Kami yang bertahan: Kehidupan Rohingya di Myanmar
Seorang perempuan menunggu di klinik Doctors Without Borders di negara bagian Rakhine, Myanmar. Maret 2022 © Ben Small
Orang-orang Rohingya telah mengalami persekusi di Myanmar selama beberapa dekade. Krisis kemanusiaan ini semakin parah ketika militer mengambil alih kekuasaan pada Februari 2021 – menyebabkan keadaan negara tersebut tidak kunjung membaik konsisinya bagi Rohingya.
Tanpa kewarganegaraan
Di Myanmar, Undang-Undang Kewarganegaraan baru mulai diberlakukan pada tahun 1982, membuat orang-orang Rohingya tidak memiliki kewarganegaraan, meskipun mereka telah tinggal di negara itu selama berabad-abad. Banyak dari mereka yang memilih untuk tetap di Myanmar terpaksa tinggal di kamp-kamp yang sangat padat dan kumuh di negara bagian Rakhine.
Jauh sebelum Rohingya dicabut kewarganegaraannya pada tahun 1982, mereka telah mengalami segregasi, terdiskriminasi dan menjadi sasaran kekerasan yang mengerikan. Diskriminasi, kekerasan dan praktik kerja paksa oleh otoritas Myanmar memicu eksodus lebih dari 250.000 Rohingya Muslim antara tahun 1991 dan 1992.
Kehidupan dalam tenda: Sebuah keluarga di kamp pengungsi pinggiran Sittwe di Myanmar. 2 Februari 2013. © Kaung Htet
Seorang anak yang sakit tidur dipelukan ibunya sambil menunggu hasil tes skrining malaria. Ibu dan anak berada di klinik Doctors Without Borders di sebuah kamp pengungsi di pinggiran kota Pauk Taw, Myanmar. 3 Februari 2013. © Kaung Htet
Apakah Anda memiliki air bersih? Di banyak kamp pengungsi, akses mendapatkan air bersih sering menjadi masalah. Orang-orang sering berkumpul di sekitar pompa air seperti ini, di sebuah kamp pengungsi pinggiran Sittwe di Myanmar. 2 Februari 2013. © Kaung Htet
Apakah Anda memiliki tempat yang bersih untuk memasak makanan Anda? Di kamp pengungsi di pinggiran Sittwe di Myanmar ini, seorang perempuan berusia 26 tahun menyalakan api di luar tendanya. 2 Februari 2013. © Kaung Htet
Seorang wanita berusia 65 tahun menjahit jaring ikan di sebuah kamp pengungsi di pinggiran kota Pauk Taw, Myanmar. 3 Februari 2013. © Kaung Htet
700.000 melarikan diri
Di negara bagian Rakhine, banyak orang Rohingya diusir paksa dari rumah mereka dengan kekerasan, seluruh desa diratakan dengan tanah. Pada Agustus 2017, lebih dari 700.000 orang Rohingya melarikan diri karena mereka menjadi sasaran kekerasan terbesar yang dilakukan oleh militer Myanmar. Saat ini, masih ada sekitar 600.000 orang Rohingya tanpa kewarganegaraan di seluruh negara bagian Rakhine. Orang Rohingya yang tetap berada di Negara Bagian Rakhine mengalami segregasi, intimidasi dan diskriminasi, yang—beberapa dampaknya—mengakibatkan tidak mendapatkan layanan kesehatan.
Sejak militer merebut kekuasaan pada Februari 2021, Myanmar belum juga memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk pemulangan pengungsi Rohingya secara sukarela, aman, bermartabat, dan berkelanjutan ke negara bagian Rakhine terutama dari kamp-kamp lintas perbatasan di Bangladesh, dan negara-negara terdekat lainnya seperti Malaysia dan India.
Orang-orang di Myanmar menggunakan thanaka, campuran yang terbuat dari kulit kayu giling di wajah mereka, berguna sebagai kosmetik dan perlindungan dari sinar matahari. Rakhine State, Myanmar, Maret 2022 © Ben Small/MSF
Di negara bagian Rakhine timur, Doctors Without Borders mendukung perawatan kesehatan primer, termasuk kesehatan mental, kesehatan reproduksi seksual, serta memberikan dukungan bagi para penyintas kekerasan seksual dan berbasis gender. Pada tahun 2021, tim Doctors Without Borders memberikan pendidikan dan pemahaman tentang kekerasan berbasis gender, hasilnya adalah meningkatnya jumlah penyintas dan kebutuhan penanganan yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk meningkatkan akses dan keamanan, Doctors Without Borders menjadwalkan hari-hari di mana hanya perempuan dan anak-anak yang dapat hadir. Rakhine State, Myanmar, Maret 2022 © Ben Small/MSF
Apa yang dilakukan Doctors Without Borders untuk Rohingya?
Doctors Without Borders telah menyediakan layanan kesehatan untuk semua komunitas di Rakhine sejak tahun 1994. Pada tahun 2004, tim Doctors Without Borders telah merawat lebih dari 1,2 juta pasien malaria di negara bagian tersebut. Namun, kami juga dipaksa untuk menangguhkan kegiatan medis kami beberapa kali, pada tahun 2012, 2014 dan 2017, sesuai perintah dari pihak berwenang. Pada bulan Agustus 2017, Doctors Without Borders menyediakan layanan kesehatan di kota Maungdaw dan Buthidaung di Rakhine Utara sebelum kegiatan tersebut ditangguhkan karena tidak diterbitkannya izin perjalanan dan adanya larangan kehadiran staf internasional. Pada saat itu, kami menjalankan empat klinik perawatan kesehatan primer di Rakhine utara – tiga di antaranya kemudian terbakar habis – dan menyediakan lebih dari 11.000 konsultasi perawatan kesehatan primer dan reproduksi per bulan, serta transportasi darurat dan bantuan untuk pasien yang membutuhkan rawat inap.
Saat ini, Doctors Without Borders menjalankan klinik keliling di berbagai lokasi di Negara Bagian Rakhine: Maungdaw, Buthidaung, Rathidaung, Pauktaw, Sittwe, Mrauk U, dan Minbya. Tim kami menyediakan perawatan kesehatan primer yang sangat dibutuhkan bagi komunitas sangat terpinggirkan, termasuk kesehatan mental, kesehatan reproduksi seksual, dan dukungan bagi penyintas kekerasan seksual berbasis gender.
Selama beberapa dekade, Rohingya telah menghadapi persekusi, dipaksa untuk hidup di kamp-kamp penampungan dengan tempat tinggal dan sanitasi yang tidak memadai. Doctors Without Borders mengunjungi kamp untuk memberikan layanan kesehatan yang penting bagi pasien. Pada Juli 2021, petugas kesehatan komunitas kami melakukan 23.107 kunjungan ke pasien di Negara Bagian Rakhine utara, memberikan pengobatan untuk lima penyakit ringan, memeriksa tanda-tanda kekurangan gizi, dan mempromosikan langkah-langkah pencegahan COVID-19. Rakhine State, Myanmar, Juli 2021. © Ben Small/MSF
Seperti apa kehidupan Rohingya yang tinggal tinggal di negara bagian Rakhine? Seperti apa kehidupan sehari-hari berada dalam krisis kemanusiaan selama puluhan tahun?
Ingat Rohingya. Ingat penderitaan mereka.
Tim Doctors Without Borders harus melakukan perjalanan jauh, melalui darat dan air, untuk menjangkau komunitas Rohingya, dan menyediakan layanan kesehatan dasar. Rakhine State, Myanmar, Maret 2022 © Ben Small/MSF
Tim Doctors Without Borders harus melakukan perjalanan jauh, melalui darat dan air, untuk menjangkau komunitas Rohingya, dan menyediakan layanan kesehatan dasar. Rakhine State, Myanmar, Maret 2022 © Ben Small/MSF
Tim Doctors Without Borders harus melakukan perjalanan jauh, melalui darat dan air, untuk menjangkau komunitas Rohingya, dan menyediakan layanan kesehatan dasar. Rakhine State, Myanmar, Maret 2022 © Ben Small/MSF
Tim Doctors Without Borders harus melakukan perjalanan jauh, melalui darat dan air, untuk menjangkau komunitas Rohingya, dan menyediakan layanan kesehatan dasar.
Layanan kesehatan primer di Rakhine
Di Rakhine timur, Doctors Without Borders terus mengoperasikan klinik keliling di Pauktaw, Sittwe, Mrauk U, dan Minbya. Tim ini mendukung perawatan kesehatan primer, termasuk kesehatan mental, kesehatan reproduksi seksual, dan dukungan bagi para penyintas kekerasan seksual berbasis gender. Kami merujuk orang yang membutuhkan perawatan lebih lanjut ke rumah sakit Sittwe, Mrauk U dan Minbya, dan Rumah Sakit Stasiun Maung Bway.
Beberapa pasien termasuk orang Rakhine yang mengungsi akibat konflik. Rumah Sakit Stasiun. Rakhine State, Myanmar, Mei 2022 © Ben Small/MSF
Doctors Without Borders memberikan vaksinasi COVID-19 di kamp-kamp yang merupakan wilayah kerja kami di Pauktaw dan Mrauk U. Pada Desember 2020, Doctors Without Borders bisa beroperasi di kamp Tay Nyo, setelah lebih dari sembilan bulan melakukan negosiasi. Rakhine State, Myanmar, Maret 2022 © Ben Small/MSF
Negara bagian Rakhine, Myanmar, Mei 2022 © Ben Small/MSF
Klinik keliling dan promosi kesehatan
Di Rakhine utara, Doctors Without Borders mengoperasikan klinik keliling di kota Maungdaw, Buthidaung dan Rathidaung.
Pada Februari 2022, Doctors Without Borders merujuk 451 pasien ke rumah sakit, menjangkau lebih dari 51.000 orang melalui kegiatan promosi kesehatan, dan menyelesaikan lebih dari 5.600 konsultasi rawat jalan. Petugas kesehatan masyarakat melakukan lebih dari 22.000 kunjungan. Tim-tim tersebut mendukung perawatan kesehatan primer, termasuk kesehatan mental, kesehatan reproduksi seksual, dan dukungan bagi para penyintas kekerasan seksual berbasis gender. Rakhine State, Myanmar, Maret 2022 © Ben Small/MSF
Promosi kesehatan adalah bagian penting dari pekerjaan yang dilakukan oleh Doctors Without Borders di Negara Bagian Rakhine. Pada kuartal ketiga tahun 2021, tim promosi kesehatan kami berhasil menjangkau 35.966 orang. Ketika kasus COVID-19 meningkat pada tahun 2021, kegiatan promosi kesehatan membagikan informasi melalui pengeras suara saat melewati kota Maungdaw. Rakhine State, Myanmar, Maret 2022 © Ben Small/MSF
Tim menyediakan perawatan kesehatan primer yang sangat dibutuhkan bagi komunitas yang sangat terpinggirkan, termasuk kesehatan mental, kesehatan reproduksi seksual, dan dukungan bagi penyintas kekerasan seksual berbasis gender. Selama tiga bulan pertama tahun 2022, kami mendukung total 8.942 konsultasi rawat jalan dan 446 rujukan darurat ke rumah sakit melalui klinik keliling dan para petugas kesehatan masyarakat. Rakhine State, Myanmar, Mei 2022 © Ben Small/MSF
Ketika petugas kesehatan masyarakat mengunjungi Rohingya di kamp-kamp, mereka melakukan kunjungan dari rumah ke rumah. Selama kunjungan rumah ini, mereka melakukan beberapa hal, termasuk penilaian gizi dan promosi pedoman kesehatan COVID-19. Beberapa petugas kesehatan juga memberikan konseling HIV dan kegiatan kesehatan mental.
Pada Mei 2021, Doctors Without Borders mulai menangani kasus kekerasan berbasis gender, dan berkoordinasi dengan pihak berwenang di Maungdaw untuk memberikan perlindungan. Rakhine State, Myanmar, Mei 2022 © Ben Small/MSF
Kehidupan sehari-hari bagi ribuan orang yang tinggal di negara bagian Rakhine selalu diwarnai perjuangan untuk membeli makanan, ketakutan akan keamanan diri, dan perasaan putus asa. Status quo yang berlarut-larut ini memiliki konsekuensi pada penurunan kesehatan mental. Rakhine State, Myanmar, Maret 2022 © Ben Small/MSF
Sementara tim keliling dapat memberikan banyak dukungan dengan perawatan kesehatan primer, masih ada beberapa kasus yang membutuhkan lebih banyak bantuan. Maret 2022 © Ben Small/MSF
Adakah harapan bagi kaum muda di Negara Bagian Rakhine? Myanmar, Mei 2022 © Ben Small/MSF