Breadcrumb
- Home
- Kesehatan Mental: Situasi Darurat yang Tak Terlihat
- Apa yang Kami Lihat: Kesehatan Mental dalam Keadaan Darurat
Apa yang Kami Lihat: Kesehatan Mental dalam Keadaan Darurat
Di manapun kami bekerja, kami menemui banyak pasien yang menghadapi situasi sulit dan penuh tekanan seperti bencana, konflik, kehilangan, atau pengungsian.
Kondisi ini menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan depresi. Banyak pasien yang tidak dapat mengatasinya, dan tidak dapat melalui tantangan yang mereka hindari atau terus alami dalam kehidupan sehari-harinya. Seringkali, bahkan jika pasien kita sembuh dari luka fisik mereka, luka psikologis mereka tetap ada.
Noor tinggal di permukiman darurat Balukhali, Bangladesh.
"Jika seorang perempuan telah diperkosa dia akan segera merasa sendirian dan terisolasi. Dia tidak akan berbicara dengan siapa pun dan sulit menjaga dirinya sendiri. Saya telah membantu perempuan dari berbagai kalangan untuk berbicara tentang perasaan dan ketakutan mereka. Perempuan telah banyak menderita, banyak dari mereka telah kehilangan suami mereka. Sekarang mereka sendirian dan mereka harus mendidik anak-anak mereka."
Bangladesh, 2018. © Sara Creta/MSF
Pooja Iyer, seorang manajer kesehatan mental di pusat kesehatan dasar Doctors Without Borders di Jamtoli, Cox's Bazar, Bangladesh.
“Kami melihat peningkatan jumlah pasien dengan depresi dan kecemasan. Sebagian besar mengalami kekerasan dan kehilangan kerabat dekat di Myanmar. Di kamp-kamp, mereka tinggal di tempat penampungan sempit dengan kebersihan yang buruk. Terkadang sebuah keluarga beranggotakan sepuluh orang tidur berdesakan satu sama lain. Pipi bertemu rahang – bayangkan tidak memiliki ruang untuk meregangkan kaki Anda.”
Bangladesh, 2019. © Anthony Kwan
“Penyakit kejiwaan adalah salah satu penyakit yang paling sulit. Tetapi selalu ada harapan, dan saya telah mencapai kemajuan yang luar biasa. Sebelumnya, saya tidak bisa makan, tetapi sekarang bisa. Sebelumnya, saya tidak bisa tidur, tapi sekarang bisa, meskipun malam hari masih membuat saya sedikit takut, mungkin karena trauma belum bisa melupakan kehilangan seorang teman yang membuat saya sangat trauma," kata Aabir, perempuan 40 tahun yang berbagi pengalamannya tentang gangguan kejiwaan.
Aabir mendapat perawatan psikologis dan farmakologis di klinik Doctors Without Borders di rumah sakit Dar El Zahraa di Tripoli, sebagai bagian dari program Mental Health Gap yang dilaksanakan Doctors Without Borders sejak 2017.
Lebanon, 2019. © MSF/Jinane Saad
Krisis kesehatan mental meningkat di kompleks pengungsi Dadaab, di mana ratusan ribu pengungsi Somalia tidak bisa kemana mana selama beberapa dekade. Di Dagahaley, terjadi peningkatan angka percobaan bunuh diri, dan konsultasi psikososial melonjak lebih dari 50 per kasus dari tahun lalu, selama periode waktu yang sama hingga September.
Dalam foto ini, Haret Abdirahman duduk bersama putra bungsunya yang mengalami gangguan mental, saat berkonsultasi di klinik kesehatan mental Doctors Without Borders. Putra tertua Haret bunuh diri pada Agustus 2020, setelah dia menyatakan frustrasi akan hidup yang kosong.
Kenya, 2020. © MSF
Tim promosi kesehatan Doctors Without Borders di Hong Kong mengadakan sesi “pelatihan untuk pelatih” bagi pekerja rumah tangga Filipina dan Indonesia. PRT belajar tentang COVID-19, langkah-langkah pencegahan, dan mekanisme bertahan sebagai bagian dari pertolongan pertama psikologis.
Hong Kong, 2020. © MSF
Pada tahun 2017, kelompok-kelompok lokal yang berafiliasi dengan ISIS menyerang kota Marawi, dalam upaya untuk menguasai satu-satunya kota Islam di Filipina. Kota ini dikepung selama lima bulan, dari Mei hingga Oktober 2017, dan lebih dari 370.000 orang harus meninggalkan rumah mereka. Walaupun pengepungan sudah selesai, para pengungsi tetap dalam kondisi sulit bertahun-tahun setelah itu. Banyak pasien dari Marawi dan kota-kota sekitarnya mengunjungi Kantor Kesehatan Daerah untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan dan konsultasi gratis.
Marawi, 2020. © Veejay Villafranca/MSF
Lebih dari sekadar memberikan perawatan medis ... apa yang kami coba lakukan adalah membantu orang untuk percaya pada diri kembali dan percaya bahwa mereka masih memiliki martabat.Dr Jan Krisna Rodriguez, Filipino Doctor
Doctors Without Borders bekerja membantu pasien kami untuk pulih dari trauma mereka. Kami memiliki tim spesialis kesehatan mental dalam proyek kami di seluruh dunia, mereka mendengarkan, mendukung, dan memberikan perawatan kesehatan mental, sehingga pengalaman traumatis tidak membelenggu kehidupan pasien kami.
Dalam video ini, Dr Jaykee Krisna menerangkan program kesehatan mental MSF:
Pada tahun 2020, pandemi COVID-19 telah menambah beban lain bagi pasien kami, menyebabkan gelombang trauma, ketakutan, kehilangan, dan ketidakpastian. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan pelayanan kesehatan mental pembatasan perjalanan dan protokol kesehatan sangat mengganggu layanan kami.
Saat pandemi berlanjut, orang-orang juga meninggal karena malaria, kekurangan gizi, dan penyakit lain di negara-negara tempat kami bekerja, seringkali karena kurangnya layanan kesehatan yang tersedia. Pembatasan pergerakan menghambat orang mencapai klinik kami, kampanye vaksinasi dibatalkan, dan lain sebagainya.
Inilah mengapa Doctors Without Borders bekerja keras mempertahankan layanan kesehatan di masa pandemi sambil memastikan bahwa layanan kesehatan mental tetap tersedia.