E-Hub: Manajemen Data Selama Bencana dan Krisis Kemanusiaan di Indonesia
GIS dan manajemen data sangat penting dalam situasi darurat seperti bencana atau wabah. Keduanya memproses data lokasi dengan cepat, membantu para responden membuat keputusan yang tepat dan cepat. © MSF
Indonesia, dengan beragam keindahan alam, budaya, dan satwa liar, terletak di jalur cincin api yang membuatnya rentan terhadap berbagai bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dan banjir, ditambah risiko wabah penyakit. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk meningkatkan kapasitas mereka agar selalu siap menghadapi bencana.
Dokter Lintas Batas / Médecins Sans Frontières (MSF), sebuah organisasi kemanusiaan medis internasional yang independen, melaksanakan proyek bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, bernama Proyek Emergency Hub (E-Hub). Proyek ini diluncurkan pada Desember 2022 dan dimulai pada Januari 2023, bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tanggap darurat, ketahanan, dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi keadaan darurat secara profesional di Indonesia.
MSF secara aktif memberikan pelatihan dalam empat bidang tanggap darurat: pelayanan kesehatan, dukungan kesehatan mental dan psikososial, kesehatan lingkungan, dan manajemen data.
Peran Penting Data dalam Merespons Keadaan Darurat
Mengelola data secara efektif selama keadaan darurat sangatlah penting, karena data yang akurat membantu pengambil keputusan untuk merencanakan dan bertindak cepat, yang bisa menyelamatkan nyawa.
Oleh karena itu, manajemen informasi yang baik melibatkan pengumpulan, pemrosesan, visualisasi, dan penjelasan data secara cepat. Hal ini diperlukan agar semua pihak yang terlibat dapat memanfaatkan informasi tersebut untuk merespons bencana di lapangan dan membuat keputusan yang efektif.
Memadukan Teknologi dan Pengalaman untuk Pelatihan yang Lebih Inklusif
Pelatihan manajemen data darurat bertujuan membantu petugas tanggap darurat dalam mengidentifikasi, memahami, dan mengarahkan bantuan medis ke lokasi yang paling membutuhkan. Materi pelatihan perlu disesuaikan dengan konteks daerah masing-masing, memperhatikan kondisi topografi yang unik di Indonesia serta daerah-daerah yang rentan bencana.
Sebagai contoh, daerah rawan gempa seperti Padang, yang lebih rentan terhadap banjir, memerlukan materi pelatihan yang berbeda dibandingkan dengan penanggulangan bencana di Jakarta. Selain itu, teknologi yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan dan peralatan yang dimiliki oleh para pelaku penanggulangan bencana, sambil tetap memenuhi standar penanggulangan bencana yang ada.
Peserta pelatihan "Dasar-dasar Sistem Informasi Geografis (GIS) dalam Situasi Darurat" membuat peta tematik menggunakan data yang dikumpulkan dari sesi praktik lapangan. © Rizki Aulianisa/MSF
Pelatihan Manajemen Data Dasar dalam Keadaan Darurat
MSF telah menyiapkan pelatihan berdasarkan pengalaman bekerja di lebih dari 70 negara, termasuk Indonesia. Tim tanggap bencana mengumpulkan data di lapangan menggunakan aplikasi Global Positioning System (GPS) dan mengolahnya menjadi peta dengan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG), yang sangat penting untuk pengumpulan data dalam keadaan darurat.
Pelatihan ini dimaksudkan untuk membantu para petugas tanggap bencana melaksanakan tugasnya secara efektif tanpa terhambat oleh keterbatasan pemahaman, keterampilan, atau peralatan. Secara keseluruhan, pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam mengidentifikasi dan memprioritaskan kegiatan selama intervensi medis kemanusiaan.