E-Hub: Meningkatkan Koordinasi Tanggap Darurat Melalui Pelatihan
Salah satu kelompok peserta sedang berdiskusi dalam sesi pelatihan tentang mencocokkan jenis sub-klaster kesehatan dengan tugas masing-masing. © Rizki Aulianisa/MSF
Kedaruratan medis merupakan ancaman langsung terhadap kesehatan atau nyawa seseorang yang memerlukan intervensi segera. Keadaan darurat ini bisa disebabkan oleh cedera, penyakit, infeksi, atau kondisi kronis yang tidak ditangani. Respons yang cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi atau bahkan hilangnya nyawa. Kedaruratan medis dapat berdampak pada individu, keluarga, kelompok, atau seluruh komunitas.
Meningkatkan kapasitas dalam manajemen keadaan darurat medis di wilayah berisiko tinggi merupakan bagian penting dari kesiapsiagaan bencana dan respons kemanusiaan. Ini memberdayakan tenaga kesehatan lokal, masyarakat, dan organisasi untuk menangani keadaan darurat dengan lebih efektif. Selain itu, hal ini juga mencakup peningkatan akses layanan kesehatan, diagnosis dini, serta manajemen yang tepat untuk mencegah penyakit serius, kematian, atau kecacatan. Dengan demikian, ketahanan masyarakat meningkat, kolaborasi diperkuat, dan kesenjangan dalam layanan kesehatan dapat diatasi.
Peningkatan kapasitas meliputi pelatihan dan pendampingan tenaga kesehatan dalam keterampilan klinis, manajemen kegawatdaruratan, pencegahan dan pengendalian infeksi, serta kesehatan mental. Selain itu, mungkin diperlukan penyediaan peralatan dan infrastruktur, serta peninjauan kebijakan dan pedoman yang ada, di antara langkah-langkah lainnya. Proses ini memerlukan pemantauan dan evaluasi berkelanjutan serta penyesuaian terhadap perubahan kondisi.
Proyek Peningkatan Kapasitas Pusat Kegawatdaruratan
Proyek E-Hub (Emergency Hub) dari Dokter Lintas Batas / Médecins Sans Frontières (MSF) di Indonesia, yang bertujuan meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan dan tanggap darurat, dilaksanakan melalui kerja sama dengan Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Pada 24-26 Oktober, tim melaksanakan pelatihan tiga hari untuk 34 tenaga kesehatan di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Pelatihan ini mencakup berbagai topik, termasuk prinsip dan komponen tanggap darurat medis, penanganan pasien dengan cedera serius, pengorganisasian layanan kesehatan untuk korban massal, serta koordinasi antar-layanan kesehatan dan pihak-pihak terkait. Fasilitator terdiri dari para ahli dari MSF, Kementerian Kesehatan, Muhammadiyah Disaster Management Center, serta Jaringan Dokter Muda Ikatan Dokter Indonesia (JDN IDI).
Pada 24-26 Oktober, 34 tenaga kesehatan di Lebak, Banten, mengikuti pelatihan tiga hari tentang respons medis darurat, manajemen korban massal, dan koordinasi layanan kesehatan yang difasilitasi oleh para ahli dari MSF, Kementerian Kesehatan, MDMC, dan JDN IDI. © MSF
Andrea Ciocca, Koordinator Proyek E-Hub
MSF menekankan pentingnya koordinasi dalam krisis kesehatan, yang berperan penting dalam mencegah duplikasi, fragmentasi, dan kesenjangan dalam respons kesehatan. Selain itu, hal ini memastikan kepatuhan terhadap standar tinggi, akuntabilitas, dan kualitas layanan.
Pelatihan yang komperhensif
Pelatihan ini mencakup berbagai topik terkait manajemen kedaruratan medis, termasuk konsep, prinsip, dan implementasi tanggap darurat; sistem koordinasi klaster; pelayanan kesehatan lintas sektor; organisasi layanan kesehatan; protokol keselamatan; cedera dan penanganannya; serta penilaian awal, stabilisasi, transportasi/evakuasi pasien, dan triase korban massal.
Sesi mendalam dipandu oleh Albert Nomeri, S.Sos, perwakilan Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan, yang berfokus pada konsep, prinsip, dan implementasi tanggap darurat. Sesi ini membahas mekanisme koordinasi antar sektor dan aktor untuk memberikan layanan komprehensif dan terintegrasi bagi masyarakat terdampak.
Peserta juga mempelajari peran dan tanggung jawab berbagai klaster seperti kesehatan, nutrisi, air, sanitasi, kebersihan, perlindungan, dan pendidikan. Pelatihan ini menekankan pentingnya kolaborasi efektif antar-klaster serta mengintegrasikan prinsip dan standar pelayanan kesehatan lintas sektor, mencakup aspek fisik, mental, sosial, dan lingkungan dalam keadaan darurat.
Simulasi pelatihan Darurat Medis E-Hub. © MSF
Klaster kesehatan mengintegrasikan berbagai aktor untuk memastikan akses dan penyediaan layanan kesehatan yang komprehensif dan terkoordinasi, menghindari duplikasi, serta menjamin kualitas dan akuntabilitas dalam penanganan. Kolaborasi lintas sektor ini pada akhirnya meningkatkan hasil kesehatan dan menyelamatkan nyawa.
Para peserta pelatihan interaktif ini memuji program tersebut, karena memberikan keterampilan baru yang dapat meningkatkan kinerja mereka dalam situasi darurat. Di saat krisis seperti pandemi, bencana alam, atau konflik, koordinasi yang efektif di antara klaster kesehatan menjadi sangat penting.
Seorang peserta menyatakan dalam jajak pendapat daring di akhir sesi, “Pelatihan ini sangat bagus dan menambah wawasan tenaga medis dalam penanggulangan bencana.” Peserta lain menambahkan, “Pelatihan ini sangat baik, semoga kegiatan seperti ini bisa terus berlanjut.”
Manajer Aktivitas Medis E-Hub