Skip to main content

    E-Hub: Tanpa Pandang Bulu, Menyediakan Akses Kesehatan Mental bagi Semua

    DSC_7336

    Fasilitator MSF, A Putera Pratama M, M.Psi., Psikolog, menjelaskan konsep Dukungan Kesehatan Mental dan Psikososial kepada peserta yang terdiri dari tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, dan bidan. © Andrea Ciocca/MSF

    Pelatihan kesehatan jiwa E-Hub dalam situasi darurat merupakan salah satu dari empat bidang dalam proyek peningkatan kapasitas bagi petugas tanggap darurat. 

    Keadaan darurat, baik bencana alam maupun yang disebabkan oleh ulah manusia, tidak hanya meninggalkan kehancuran fisik, tetapi juga berdampak besar pada kesehatan mental individu dan komunitas yang terpengaruh. Hal ini dapat menimbulkan berbagai masalah di tingkat individu, keluarga, komunitas, dan masyarakat (Inter-Agency Standing Committee, 2007). Dalam konteks Indonesia, masyarakat yang terkena dampak sering menghadapi tantangan kesehatan mental yang signifikan, berisiko mengalami kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan jiwa lainnya.

    Terutama bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan jiwa yang parah dan kelompok rentan lainnya (WHO, 2022). Menurut Cazabat (2023) sebagai penulis utama dari Internal Displacement Monitoring Centre, Indonesia merupakan salah satu negara paling rentan terhadap bencana di dunia. Hal ini sejalan dengan laporan Statista tahun 2023 yang menunjukkan Indonesia sebagai negara rawan bencana alam, seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan banjir. 

    DSC_7507

    Peserta pelatihan sedang melakukan roleplay Pertolongan Pertama Psikologis (PFA) di mana peserta mencoba menenangkan korban yang terdampak untuk dapat mengetahui kebutuhan mereka yang paling mendesak. © A Putera Pratama M/MSF

    Namun, tantangan akibat jumlah tenaga kesehatan yang tidak memadai di Indonesia semakin memperparah krisis kesehatan mental, terutama selama situasi darurat. Sebagai negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau dan memiliki masyarakat yang rentan terhadap bencana, Indonesia menghadapi kesulitan dalam menyediakan dukungan psikososial yang tepat waktu dan komprehensif bagi mereka yang terkena dampak. Kekurangan tenaga kesehatan jiwa tidak hanya menghambat upaya tanggap darurat, tetapi juga menghalangi pembentukan program kesehatan jiwa dan dukungan psikososial jangka panjang.

    Terbatasnya jumlah tenaga kesehatan serta kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang kesehatan jiwa selama tanggap darurat semakin memperburuk permasalahan ini, sehingga diperlukan edukasi dan peningkatan kesadaran yang terarah. Oleh karena itu, mengintegrasikan komponen kesehatan jiwa ke dalam pelatihan tanggap bencana untuk semua tenaga kesehatan dapat membantu menjembatani kesenjangan dan memastikan pendekatan yang lebih holistik dalam tanggap darurat (Gray, Hanna, dan Reifels, 2020).

    Pentingnya Kesehatan Mental

    Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia pada 10 Oktober 2023, perhatian komunitas global terfokus pada masalah mendesak yang sering kali terabaikan dalam situasi darurat: kesehatan jiwa. Untuk mewujudkan dunia yang lebih inklusif dan penuh kasih, pentingnya pelatihan kesehatan jiwa E-Hub ditekankan sebagai alat penting untuk memastikan akses yang layak terhadap perawatan kesehatan jiwa bagi mereka yang terdampak bencana.

    Dampak bencana terhadap kesehatan mental sering kali diremehkan (UNDRR, 2022). Di balik kehancuran yang tampak, para penyintas berjuang dengan trauma, kesedihan, kecemasan, dan stres, yang dapat memiliki konsekuensi jangka panjang jika tidak ditangani dengan cepat dan efektif. Sayangnya, layanan kesehatan mental tradisional sering kali tidak memiliki fasilitas yang memadai atau sulit diakses, sehingga banyak individu yang terkena dampak tidak menerima dukungan penting yang diperlukan untuk pemulihan mental mereka.

    Pelatihan Kesehatan Jiwa E-Hub

    Sejak tahun 2022, Dokter Lintas Batas / Médecins Sans Frontières (MSF) dan Pusat Krisis Kesehatan (PKK) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berkolaborasi dalam Proyek E-Hub, sebuah inisiatif untuk meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan dan tanggap darurat. Proyek ini memberikan kesempatan belajar bagi petugas tanggap darurat dan penanggulangan bencana. Sepanjang tahun 2023, pelatihan telah diberikan di empat bidang utama: Kedaruratan Medis, Kesehatan Lingkungan, Manajemen Data, dan Kesehatan Mental. Tujuannya adalah memperkuat kapasitas dalam merespons krisis kesehatan dan bencana secara profesional. MSF bekerja di wilayah Jakarta dan Banten, dua daerah rawan bencana seperti gempa bumi, tsunami, banjir, dan tanah longsor, sesuai dengan kesepakatan bersama Kemenkes.  

    DSC_7530

    Dalam pelatihan ini, peserta melakukan roleplay Pertolongan Pertama Psikologis untuk menenangkan korban dan mengidentifikasi kebutuhan mendesak mereka. © A Putera Pratama M/MSF

    Tema pelatihan kesehatan jiwa, “Kesadaran Kesehatan Jiwa dan Dukungan Psikososial: Kesiapsiagaan dan Tindakan” menekankan pentingnya peningkatan kesadaran, kesiapan, dan tindakan proaktif dalam menghadapi situasi darurat. Sasaran pelatihan ini adalah petugas kesehatan primer dan tim penanggulangan krisis di Banten dan Jakarta, termasuk staf Kementerian Kesehatan serta organisasi nasional dan lokal yang terlibat dalam penanganan situasi darurat. Secara keseluruhan, pelatihan ini bertujuan menjawab kesenjangan yang muncul dalam kondisi darurat nyata, dengan fokus pada:  

    • Aksesibilitas dalam Penanganan Bencana 

    Program pelatihan E-Hub dirancang untuk memenuhi kebutuhan dukungan kesehatan jiwa yang dapat diakses selama keadaan darurat, dengan memberikan pelatihan kepada tenaga kesehatan dan petugas tanggap darurat. Program ini menekankan intervensi piramida, koordinasi lintas sektor, dan inklusivitas, untuk menjembatani kesenjangan dalam kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan tenaga kesehatan. 

    • Skalabilitas untuk Respons Cepat 

    Bencana meningkatkan kebutuhan layanan kesehatan jiwa, yang menuntut skalabilitas cepat melalui pelatihan E-Hub. Ini bertujuan mencegah dampak trauma jangka panjang dan memenuhi kebutuhan mendesak masyarakat terdampak. 

    • Mengutamakan Sensitivitas Budaya 

    Pelatihan E-Hub dirancang untuk memberikan layanan kesehatan jiwa yang efektif dengan mengutamakan sensitivitas budaya, melibatkan tenaga kesehatan dan masyarakat setempat, serta beradaptasi dengan konteks lokal melalui studi kasus. Pendekatan ini memastikan dukungan yang relevan dan menghormati nilai-nilai budaya setempat. 

    Dalam semangat tema tahun ini, “Kesehatan Mental adalah Hak Asasi Manusia Universal”, mari kita berupaya menciptakan dunia di mana setiap individu, tanpa memandang latar belakang, memiliki akses yang setara terhadap perawatan kesehatan mental yang layak mereka dapatkan. Dengan mendukung dan memperluas inisiatif seperti pelatihan kesehatan mental melalui E-Hub, kita bisa bersama-sama membangun komunitas global yang lebih peduli, inklusif, dan tangguh secara mental.

    Jane Luvena Pietra
    Supervisor Pelatihan Kesehatan Mental E-Hub
    Categories