv, Doctors Without Borders melatih staf di panti lansia dalam pencegahan dan pengendalian infeksi, dan memberikan dukungan psikologis bagi penghuni fasilitas ini. Di daerah Mariinka dan Donetsk, dua tim keliling Doctors Without Borderss terus melakukan pemeriksaan dan perawatan di rumah untuk orang-orang dengan gejala COVID-19 ringan. Tim juga menilai kebutuhan rawat inap berdasarkan tingkat keparahan gejala dan melakukan kunjungan tindak lanjut untuk pasien yang membutuhkan pengawasan medis lebih lanjut.
Di RS Krasnohorivka, Doctors Without Borders memasang 22 titik oksigen, melakukan pelatihan tentang manajemen kasus, menyumbangkan peralatan medis dan pelindung, serta mendukung triase dan pemeriksaan pasien. Doctors Without Borders berencana untuk membantu otoritas kesehatan meningkatkan akses ke tes diagnostik cepat dengan mengintegrasikan tes di klinik keliling mereka dan menyumbangkan alat tes cepat ke fasilitas kesehatan primer.
Di wilayah Zhytomyr, Doctors Without Borders memperkuat aktivitas rawat jalan kami untuk memastikan kesinambungan perawatan tuberkulosis yang resisten terhadap obat. Untuk itu, tim Doctors Without Borders memastikan akses ke obat-obatan dan dukungan psikososial untuk pasien tuberkulosis selama masa lockdown. Doctors Without Borders melakukan pelatihan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan pengendalian infeksi di rumah sakit, termasuk sesi tentang mengelola stres psikologis karena risiko tambahan dan beban kerja.
Di Donetsk dan Zhytomyr, Doctors Without Borders memberikan dukungan psikologis melalui hotline telepon untuk pasien, kerabat, dan petugas kesehatan.
- Timur Tengah
IRAK
Saat gelombang kedua menyapu Baghdad, kami telah memperluas kapasitas pusat COVID-19 kami dari 36 menjadi 51 tempat tidur. Kami hanya menangani kasus-kasus serius dan kritis dan ruangan selalu penuh, orang-orang menunggu di ruang gawat darurat sampai ada tempat tidur yang kosong. Irak mengalami jumlah kasus COVID-19 tertinggi yang pernah dilaporkan pada 25 Maret - 6.513 kasus - tetapi jumlah itu kemungkinan jauh lebih rendah dari yang sebenarnya Sejauh ini, hanya 386.000 dosis vaksin yang telah tiba di Irak, jumlah yang hampir tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan 216.000 dokter, perawat, dan staf paramedis negara itu.
Sementara Baghdad dan bagian selatan negara itu mengalami puncaknya, angka kasus di provinsi Ninewa di utara tetap rendah.
YORDANIA
Doctors Without Borders membuka pusat perawatan khusus COVID-19 dengan 30 tempat tidur, bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Yordania (MoH), UNHCR, dan lainnya, di kamp pengungsi Zaatari. Di 'area transisi' khusus di kamp, tim Doctors Without Borders juga melakukan pemeriksaan harian untuk pasien COVID-19 asimtomatik (kasus yang dikonfirmasi dan/atau orang yang merupakan kontak erat), mentransfer pasien yang membutuhkan perhatian medis ke pusat perawatan COVID-19 kami.
Karena jumlah orang dengan gejala COVID-19 (ringan dan sedang) rendah saat ini, kami berdiskusi dengan pihak berwenang setempat untuk menutup fasilitas kesehatan pada pertengahan Februari. Tim Doctors Without Borders akan tetap bersiaga jika ada peningkatan kasus yang drastis di kamp tersebut. Doctors Without Borders juga akan terus mendukung pengkajian medis orang-orang yang telah dikonfirmasi COVID-19 di area isolasi sesuai kebutuhan.
LEBANON
Di Lembah Bekaa, rumah sakit Doctors Without Borders di Bar Elias terus merawat pasien COVID-19, dan tempat tidur unit perawatan intensif (ICU) rumah sakit terisi penuh. Doctors Without Borders masih mendukung bangsal ICU di Rumah Sakit Pemerintah Elias Hraoui di Zahle dengan triase dan skrining anak-anak. Anak-anak yang diduga terjangkit COVID-19 disaring di area yang ditentukan, agar menerima perawatan yang tepat, kemudian dipindahkan ke rumah sakit rujukan atau pusat isolasi COVID-19.
Di Siblin, Lebanon Selatan, kami bekerja sama dengan Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA 2021) di pusat pelatihan yang diubah menjadi tempat isolasi. Kami akan mengakhiri dukungan kami pada akhir April, tetapi yang di pusat akan tetap bekerja.
Tim Respons Medis Doctors Without Borders terus mendukung strategi pengujian Kementerian Kesehatan Masyarakat (MoPH). Pada 19 Maret, Doctors Without Borders, bekerja sama dengan MoPH, mulai memvaksinasi lansia dan petugas kesehatan di panti lansia. Kami menyediakan personel untuk memvaksinasi kelompok-kelompok ini - sesuai kriteria prioritas MoPH - dan kami disuplai dengan vaksin melalui MoPH.
Secara paralel, Doctors Without Borders mengadakan sesi edukasi kesehatan, termasuk pesan-pesan informatif tentang vaksinasi COVID-19 dan cara mendaftar untuk mendapatkan vaksinasi.
LIBYA
Di Libya, kami terus mendukung Kementerian Kesehatan di satu lokasi pengujian COVID-19 di Tripoli dan memberikan pelatihan terkait COVID-19 kepada staf medis dan perawatan kesehatan. Kami juga terus memperkuat langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi di pusat-pusat penahanan (di Tripoli, Zliten, Zintan) - sebanyak mungkin mengingat kondisi yang tidak manusiawi di sana.
PALESTINA
Di Tepi Barat atau West Bank, Doctors Without Borders mengoperasikan hotline yang menawarkan konseling jarak jauh kepada pasien kesehatan jiwa dan keluarga mereka serta staf medis dan staf respons pertama lainnya yang terkena dampak wabah COVID-19. Kami melakukan promosi kesehatan COVID-19 dan kegiatan promosi kesehatan jiwa kepada masyarakat yang terkena dampak. Di Nablus, kami mendukung Rumah Sakit Bulan Sabit Merah Palestina dengan sumber daya manusia yang terampil, persediaan medis dan logistik. Di Hebron, kami bekerja di Rumah Sakit Dura untuk langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi serta triase, dan juga mendukung unit perawatan intensif dan membantu layanan air dan sanitasi.
Selain itu, kami memberikan pelatihan kebersihan, air dan sanitasi kepada staf di Rumah Sakit Al-Mohtassab serta pertolongan pertama untuk berbagai fasilitas perawatan kesehatan primer di dan sekitar Hebron.
SURIAH
(Timur laut) Sebagai bagian dari gugus tugas kemanusiaan COVID-19 yang diketuai oleh otoritas kesehatan setempat, Doctors Without Borders berkontribusi pada koordinasi respons COVID-19. Doctors Without Borders bekerja bersama Bulan Sabit Merah Kurdi untuk memberikan perawatan medis kepada orang-orang yang diduga dan dikonfirmasi terjangkit COVID-19 di satu-satunya rumah sakit khusus COVID-19 di Washokani, dekat kota Hassakeh. Baik mereka yang sudah boleh pulang dari RS, maupun yang mengisolasi diri di rumah dengan penyakit ringan didukung dengan peralatan kebersihan, penyuluhan kesehatan, dan identifikasi orang-orang yang rentan dalam rumah tangganya. Mereka juga mendapat penyuluhan perlindungan diri, tindak lanjut kontak rumah tangga mereka, dan tinjauan rutin status kesehatan mereka selama sebulan. Kami meningkatkan dukungan kami di Raqqa dengan fokus pada perlindungan petugas kesehatan, meningkatkan pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas perawatan kesehatan primer dan sekunder, meningkatkan triase dan perawatan untuk pasien suspect yang membutuhkan rawat inap sambil menunggu hasil tes, dan berbagi semua pelajaran yang dipetik dari respons kami di Washokani dengan organisasi kesehatan Raqqa. Uji PCR masih terbatas di wilayah tersebut, tanpa adanya jaminan pasokan saat ini. Jumlah rata-rata tes per hari telah menurun ke tingkat yang sangat rendah, sehingga sulit untuk menentukan skala wabah.
(Kamp Al Hol): Di seluruh kamp, tim kami terus menindaklanjuti 1.900 orang yang telah diidentifikasi sangat rentan terhadap gejala parah jika mereka tertular COVID-19 dan mendukung mereka berdasarkan kebutuhan individu. Banyak orang yang teridentifikasi mengidap penyakit tidak menular, seperti diabetes, hipertensi, asma, atau penyakit jantung.
(Barat laut): Doctors Without Borders terus memberikan perawatan untuk pasien dengan gejala sedang dan parah di pusat perawatan COVID-19 dengan kapasitas 30 tempat tidur di Rumah Sakit Nasional Idlib. Kami bekerja di tiga pusat perawatan COVID-19 yang baru dibuka di wilayah ini, dengan 31 tempat tidur, 34 tempat tidur di Afrin, dan 28 tempat tidur di Al-Bab. Di pusat-pusat tersebut, kami merawat pasien dengan gejala ringan, sedang dan berat, memberikan dukungan oksigen kepada pasien yang membutuhkannya. Di kamp tempat kami bekerja di barat laut Suriah, tim kami masih menyebarkan pesan edukasi tentang COVID-19 dan mendistribusikan perlengkapan kebersihan kepada keluarga.
YAMAN
Tim Doctors Without Borders terus melakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi, menyiapkan skrining dan triase, dan mengidentifikasi kasus potensial di Rumah Sakit Al-Salakhana dan Ad-Dahi di Provinsi Hodeidah serta Rumah Sakit Umum Pedesaan Dhi As Sufal, di Provinsi Ibb.
Di Aden, pada tanggal 22 Mei, Doctors Without Borders mendukung rumah sakit tersebut dengan sumbangan APD dan pelatihan bagi staf medis tentang pengelolaan triase untuk kasus terduga COVID-19 dan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi. Di Khamer (Provinsi Amran), unit perawatan COVID-19 kami, yang merawat pasien dengan infeksi saluran pernapasan dan pasien yang terduga terjangkit COVID-19 atau mengalami kasus COVID-19 sedang, masih menerima beberapa pasien baru.
Di Haydan (Provinsi Saada), kami mengurangi kapasitas unit perawatan COVID-19 menjadi dua tempat tidur karena penurunan jumlah penerimaan. Di Provinsi Lahj, tim Doctors Without Borders memberikan pelatihan kepada tim medis di distrik Yafa'a untuk mengelola triase, isolasi, dan rujukan pasien COVID-19. Rujukan ke pusat pengobatan di Lahj atau Aden (untuk kasus yang parah) atau rumah (dengan observasi) untuk kasus ringan.
Di Provinsi Abyan, Doctors Without Borders memberikan pelatihan bagi staf kesehatan pusat COVID-19, termasuk triase, diagnosis, mediko-terapi, fisioterapi, dan perawatan ICU untuk kasus kritis.
Di Rumah Sakit Abs dan Rumah Sakit Al-Ghomouri di Provinsi Hajja, Doctors Without Borders melanjutkan kegiatan skrining dan rujukan untuk kasus terduga COVID-19. Di kota Hajja, Doctors Without Borders mendukung rujukan dari Rumah Sakit Al-Ghomouri ke pusat isolasi Al-Rahadi.
- Afrika
BURKINA FASO
Doctors Without Borders masih bekerja di pusat perawatan COVID-19 di Ouagadougou dengan tindak lanjut rawat jalan, pengawasan dan pelacakan kontak, serta kegiatan edukasi di dalam komunitas. Di Bobo-Dioulasso, kota terbesar kedua di negara itu, kami memulai dukungan enam minggu untuk otoritas kesehatan setempat di salah satu pusat perawatan komunitas di kota. Tim mengakhiri pekerjaan mereka pada akhir Februari, tetapi mesin oksigen tetap memproduksi oksigen untuk pasien yang membutuhkan.
Di wilayah intervensi kami di beberapa bagian negara, kami terus menindaklanjuti situasi epidemiologis, karena kekhawatiran tetap tinggi di bagian utara, utara-tengah dan timur, di mana banyak pengungsi berada. Kami telah menyesuaikan langkah-langkah triase dan pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan yang kami dukung, mendirikan unit isolasi, dan melatih staf dalam pencegahan dan pengobatan. Dalam proyek kami, tim kami masih memberikan penyuluhan kepada komunitas.
KAMERUN
Jumlah orang dengan COVID-19 meningkat dengan adanya gelombang kedua pandemi. Kami sedang berdiskusi dengan Kementerian Kesehatan bagaimana memberikan dukungan lebih lanjut untuk respons nasional di Yaoundé.
REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO (RDK)
Di semua proyek kami di DRC, tim kami bekerja di bidang edukasi dan promosi kesehatan serta menerapkan langkah-langkah pencegahan, seperti menyediakan masker dan tempat cuci tangan, menyiapkan area triase dan isolasi, serta pelacakan kontak.
Dengan gelombang kedua menghantam Kinshasa pada bulan Desember dan kurangnya tempat tidur ICU yang tersedia di ibu kota, kami mulai mendukung Cliniques Universitaires de Kinshasa (CUK) - klinik Universitas Kinshasa - pada Januari 2021 untuk merawat orang-orang dengan kasus sedang dan parah di Unit COVID berkapasitas 40 tempat tidur milik CUK. Rumah sakit yang Didukung Doctors Without Borders di Kinshasa, didedikasikan untuk pasien HIV/AIDS, telah dilengkapi dengan tenda isolasi untuk orang-orang yang diduga dan dikonfirmasi kasusnya, serta sistem referensi. Pendekatan yang sama diterapkan di Provinsi Kasai, di Kananga, di mana Doctors Without Borders mendukung Rumah Sakit Umum dengan triase dan sumbangan ke rumah sakit dan puskesmas sesuai dengan kebutuhan mereka.
ESWATINI
Jumlah pasien COVID -19 menurun secara signifikan di negara ini. Pasien dengan penyakit bawaan atau comorbidity dikunjungi di rumah untuk memastikan kesinambungan perawatan. Selain itu, tim perawatan berbasis rumah dilatih tentang perawatan kritis untuk mempersiapkan gelombang ketiga yang diantisipasi.
ETIOPIA
Di wilayah Gambella, di dua kamp pengungsi Sudan Selatan (Kule dan Tierkidi), Doctors Without Borders telah mendirikan pusat isolasi COVID-19 dengan 20 tempat tidur dan satu lagi dengan kapasitas sepuluh tempat tidur. Di kota Gambella, satu tim mendukung triase COVID-19 dan pusat isolasi sementara di Rumah Sakit Gambella.
Sejak Mei, sebuah tim di Addis Ababa telah memberikan dukungan kesehatan jiwa kepada lebih dari 5.000 migran yang sebagian besar kembali dari Arab Saudi, Kuwait dan Lebanon dan ditempatkan di tiga pusat karantina COVID-19 di ibu kota. Doctors Without Borders mendukung staf medis dan non-medis Kementerian Kesehatan yang bekerja di pusat karantina dengan melatih mereka tentang kebutuhan kesehatan jiwa para migran.
Tim kami mendukung otoritas kesehatan regional di berbagai lokasi proyek kami di Wilayah Amhara dan Somali di pusat isolasi dan perawatan, serta pendidikan kesehatan. Kami juga telah melaksanakan kesiapsiagaan dalam semua proyek kami dengan menerapkan tindakan pencegahan dan kebersihan.
PANTAI GADING
Pada bulan Januari, negara tersebut mengesahkan beberapa vaksin (Pfizer, Moderna dan AstraZeneca). Kampanye vaksinasi diluncurkan pada awal Maret dengan target 500.000 orang akan divaksinasi di Abidjan, di mana lebih dari 95 persen kasus positif COVID-19 tercatat. Untuk mendukung kampanye ini, Doctors Without Borders memulai kembali proyek telemedicine kami bekerja sama dengan LSM lokal. Berbasis di pusat pengujian di Abidjan, tim membantu diagnosis penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi dengan vaksin COVID-19.
KENYA
Negara ini sedang mengalami gelombang ketiga yang intens. Sementara kesiapan negara untuk menangani gelombang baru dan kurangnya kapasitas pengujian memprihatinkan, banyak fasilitas isolasi tetap ditutup..
MALAWI
Menyusul puncak kasus di bulan Februari, angka kasus turun kembali ke tingkat yang jauh lebih rendah. Doctors Without Borders masih memberikan oksigen dan dukungan teknis ke Rumah Sakit Queen Elizabeth di Blantyre, tetapi pembukaan bangsal COVID-19 dengan 40 tempat tidur tambahan tidak diperlukan. Petugas kesehatan di negara itu sekarang sedang divaksinasi.
MALI
Di Bamako, kami mengakhiri dukungan COVID-19 ke fasilitas rawat inap Kementerian Kesehatan pada bulan Februari karena kasus yang menurun. Kami terus memperkuat kegiatan rawat jalan, seperti meningkatkan alur pasien COVID-19 dan area triase di puskesmas, tindak lanjut medis pasien positif COVID-19 di rumah, dan kegiatan edukasi.
MOZAMBIK
Kasus COVID-19 di Mozambik berlipat ganda pada bulan Januari saja. Doctors Without Borders menanggapi situasi tersebut dengan meningkatkan respons nasional.
Di Maputo, kami mendirikan dua tenda untuk menampung 16 orang dengan gejala sedang atau berat di Rumah Sakit Mavalane. Kami memasang mesin GeneXpert untuk meningkatkan pengujian dan diagnosis serta memberikan dukungan teknis untuk pengorganisasian pusat perawatan COVID‑19 baru dan pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi kepada petugas kesehatan garis depan setempat.
Di Montepuez, wabah kolera mencegah penerapan rencana kontinjensi COVID-19. Doctors Without Borders menyumbangkan bahan-bahan pembersih dan mendukung rumah sakit, mendirikan titik pra-triase di sana dan tiga pusat kesehatan. Pelatihan tenaga kesehatan direncanakan untuk mendukung pusat pengobatan COVID-19 yang akan dibuka.
Di Beira, kami membantu Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dengan triase di dua fasilitas kesehatan dan di Rumah Sakit Pusat. Kami juga mendukung pusat isolasi dengan 20 tempat tidur dan memberikan pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi dan manajemen kasus kepada petugas kesehatan garis depan Kemenkes. Kapasitas tenaga kesehatan juga ditingkatkan dengan satu dokter, lima perawat, enam promotor kesehatan, dan 14 petugas kebersihan.
NIGER
Doctors Without Borders mendukung logistik dan sumber daya manusia di rumah sakit Lamorde di Niamey, tempat orang dengan kasus sedang dirawat. Kami juga mendukung puskesmas di Magaria, Dungass dan Tillaberi dengan kegiatan air dan sanitasi, distribusi masker, mengatur triase pasien dan membantu tim investigasi dan respons. Kami melanjutkan pengawasan epidemiologi dan edukasi masyarakat. Di Diffa dan Agadez, kami telah mendirikan pusat isolasi di fasilitas kami.
NIGERIA
Kami terus mendukung promosi kesehatan dan memberikan dukungan teknis, pelatihan staf, dan pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi kepada otoritas lokal, rumah sakit, dan pusat perawatan kesehatan di semua proyek. Tim kami telah menyiapkan unit isolasi di Gwoza dan Pulka di mana kasus-kasus terduga dan terkonfirmasi COVID-19 dikelola. Kapasitas unit telah dikurangi menjadi lima tempat tidur di setiap fasilitas. Di Ngala, di mana kasus pertama kali dikonfirmasi pada pertengahan Februari, kami telah meningkatkan pengawasan epidemiologi dan mulai menjalankan pencegahan dan pengendalian infeksi serta kegiatan promosi kesehatan. Di Negara Bagian Ebonyi, kami mendukung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Pusat Pengendalian Penyakit Nigeria (CDC) untuk melakukan pengujian di pusat pengujian COVID-19 pertama di negara bagian itu. Saat ini, kami mendukung pembukaan kembali fasilitas 25 tempat tidur Kemenkes sebagai persiapan untuk gelombang kedua COVID-19 di negara bagian tersebut.
Di Sokoto, kami telah mendukung Kemenkes untuk merenovasi pusat isolasi dan perawatan dengan kapasitas 32 tempat tidur. Bersama pihak berwenang setempat, kami membantu melakukan kampanye edukasi masyarakat tentang COVID-19, menjangkau 370 permukiman. Kami telah melakukan promosi kesehatan, memasang titik air dan membagikan sabun kepada komunitas pengungsi di Benue dan Zamfara.
SENEGAL
Pada akhir September 2020, melihat penurunan dalam penularan dan tingkat keparahan kasus, Doctors Without Borders memutuskan untuk mengakhiri intervensi COVID-19 kami dan menutup proyek kami di Dakar, di distrik Guediawaye (pinggiran utara Wilayah Dakar), dan di Rumah Sakit Dalal Jamm. Semua kegiatan diserahterimakan kepada Kementerian Kesehatan. Peningkatan kasus positif dan kematian telah diamati sejak awal Desember 2020. Doctors Without Borders terus memantau situasi, diskusi terus berlangsung dengan otoritas kesehatan.
SIERRA LEONE
Doctors Without Borders adalah bagian dari pilar manajemen kasus dan pengawasan di Pusat Operasi Darurat Nasional (EOC) dan di EOC tingkat kabupaten di Kabupaten Kenema, Tonkolili dan Bombali. Ahli epidemiologi Doctors Without Borders terus bekerja dengan Kementerian Kesehatan dan Sanitasi (MOHS) dalam strategi pengawasan, pencegahan dan pengendalian infeksi (IPC), dan pengujian.
Dari Juli 2020 hingga Desember 2020, bekerja sama erat dengan tim manajemen kesehatan distrik, Western Area Urban, kami bekerja dengan sepuluh tenaga kesehatan komunitas dari area dermaga Thompson Bay di Freetown, yang bercirikan permukiman informal. Kami menyelenggarakan promosi kesehatan dan distribusi perlengkapan kebersihan. Seiring berjalannya waktu, tim medis distrik melaporkan semakin banyak orang yang datang ke klinik, yang merupakan pertanda bagus dari dampak promosi tersebut. Kegiatan promosi kesehatan dihentikan pada akhir Desember 2020, dengan serah terima kepada tenaga kesehatan masyarakat dan tim manajemen kesehatan Kabupaten. Kami akan terus memantau situasi COVID-19 di Freetown dan dapat melakukan respons di masa mendatang jika diperlukan.
SOMALIA DAN SOMALILAND
Ada banyak stigma seputar COVID-19, sehingga masyarakat yang merasa sakit enggan berobat ke puskesmas karena takut akan diskriminasi. Kapasitas pengujian juga sangat rendah karena kekurangan perangkat pengujian dan dana.
Di Somaliland, kami melatih anggota Tim Respons Cepat Kementerian Kesehatan dalam pencegahan COVID-19. Karena adanya langkah-langkah IPC untuk mencegah penyebaran infeksi, program reguler ikut terdampak, misalnya program imunisasi dan gizi rutin.
AFRIKA SELATAN
Pada akhir Februari, kami menutup kegiatan kami di Rumah Sakit Tersier Ngwelezana di Provinsi KwaZulu-Natal, tempat tim dokter dan perawat kami bekerja di rumah sakit lapangan COVID-19 dengan 113 tempat tidur. Mengantisipasi gelombang baru, tim kami di seluruh negeri sekarang secara aktif bersiap bekerja di area yang sudah terpukul keras - memanfaatkan pengalaman kami dan berfokus pada perawatan di dalam rumah sakit.
SUDAN SELATAN
Doctors Without Borders terus mendukung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Rumah Sakit Pendidikan Juba dengan donasi materi air dan sanitasi serta pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi. Kami juga terus mendukung Laboratorium Kesehatan Masyarakat Nasional (NPHL) - fasilitas pengujian utama di negara ini - termasuk dengan Pengawas Laboratorium Doctors Without Borders. Doctors Without Borders juga sedang berdiskusi dengan Kementerian Kesehatan tentang kemungkinan dukungan teknis untuk gudang NPHL untuk membantu memastikan manajemen stok yang lebih baik dan efisien untuk pengujian COVID-19.
Di luar Juba, dengan selesainya fasilitas pengujian Doctors Without Borders di Lankien, kini terdapat empat fasilitas pengujian Doctors Without Borders (satu di Lankien, Agok, Bentiu dan Malakal Protection of Civilian sites) yang menambah 23 fasilitas di seluruh negeri.
Di semua proyek di seluruh negeri, kami terus mengisolasi dan merawat pasien yang diduga atau dikonfirmasi COVID-19, meskipun jumlah pasien yang dikonfirmasi tetap rendah. Kami juga mendukung dan menerapkan langkah-langkah pencegahan, termasuk skrining dan penguatan pencegahan dan pengendalian infeksi, edukasi dan promosi kesehatan, serta pelatihan.
SUDAN
Doctors Without Borders telah mendapat persetujuan untuk melakukan survei seroprevalensi di Omdurman. Kami sedang berdiskusi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk memulai sistem dukungan berbasis rumah untuk pasien COVID-19, yang mencakup area yang sama.
Kami mendukung empat rumah sakit umum utama di Khartoum untuk memperkuat sistem skrining dan triase serta area isolasi mereka. Tujuannya adalah untuk melindungi atau membuka kembali layanan yang menyelamatkan nyawa dan mengembalikan kepercayaan di antara tenaga kesehatan.
Tim Doctors Without Borders mendukung dengan pelatihan, penguatan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi (IPC), sumbangan APD mingguan. Kami juga melatih staf dari sepuluh pusat perawatan kesehatan primer, menyumbangkan barang-barang IPC dan memberikan dukungan teknis di tempat, yang berlanjut di berbagai fasilitas di Khartoum. Kami juga mendukung Kemenkes untuk mengelola pusat isolasi di negara bagian Darfur Timur dan Kordofan Selatan.
TANZANIA
Doctors Without Borders adalah satu-satunya penyedia layanan kesehatan di kamp pengungsi Nduta, yang menampung sekitar 70.000 pengungsi Burundi. Lebih dari 250 staf Doctors Without Borders telah dilatih tentang kesiapsiagaan COVID-19 dan langkah-langkah respons untuk menanggapi potensi wabah. Tim kami terus mengatur latihan simulasi untuk menjaga kapasitas respons cepat. Kami tetap memiliki struktur triase di empat pos kesehatan, termasuk 100 tempat tidur di rumah sakit utama. Penyuluh kesehatan masyarakat kami di Kamp Nduta secara teratur mengedukasi masyarakat tentang kebersihan dan praktik kesehatan terbaik. Kami juga melanjutkan pemeriksaan suhu di triase di gerbang kamp utama dan mengelola titik cuci tangan.
ZIMBABWE
Sejak Februari, kami telah mendukung Pusat Isolasi Rumah Sakit Parirenyatwa, tempat rujukan utama negara itu untuk kasus COVID-19 di Harare - untuk membantu mereka bersiap menghadapi potensi lonjakan infeksi COVID-19 berikutnya. Kami bekerja untuk meningkatkan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi, meningkatkan alur pasien, dan mengatasi kekurangan APD, obat-obatan penting, dan persediaan medis. Selain itu, Doctors Without Borders telah merekrut dan mengerahkan staf medis untuk mendukung rumah sakit tersebut. Dukungan tersebut didasarkan pada penilaian kebutuhan yang telah kami lakukan dan termasuk meningkatkan kapasitas rumah sakit untuk menangani kasus COVID-19 yang masuk. Doctors Without Borders juga bersiap untuk memperluas dukungan COVID-19 ke pusat isolasi COVID-19 kedua, yaitu di Rumah Sakit Wilkins di Harare.
- Amerika
BRASIL
Saat Brasil menjadi episentrum COVID-19 dunia, tim Doctors Without Borders fokus ke utara negara itu, di mana terdapat kekurangan bahan dan sumber daya kesehatan manusia secara historis.
Pada pertengahan Maret, kami memulai kegiatan di ibu kota Rondonia, Porto Velho, dengan dukungan medis dan pelatihan di lima unit perawatan darurat. Fasilitas seperti itu sekarang merawat pasien dari tingkat penyakit sedang hingga kritis untuk waktu yang lama, karena rumah sakit yang penuh sesak tidak dapat menampung mereka.
Pada bulan Maret, kami memulai aktivitas di kota kedua di negara bagian itu, Ji-Paraná, di mana fasilitas COVID-19 dengan 75 tempat tidur setempat terlalu penuh, kekurangan staf, dan minim pasokan. Di Roraima, kami memberikan pelatihan bagi para profesional kesehatan di Pacaraima dan Caracaraí untuk meningkatkan perawatan pasien.
Kami terus memberikan dukungan kesehatan jiwa untuk para profesional dari rumah sakit umum terbesar dan satu unit perawatan darurat di Manaus, Amazonas.
BOLIVIA
Sebuah tim menilai kebutuhan di wilayah Beni, daerah pedalaman lembah Amazonia di timur laut negara itu. Kegiatan kami berfokus pada pelatihan tentang langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi (IPC) dan pelatihan medis di enam pusat COVID-19 yang mencakup lima kotmadya. Doctors Without Borders juga menyumbang APD dan obat-obatan.
HONDURAS
Di Tegucigalpa, Doctors Without Borders memulai kegiatan COVID-19 karena kasus yang meningkat di kota tersebut. Kegiatan ini akan memiliki tiga tahap yang berbeda dan bertujuan untuk mendukung sistem kesehatan dengan perawatan komprehensif di masyarakat, pusat kesehatan primer, dan rumah sakit.
Di tingkat komunitas, Doctors Without Borders membantu lima puskesmas dengan tim keliling yang terdiri dari perawat, psikolog, dan promotor kesehatan; mereka akan memberikan dukungan psikososial kepada komunitas melalui psikoedukasi dan dukungan psikologis melalui telepon individu. Selain itu, Doctors Without Borders akan memperkuat tindakan biosecurity di pusat kesehatan. Di tingkat rumah sakit, Doctors Without Borders akan memberikan dukungan psikososial di dua rumah sakit dengan unit COVID-19. Dukungan ini diperuntukkan bagi pasien dan keluarga dengan dukungan psikologis dan dukungan sosial jika diperlukan. Selain itu, Doctors Without Borders akan memperkuat kegiatan promosi kesehatan di rumah sakit. Fase ketiga terdiri dari mendonasikan dua ambulans dengan sopir dan perawat ke enam pusat triase kota. Ambulans akan membantu sistem kesehatan memindahkan pasien ke rumah sakit dan area isolasi.
MEKSIKO
Tim Doctors Without Borders merespons dengan intervensi kecil berupa perawatan berbasis rumah di Iguala selama puncak kasus pada Februari dan Maret. Tim Doctors Without Borders berpartisipasi dalam menindak lanjuti pasien yang tidak dirawat di rumah sakit yang memerlukan penanganan lebih serius karena kemungkinan komplikasi.
Kami telah mengintegrasikan respons COVID-19 kami dalam proyek migran reguler dan klinik keliling kami di negara bagian Guerrero. Sejak Januari 2021, kami telah melihat peningkatan jumlah migran yang melarikan diri dari kekerasan, pemerasan, dan situasi pelik di negara asal mereka di seberang Segitiga Utara Amerika Tengah (NTCA).
Tim pendukung tempat penampungan migran dalam persiapan COVID-19 mengakhiri kegiatan pada Februari lalu dan menyerahkan kegiatan tersebut kepada tim reguler.
Tim Doctors Without Borders yang berbasis di Tenosique dan aktivitas di penampungan La 72 telah memperluas kegiatan mereka ke tempat penampungan di Salto de Agua (Chiapas), yang menerima 150 hingga 200 migran per hari.
Di Reynosa, kami mendukung Rumah Sakit Umum dengan staf tambahan untuk merawat pasien COVID-19 dengan kasus ringan dan sedang. Kegiatan ini selesai pada akhir Maret. Tim di Reynosa dan Matamoros terus memantau situasi COVID-19 di kedua kota tersebut dan melakukan kegiatan promosi kesehatan.
PERU
Gelombang baru telah melanda Peru dengan brutal, rumah sakit penuh sesak dan staf medis yang kewalahan. Kami saat ini menyediakan perawatan untuk kasus non-kritis di pusat isolasi di Lima utara dan mendukung unit perawatan intensif di Rumah Sakit Huacho terdekat, dan menjangkau komunitas untuk memfasilitasi deteksi dini pasien potensial COVID-19 di antara warga.
VENEZUELA
Rencana respons Doctors Without Borders termasuk membantu pasokan medis dan perekrutan staf serta memperkuat layanan triase, diagnosis, perawatan, pengendalian infeksi, dan sistem di luar rumah sakit dalam proyek-proyek di Amazonas, Anzoátegui, Bolivar, Sucre, Táchira, dan Caracas. Doctors Without Borders juga mendukung perekrutan staf, perawatan, dan layanan sistem di luar rumah sakit di Rumah Sakit Vargas di Caracas, di mana kami memiliki 24 tempat tidur (termasuk empat untuk ICU).
Insidensi COVID-19 telah meningkat pesat dalam beberapa pekan terakhir di Caracas karena adanya varian baru dari Brasil. Kapasitas rumah sakit umum dan swasta sudah mencapai batas, dan tingkat hunian tempat tidur COVID-19 sudah mencapai 100 persen. Tim sedang mengevaluasi opsi untuk menambah jumlah tempat tidur yang tersedia di berbagai struktur kota, dan kami mempertimbangkan kemungkinan untuk memulai intervensi darurat baru. Kami telah meningkatkan intervensi kami di negara bagian Bolivar.
Respons COVID-19 Doctors Without Borders di seluruh dunia
Tidak Ada Paten, Tidak Ada Monopoli dalam Pandemi ini
Sementara negara-negara maju mencapai tonggak vaksinasi COVID-19 yang signifikan, negara berkembang menyaksikan peningkatan yang menakutkan dalam infeksi dan kematian akibat COVID-19, dengan sistem perawatan kesehatan Brasil dan India mencapai titik puncaknya. Negara-negara Asia Tenggara belum luput karena lonjakan infeksi COVID-19 baru sedang dilaporkan. Jumlahnya belum pernah sebesar ini di mana pun di dunia sebelumnya.
Vaksin untuk melindungi mereka yang rentan tidak tersedia dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fasilitas COVAX (COVID-19 Vaccines Global Access) dan negara-negara berkembang yang ingin memvaksinasi rakyatnya sebelum wabah. Indonesia dan Filipina, dua negara di kawasan yang secara konsisten mencatat jumlah infeksi tertinggi, memulai program vaksinasi mereka dengan lambat karena masalah akses.
Tim medis Doctors Without Borders memvaksinasi orang tua dan pekerja kesehatan garis depan di sebuah panti jompo di Tripoli, Lebanon. @Mohamad Cheblak / MSF
Karena alasan inilah Doctors Without Borders, melalui Access Campaign, secara aktif mengadvokasi untuk menghilangkan hambatan teknologi dan kekayaan intelektual (IP) untuk membuka pembuatan vaksin, obat-obatan, dan produk serta alat kesehatan lain yang diperlukan untuk melawan pandemi ini.
Doctors Without Borders telah menyaksikan secara langsung Norwegia, UE, Inggris, Kanada, dan Jepang menunda negosiasi mengenai proposal untuk meringankan penghalang IP untuk memperluas jumlah produsen di berbagai wilayah untuk memenuhi negara berkembang dan menyediakan perawatan potensial untuk semua negara. AS akhirnya setuju bulan ini untuk berpartisipasi dalam negosiasi dan dapat meyakinkan orang lain untuk mengikuti.
Ini langkah pertama. Negara-negara anggota seperti AS sekarang akan menghadapi tekanan kuat dari industri farmasi untuk mempermudah proposal pengabaian di Organisasi Perdagangan Dunia. Pemerintah harus bergabung dalam negosiasi secara aktif untuk memastikan pengabaian berlaku tidak hanya untuk vaksin tetapi juga untuk semua teknologi terkait COVID-19.
Tantangan Respons COVID-19
Doctors Without Borders memulai aktivitas pertamanya sebagai respons terhadap pandemi COVID-19 pada Januari 2020, dengan mengadaptasi dan meningkatkan aktivitas kami yang sedang berlangsung dan memulai aktivitas baru di banyak negara. Kami berkomitmen pada sumber daya yang substansial untuk mengembangkan proyek COVID-19 yang berdedikasi, menjaga perawatan kesehatan penting dalam program kami yang telah ada sebelumnya, dan mendampingi kementerian kesehatan dalam mempersiapkan dan/atau menghadapi pandemi. Dukungan ini seringkali dalam bentuk pelatihan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi (IPC), promosi kesehatan dan pengaturan layanan kesehatan.
Sebagian besar aktivitas terkait COVID-19 telah diintegrasikan ke dalam proyek reguler kami sambil mempertahankan beberapa proyek yang berfokus pada COVID-19. Apa yang kami lakukan sangat bergantung pada konteks: situasi epidemiologi lokal, kebutuhan kesehatan lokal, dan sumber daya kami. Masih sulit untuk memberikan narasi global tentang operasi kami, karena pandemi menyerang setiap negara di dunia dengan konsekuensi yang berbeda di tempat yang berbeda. Oleh karena itu, pendekatan kami juga bisa sangat berbeda dari satu negara ke negara lain, atau bahkan dari proyek ke proyek.
Kami sangat menganjurkan akses ke alat medis penting bagi semua, dengan biaya yang terjangkau. Untuk melawan virus dan penyakit baru diperlukan alat-alat baru seperti obat-obatan, tes dan vaksin. Penting untuk tidak mengambil keuntungan dari peralatan medis yang digunakan untuk pandemi ini; vaksin COVID-19, misalnya, harus tersedia untuk semua orang di seluruh dunia. Harga tinggi dan monopoli alat hanya akan mengakibatkan penjatahan dan kelompok tertentu kehilangan akses, yang akan memperpanjang pandemi.
Pemerintah, perusahaan farmasi, dan organisasi penelitian perlu mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa alat medis yang sangat dibutuhkan untuk COVID-19 dapat diakses, terjangkau, dan tersedia untuk semua. Pelajari lebih lanjut tentang tanggapan Doctors Without Borders dalam Menanggapi COVID-19: Laporan Akuntabilitas Global MSF.
- Apa itu COVID-19?
COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus korona baru yang disebut SARS-CoV-2, karena kemiripannya dengan virus penyebab SARS. Pada 11 Februari, Organisasi Kesehatan Dunia menamai penyakit yang disebabkan oleh virus korona jenis baru ini: COVID-19. Pada 11 Maret, WHO menyatakan bahwa penyebaran global penyakit yang sebelumnya tidak diketahui ini bersifat pandemi. Pada 4 Februari, COVID-19 telah menewaskan lebih dari satu juta orang. Ada lebih dari 104,4 juta kasus virus korona di seluruh dunia.
- Bagaimana virus corona ditularkan?
Virus dapat menyebar dari orang ke orang, termasuk oleh orang yang tampaknya tidak memiliki gejala. Hal ini mempersulit untuk mendapatkan gambaran jelas tentang cara penyebarannya.
WHO mencatat bahwa virus corona dapat ditularkan melalui percikan kecil dari hidung atau mulut yang menyebar ketika orang yang terinfeksi batuk atau menghembuskan napas. Orang juga dapat terinfeksi jika mereka menghirup percikan dari pengidap virus corona yang batuk atau menghembuskan percikan. WHO merekomendasikan untuk berjarak lebih dari tiga kaki dari orang yang sakit.
- Seberapa berbahayanya virus corona?
Perkiraan terbaru adalah bahwa 80 persen orang yang terinfeksi virus corona akan mengalami bentuk ringan atau sedang dari penyakit ini. Sekitar 15 persen akan berkembang menjadi bentuk penyakit parah yang membutuhkan rawat inap. Sekitar lima persen akan menjadi sakit kritis. Sistem perawatan kesehatan yang canggih mungkin dapat menyembuhkan beberapa pasien yang sakit kritis. Namun, bahayanya adalah bahkan sistem paling canggih sekalipun bisa kewalahan oleh jumlah besar orang yang akan perlu dirawat di RS.
Perawatan suportif dan intensif tingkat tinggi yang diperlukan untuk merawat pasien dengan COVID-19 menempatkan tantangan nyata bahkan pada sistem perawatan kesehatan paling canggih. MSF sangat memperhatikan konsekuensi potensial di negara-negara dengan sistem perawatan kesehatan yang lemah atau rapuh.
Virus ini lebih berbahaya bagi orang tua atau orang yang menderita infeksi atau penyakit lain. Anak-anak sejauh ini tampaknya kurang terdampak oleh penyakit tersebut. Angka kematian sangat bervariasi di satu tempat dengan tempat lainnya.
Tindakan kesehatan masyarakat seperti isolasi, karantina, dan pembatasan sosial umumnya diterapkan untuk membatasi penularan di masyarakat, mengurangi jumlah kasus baru dan pasien yang sakit parah, melindungi orang yang paling rentan, serta mengelola sumber daya kesehatan.
- Bagaimana cara mencegah diri saya terinfeksi?
Penting untuk melindungi diri Anda sendiri dan juga orang lain. Seperti virus corona lainnya, infeksi percikan tampaknya menjadi cara utama penularan. Virus masuk ke tubuh manusia melalui mulut atau hidung. Ini bisa terjadi dengan menghirup percikan yang terinfeksi atau tangan Anda menyentuh permukaan tempat percikan jatuh, lalu kemudian Anda menyentuh mata, hidung, atau mulut.
Tindakan pengendalian infeksi sederhana seperti mencuci tangan yang baik serta etika batuk dan bersin yang tepat efektif dan penting untuk pencegahan.
Kebersihan tangan adalah mutlak, jadi sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air. Gunakan sabun secukupnya, dan pastikan semua bagian kedua tangan Anda tercuci bersih. Luangkan setidaknya 20 detik untuk mencuci tangan. Jika tak ada kotoran yang terlihat di tangan Anda, gel berbasis alkohol juga menjadi pilihan yang baik.
Tetap di rumah saat Anda sakit, dan hindari kontak dengan orang lain. Jika Anda batuk atau bersin, tutupi mulut dan hidung Anda dengan tisu atau dengan bagian dalam siku Anda. Buang tisu bekas ke keranjang sampah segera dan cuci tangan Anda.
Jaga jarak sosial dianjurkan di tempat-tempat umum dengan penularan virus dari mana saja. Hindari keramaian dan pertemuan besar, intinya jaga jarak fisik antara Anda dan orang lain.
Mengingat masalah pasokan masker, sarung tangan, dan APD lainnya saat ini, kebutuhan staf perawatan kesehatan harus diprioritaskan.