Skip to main content
    Sudan report 3

    Konflik Sudan

    Kami mendesak para donatur, PBB, dan organisasi internasional untuk segera meningkatkan pendanaan serta memperluas program kesehatan dan gizi ibu.

     

    Lonjakan Kematian Bayi, Ibu Hamil, dan Ibu Baru di Darfur Selatan

    Informasi terbaru

    Laporan dari Doctors Without Borders:

    • Di hanya dua fasilitas yang didukung oleh Doctors Without Borders, tercatat 46 kematian ibu dalam delapan bulan pertama tahun ini. Angka ini mewakili lebih dari 7% dari total kematian ibu di seluruh fasilitas Doctors Without Borders di dunia pada tahun 2023.
    • Sementara itu, pemeriksaan terhadap 30.000 anak untuk malnutrisi menunjukkan tingkat malnutrisi akut yang lebih dari dua kali lipat ambang darurat WHO.

     

    Laporan Driven to Oblivion: The Toll of Conflict and Neglect on the Health of Mothers and Children in South Darfur mengungkapkan kenyataan yang menghancurkan: bayi baru lahir, ibu hamil, dan ibu baru meninggal dalam jumlah yang mengkhawatirkan. Darfur Selatan menghadapi berbagai krisis kesehatan secara bersamaan, namun hampir tidak ada respons internasional dari PBB dan pihak lainnya.

    Meskipun laporan ini berfokus pada satu negara bagian, isu-isu yang diangkat tersebar luas di seluruh Sudan. Kesenjangan antara kebutuhan mendesak akan layanan kesehatan, pangan, dan layanan dasar dengan respons internasional yang tidak memadai sangatlah tidak dapat diterima. Kami mendesak para donatur, PBB, dan organisasi internasional untuk segera meningkatkan pendanaan serta memperluas program kesehatan ibu dan gizi.

    Artikel terkait

    Sudan: Laporan Doctors Without Borders Ungkap Tingginya Kematian Ibu Hamil dan Anak di Darfur Selatan
    Sudan: Laporan Doctors Without Borders Ungkap Tingginya Kematian Ibu Hamil dan Anak di Darfur Selatan
    Driven to oblivion: the toll of conflict and neglect on the health of mothers and children in South Darfur atauTerjebak dalam keterpurukan: Dampak Kon...
    Sudan: Bantuan mendesak dibutuhkan untuk orang-orang yang kelaparan akibat blokade di Kamp Zamzam
    Sudan: Bantuan mendesak dibutuhkan untuk orang-orang yang kelaparan akibat blokade di Kamp Zamzam
    Setiap upaya harus dilakukan untuk akhirnya mengirimkan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan penting kepada komunitas yang terblokade dan kelaparan.
    Sudan: 500 Hari Perang dan Kegagalan Bantuan Kemanusiaan di Tengah Krisis Medis
    Sudan: 500 Hari Perang dan Kegagalan Bantuan Kemanusiaan di Tengah Krisis Medis
    Lebih dari setengah juta pengungsi Sudan telah menetap di Chad timur sejak pecahnya perang. Pihak-pihak yang bertikai di Sudan harus mengizinkan...
    Sudan: Laporan Doctors Without Borders dedah kematian mengejutkan akibat 'peperangan terhadap orang ramai'
    Sudan: Laporan Doctors Without Borders dedah kematian mengejutkan akibat 'peperangan terhadap orang ramai'
    15 bulan peperangan di Sudan, komuniti berdepan keganasan yang tidak mengenal sesiapa, pembunuhan, penyeksaan serta keganasan seksual di tengah-ten...
    Sudan: Doctors Without Borders menangguhkan khidmat rawatan penting di hospital Turki Khartoum
    Sudan: Doctors Without Borders menangguhkan khidmat rawatan penting di hospital Turki Khartoum
    Nairobi– Selepas lebih setahun insiden keganasan sama ada yang berlaku dalam atau luar Hospital Turki yang disokong oleh Doctors Without Borders / Méd...
    Sudan: Perang memperburuk kebutuhan kemanusiaan di negara tetangga Sudan Selatan
    Sudan: Perang memperburuk kebutuhan kemanusiaan di negara tetangga Sudan Selatan
    Sudan Selatan adalah salah satu negara yang paling terkena dampak perang di Sudan dengan hampir 680.000 orang menyeberang pada tahun lalu. Namun, m...
    Sudan: Doctors Without Borders mendesak perlindungan warga sipil dan rumah sakit setelah pemboman di dekat rumah sakit anak
    Sudan: Doctors Without Borders mendesak perlindungan warga sipil dan rumah sakit setelah pemboman di dekat rumah sakit anak
    Serangan udara yang mendarat di dekat rumah sakit anak Doctors Without Borders menewaskan dua anak dan menghancurkan gedung.
    Sudan: Doctors Without Borders terpaksa menghentikan operasionalnya di Wad Madani karena dihambat dan dilecehkan
    Sudan: Doctors Without Borders terpaksa menghentikan operasionalnya di Wad Madani karena dihambat dan dilecehkan
    Kebutuhan mendesak masyarakat di Wad Madani sangat memprihatinkan dan masih belum terpenuhi, namun Doctors Without Borders harus menghentikan operasin...

    Apa dampak dari perang di Sudan?

    Sebelum kekerasan meningkat pada April 2023, sistem kesehatan sangat tidak stabil, dengan indeks kesehatan yang terus menurun dan kesenjangan yang sangat besar antara daerah perkotaan dan pedesaan, serta antara masyarakat kaya dan miskin.

    Doctors Without Borders saat ini bekerja dan mendukung lebih dari 30 fasilitas kesehatan di 10 negara bagian di Sudan: Khartoum, Al Jazirah, Sungai Nil Putih dan Biru, Al Gedaref, Darfur Barat, Darfur Utara, Selatan dan Tengah, dan Laut Merah. Tim kami juga baru-baru ini melakukan pendampingan di Kassala. Kami menjalankan kegiatan di area yang diawasi oleh SAF dan RSF. Kami menyediakan layanan trauma, perawatan kehamilan, penanganan malnutrisi, dan layanan kesehatan lainnya.

    Jumlah kebutuhan ini sangatlah besar dan sebagian besar belum terpenuhi. Sejak April 2023, lebih dari setengah juta orang telah melakukan konsultasi medis di rumah sakit, fasilitas kesehatan, dan klinik keliling yang kami dukung. 

    Di titik-titik rawan kekerasan, banyak terjadi tindak pelanggaran HAM, bahkan warga sipil menjadi sasaran dan dibunuh.

    • Pada bulan Juni, lebih dari 1.500 warga Sudan yang menjadi korban perang dirawat di rumah sakit dukungan Doctors Without Borders di Adré (Chad) hanya dalam kurun waktu satu minggu.
    • Kami menangani para penyintas kekerasan seksual. Dari Juli hingga Desember 2023, 135 pasien yang datang ke fasilitas medis Doctors Without Borders di Chad bagian timur mengungkapkan bahwa mereka adalah penyintas kekerasan seksual. Semua korban merupakan perempuan, berusia antara 14 hingga 40 tahun, dan sebagian besar korban diserang sebelum mereka tiba di Chad. Dari 90% kasus, para penyerang tersebut memiliki senjata, dan 40% dari korban yang selamat mengalami tindak kekerasan seksual yang dilakukan oleh mereka. (Sumber)

    Dampak kesehatan tidak langsung dari perang juga sama buruknya. Sekitar 70% hingga 80% rumah sakit di daerah terdampak konflik tidak lagi beroperasi. Banyak orang yang harus melakukan perjalanan jauh, bahkan di tengah situasi yang sangat tidak aman, demi mendapatkan perawatan medis. Pasien kerap terlambat sampai di fasilitas kesehatan.

    Buruknya kondisi kehidupan, kurangnya akses terhadap air bersih, vaksinasi dan akses terhadap layanan kesehatan berpadu menciptakan kondisi wabah, seperti yang terjadi pada tahun lalu, dan memperparah penyebaran penyakit secara signifikan. Tim dari Doctors Without Borders telah menangani lebih dari 100.000 kasus malaria, mengobati lebih dari 2.000 penderita kolera, dan ribuan kasus campak.

    Ibu hamil khususnya sangat terdampak akibat kurangnya akses ke layanan kesehatan. Dalam setahun terakhir, Doctors Without Borders telah membantu lebih dari 8.400 persalinan dan melakukan 1.600 operasi sesar.

    Masalah lainnya yang terus berkembang adalah malnutrisi. Doctors Without Borders telah membantu pengobatan lebih dari 30.000 anak penderita malnutrisi akut dalam kurun waktu satu tahun.

    Doctors Without Borders juga beroperasi di Chad dan Sudan Selatan di mana lebih dari satu juta jiwa mengungsi sejak dimulainya perang di Sudan.

    Ini adalah krisis yang belum pernah saya saksikan sepanjang karier saya. Berbagai darurat kesehatan terjadi secara bersamaan, namun hampir tidak ada respons internasional dari PBB dan pihak lainnya. Bayi baru lahir, ibu hamil, dan ibu baru meninggal dalam jumlah yang mengejutkan; begitu banyak kematian disebabkan oleh kondisi yang sebenarnya bisa dicegah, namun hampir semua sistem telah runtuh.
    Dr Burkhardt, Manajer Aktivitas Kes.

    Tenaga kesehatan dan fasilitas medis harus dilindungi

    Sejak pecahnya konflik, tenaga kesehatan dan fasilitas medis mengalami penyerangan dan penjarahan yang mengakibatkan sebagian besar sistem kesehatan rusak dan/atau tidak berfungsi. Seiring meluasnya gelombang pengungsian dan keruntuhan ekonomi, sistem layanan kesehatan kini kewalahan dan hampir lumpuh total karena sebagian besar rumah sakit tidak lagi beroperasi di negara ini. Doctors Without Borders telah melakukan peningkatan dalam upaya pemulihan fasilitas rumah sakit di berbagai lokasi di Sudan, yang rusak atau dijarah sehingga tidak lagi beroperasi (terutama: Rumah Sakit Turki di Khartoum, Rumah Sakit Selatan dan Rumah Sakit Anak di El Fasher, serta Rumah Sakit Pendidikan Nyala).

    Fasilitas-fasilitas penting Doctors Without Borders di Khartoum, Darfur Selatan dan Barat dibobol pada awal konflik ini, pasokan dan peralatan medis vital telah dicuri, mengakibatkan kegiatan Doctors Without Borders di Sudan terancam.  

    Penyerangan terhadap layanan kesehatan
    • Sejak Doctors Without Borders mulai memberikan dukungan bagi rumah sakit Al Nao di Omdurman, beberapa rudal mendarat pada jarak yang cukup dekat, sekitar 500 meter dari rumah sakit. Pada tanggal 9 Oktober, penembakan menyasar unit gawat darurat, menewaskan dua penjaga pasien, dan melukai lima orang. Empat peluru lainnya meledak di luar rumah sakit, menewaskan dua orang dan melukai beberapa orang lainnya.
    • Awal Agustus lalu, RSF mengklaim bahwa SAF telah mengevakuasi paksa warga sipil dan menjadikan Al Nao sebagai rumah sakit militer. Pada saat itulah, staf Doctors Without Borders merawat warga sipil yang terluka akibat perang di rumah sakit tersebut, yang merupakan satu-satunya fasilitas medis yang masih berfungsi di Omdurman.
    • Memastikan fasilitas medis bebas dari senjata menjadi tantangan sehari-hari di Rumah Sakit Al Nao di Omdurman, Rumah Sakit Kas di Darfur, dan fasilitas lainnya di berbagai penjuru negara.
    Penyerangan terhadap staf dan tenaga medis Doctors Without Borders
    • Pihak-pihak yang bertikai telah melakukan kekerasan langsung baik terhadap staf Doctors Without Borders maupun staf rumah sakit yang didukung oleh Doctors Without Borders di Khartoum dan Darfur. Anggota tim dan tenaga medis pendukung mengalami serangan fisik langsung yang disengaja, pelecehan, ancaman, dan penahanan, serta menjadi sasaran berbagai tindak kekerasan lainnya. 
    • Beberapa tenaga kesehatan bekerja dalam dua shift ketika kondisi tidak memungkinkan bagi sejawat mereka untuk bepergian. Pada tanggal 5 Oktober, seorang perawat yang bekerja di Al Nao dihadang oleh seorang pria bersenjata di sebuah pos pemeriksaan ketika ia sedang dalam perjalanan untuk shift malam. Mereka menganiaya dan meninggalkannya di jalanan. Dia tidak sadarkan diri saat dibawa ke rumah sakit.
    • Pada tanggal 4 Juli 2023, sebuah peluru nyasar mendarat di halaman rumah sakit Al Saudi (Omdurman) - menewaskan seorang anggota staf Kementerian Kesehatan ketika sedang berjalan di dalam kompleks - sehingga mengharuskan rumah sakit tersebut pindah ke lokasi yang lebih aman di kompleks rumah sakit Al Nao. 

    Meskipun kasus-kasus di atas merupakan contoh, namun bukan merupakan kasus yang berdiri sendiri. Dalam situasi saat ini, staf Doctors Without Borders, pekerja kesehatan dan kemanusiaan terpaksa bekerja dalam suasana yang tidak aman, berisiko terhadap nyawa dan kesejahteraan fisik, yang semakin diperburuk oleh tindakan pelecehan, kecurigaan, dan kriminalisasi yang ditargetkan oleh pihak berwenang Sudan dan RSF (misalnya penahanan staf dan pekerja kemanusiaan).