Skip to main content

    Suriah Utara: Krisis air akut menimbulkan risiko kesehatan yang serius

    isplaced women carrying a pail of clean water provided by MSF in a camp in northwest Syria.

    Seorang pengungsi membawa seember air bersih yang disediakan oleh Doctors Without Borders di sebuah kamp di barat laut Suriah. Suriah, 2021. © Abdurzaq Alshami

    “Bahkan ketika air tersedia dan dapat diakses oleh orang-orang di Suriah utara, terkadang air tersebut tidak aman dan terkontaminasi,” kata Ibrahim Mughlaj, petugas promosi kesehatan Doctors Without Borders di barat laut Suriah. “Kami sering dihadapkan pada dampak kesehatan akibat kualitas air yang buruk, yang sering membawa penyakit yang ditularkan melalui air dan masalah kesehatan lainnya ke dalam kamp, seperti diare, hepatitis, impetigo, kudis, dan banyak lainnya,” katanya.

    “Sementara di wilayah barat laut saat ini terjadi peningkatan yang mengkhawatirkan dalam kasus COVID-19, terbatasnya akses ke air juga sangat menghambat langkah-langkah kebersihan penting untuk pencegahan dan pengobatan virus,” kata Mughlaj.

    Di seantero Suria utara, para aktor kemanusiaan berusaha mengisi kesenjangan dan menanggapi banyak kebutuhan, tetapi aksesibilitas keseluruhan ke air dan fasilitas sanitasi tetap menjadi masalah, terutama karena penurunan dana untuk kegiatan semacam itu. Kegiatan terkait air, sanitasi dan kebersihan (WASH) saat ini hanya mewakili empat persen dari seluruh anggaran tanggap kemanusiaan untuk seluruh Suriah, yang mana kurang dari sepertiga dari pengeluaran tahun lalu untuk kegiatan yang sama.

    Displaced people are filling their barrels with clean water provided by MSF in a camp in northwest Syria. Syria, 2021. © Abdurzaq Alshami

    Pengungsi mengisi tong mereka dengan air bersih yang disediakan oleh Doctors Without Borders di sebuah kamp di barat laut Suriah. Suriah, 2021. © Abdurrazaq Al Shami

    Dampak dari berkurangnya pendanaan

    Di barat laut Suriah, penurunan dana ini telah menyebabkan banyak organisasi menghentikan kegiatan pengangkutan air dengan truk di beberapa kamp. Daerah Deir Hassan misalnya, sangat terpengaruh oleh pengurangan layanan ini. Sejak Mei 2021, jumlah kasus penyakit yang ditularkan melalui air meningkat pesat di daerah tersebut. “Hanya antara bulan Mei dan Juni 2021, yang merupakan periode ketika sebagian dari kegiatan ini dihentikan, penyakit yang ditularkan melalui air meningkat sebesar 47 persen,” kata Teresa Graceffa, koordinator medis Doctors Without Borders untuk Suriah.

    Pada Juli 2021, tim kami melihat peningkatan kasus diare di lebih dari 30 kamp di provinsi Idlib dan juga mendeteksi kasus kudis yang sering terjadi dan penyakit yang ditularkan melalui air lainnya selama konsultasi mereka di kamp pengungsian.

    Sejak awal tahun, 28 persen dari total konsultasi di rumah sakit yang didukung Doctors Without Borders di provinsi Idlib dilaporkan sebagai kasus diare akut. Oleh karena itu, kami meluncurkan tanggap darurat sementara dan mendirikan Titik Rehidrasi Oral (ORP) di rumah sakit, untuk memberikan perawatan bagi pasien dengan dehidrasi ringan hingga sedang dan untuk menginformasikan, membangun kesadaran, dan mendidik masyarakat tentang cara mencegah penyebaran diare.

    Tapi ini bukan masalah hanya sekali muncul. Ini adalah tantangan berulang yang dihadapi tim kami karena masalah struktural yang semakin memburuk seiring berjalannya waktu karena dana untuk kegiatan tersebut berkurang.
    Dr Mohammed El-Mutwakil, koord. lapangan

    Di timur laut Suriah, orang-orang juga sangat terdampak oleh penyakit yang ditularkan melalui air, serta terjadi peningkatan kerawanan pangan dan munculnya risiko lebih tinggi akan malnutrisi, akibat kualitas air yang buruk dan ketersediaan yang berkurang. Pusat kesehatan primer yang didukung Doctors Without Borders di Raqqa melaporkan bahwa jumlah kasus diare pada Mei 2021 naik 50 persen lebih tinggi dibandingkan Mei 2020.

    Di Hassakeh, satu juta orang menghadapi penurunan akses ke air selama hampir dua tahun, karena gangguan berulang dan berkelanjutan dari penyediaan air dari stasiun air Alouk yang berada di bawah kendali otoritas Turki. Selain itu, orang-orang di timur laut Suriah terkena dampak penurunan parah volume air yang mengalir di sungai Efrat, yang merupakan sumber air paling signifikan untuk daerah tersebut.

    Mengisi celah

    Kurangnya jumlah air dan fasilitas sanitasi sering menyebabkan orang melakukan mekanisme penanggulangan yang tidak aman. “Kadang-kadang kami membeli air sendiri,” kata Hussain Muhammad, seorang pria yang saat ini tinggal di kamp pengungsian di provinsi Idlib. “Tapi kalau tidak bisa membeli sendiri, kami harus menunggu bantuan dari organisasi kemanusiaan. Dan jika tidak datang, selama musim dingin kami menaruh pot di bawah hujan untuk menampung air,” katanya.

    “Karena atap dan tenda kotor, air menjadi tercemar dan tidak aman untuk diminum atau dipakai mandi. Ini adalah air kapur dan mengandung pasir. Ketika kami menggunakan air ini, putra saya yang berusia satu tahun menderita penyakit ginjal. Saya diberitahu untuk membelikannya air kemasan, tetapi saya tidak mampu membelinya.”

    Menanggapi krisis air dan sanitasi yang akut ini, tim kami telah mengembangkan respons air, sanitasi, dan kebersihan yang komprehensif dengan mengadopsi pendekatan untuk memenuhi kebutuhan orang-orang di Suriah utara selama 10 tahun konflik.

    An MSF staff member checks a latrine built by MSF teams in a camp in northwest Syria. Syria, 2021. © Abdurzaq Alshami

    Seorang staf Doctors Without Borders memeriksa jamban yang dibangun oleh tim Doctors Without Borders di sebuah kamp di barat laut Suriah. Suriah, 2021. © Abdurzaq Alshami

    Pada musim semi 2021, ketika kesenjangan dalam pendanaan menjadi terlihat, kami memutuskan untuk meningkatkan kegiatan air dan sanitasi kami untuk sementara waktu. “Kami menggandakan jumlah kamp yang kami cakup di provinsi Idlib,” kata Ousama Joukhadar, manajer logistik MSF untuk Suriah.

    Kami sekarang menjalankan layanan air dan sanitasi di sekitar 90 kamp di barat laut Suriah, menjangkau sekitar 30.000 orang pengungsi. Kegiatan yang dilakukan oleh tim kami meliputi distribusi perlengkapan kebersihan, pengangkutan dan pengolahan air, pengumpulan sampah, jaringan air dan pembuangan kotoran, pembangunan dan rehabilitasi jamban, serta inisiatif promosi kesehatan berbasis masyarakat.

    Di timur laut Suriah, kami juga merespons dengan pengangkutan air bersih tambahan di kota Hassakeh dan peningkatan respons malnutrisi di Raqqa. 

    Tetapi semua inisiatif ini bukanlah perbaikan permanen. Masih banyak masyarakat yang menderita akibat kurangnya akses air bersih dan kami berada dalam situasi di mana kami tidak dapat memenuhi semua kebutuhan.
    Benjamin Mutiso, koordinator lapangan

    “Kesenjangan pendanaan terus melebar, distribusi air terkadang dipolitisir, sementara Doctors Without Borders dan organisasi lain tidak dapat mengisi semua celah tersebut,” kata Mutiso. “Kesehatan masyarakat terancam, dan mereka tidak dapat bertahan hidup jika mereka bahkan tidak memiliki akses ke kebutuhan dasar. Donor besar harus mempercepat alokasi dana dan memastikan kelangsungan kegiatan air dan sanitasi yang penting untuk kelangsungan hidup orang-orang di Suriah utara.”

    Categories