Afghanistan: Ditengah ketidakpastian, rumah sakit tetap penuh
Perempuan dan anak-anak berkumpul di bangsal rawat inap perempuan di rumah sakit Boost, Lashkar Gah, Helmand. Gambar diambil pada tahun 2016. Kadir Van Lohuizen/Noor
Di bawah ini dua staf medis yang bekerja di Lashkar Gah dan Khost menggambarkan perubahan yang baru saja mereka saksikan, dan bagaimana perubahan tersebut mempengaruhi pasien dan penyedia layanan kesehatan.
Lashkar Gah: 'Rumah sakit kami sekarang penuh'
Situasi di Lashkar Gah sekarang tenang, tetapi tetap ada beberapa kecemasan dan ketidakpastian, dan orang-orang yang tadinya menunda mendapatkan bantuan medis ketika terjadi pertempuran aktif sekarang mulai datang ke rumah sakit provinsi Boost yang didukung oleh Doctors Without Borders. Akibatnya, selama beberapa hari terakhir, ruang gawat darurat telah penuh, dengan banyak orang menderita masalah pernapasan dan pencernaan, dan cedera terkait trauma akibat pertempuran dan juga kecelakaan lalu lintas. Antara 15 dan 21 Agustus, lebih dari 3.600 pasien menerima konsultasi di ruang gawat darurat dan 415 dirawat di rumah sakit. Seorang petugas medis yang bekerja di rumah sakit Boost menceritakan pengalaman mereka.
“Pada 1 Agustus saya datang ke rumah sakit provinsi Boost di Lashkar Gah dan menghabiskan tiga belas hari bekerja di sana. Kebutuhan medis sangat tinggi; kami menerima banyak pasien yang terluka dalam pertempuran itu. Tetapi sebagian besar pasien reguler kami (anak-anak yang sakit, perempuan hamil, pasien yang membutuhkan perawatan bedah lebih rutin), yang sebelumnya berjumlah sekitar 500 per hari, menjauh karena akses ke rumah sakit terkadang menjadi tidak mungkin karena pertempuran.
Pasien tengah menunggu giliran operasi di RS Boost yang dijalankan oleh Doctors Without Borders bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan. Foto diambil pada 2016. © Kadir Van Lohuizen/Noor
Samiullah, 12 tahun, menderita luka tembak di kepala pada 4 Mei. Keluarganya harus menyeberangi kebun dan sungai, menempuh perjalanan selama dua setengah jam untuk menghindari pertempuran sebelum mencapai rumah sakit Boost, provinsi Helmand, Afghanistan. Foto diambil pada tahun 2021. © Tom Casey/MSF
Setelah pertempuran berakhir pada 13 Agustus, kami berhenti mendengar kebisingan serangan udara, roket dan mortir. Jalan-jalan di kota dan di distrik-distrik sekitarnya terbuka dan orang-orang, sekali lagi, datang ke rumah sakit. Jumlah pasien meningkat pesat. Selama seminggu terakhir ini, kami menerima lebih dari 700 pasien setiap hari di ruang gawat darurat kami, kadang-kadang lebih dari 800. Pada tanggal 21 Agustus kami merawat 862 orang di ruang gawat darurat kami, yang menurut saya adalah yang terbanyak yang pernah kami terima. Beberapa pasien datang dalam kondisi kritis karena menunggu sampai pertempuran berhenti.
Salah satu alasan kami melihat banyaknya pasien di rumah sakit kami, menurut saya, karena klinik lokal lainnya tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Kami mengirim sekitar 200 pasien yang yang kondisinya tidak kritis (dikenal sebagai kasus hijau) ke klinik-klinik ini setiap hari, tetapi banyak yang kembali melaporkan bahwa klinik-klinik tersebut tidak memiliki obat yang mereka butuhkan atau bahwa klinik tutup karena kekurangan staf.
Rumah sakit kami sekarang penuh dalam hal jumlah pasien yang dapat kami terima. Kami memiliki lebih dari 300 pasien yang sudah dirawat di rumah sakit.
Mereka menunggu lama di ruang gawat darurat, sementara kami mencoba mencari tempat. Kami memiliki dua pasien di satu tempat tidur di bangsal anak, tetapi kami masih berjuang untuk menemukan ruang untuk semua orang. Jadi kami menilai tingkat keparahan kondisi setiap pasien karena semakin parah kondisinya semakin perlu mereka dirawat.
Setiap hari, antara 80 dan 100 orang yang kami ases memiliki kondisi yang cukup parah sehingga mereka harus dirawat sebagai pasien rawat inap di rumah sakit. Ini memaksa kami untuk mengeluarkan pasien lain agar dapat memberi ruang bagi mereka. Inilah salah satu tantangan besar saat ini. Saya tidak tahu bagaimana kami bisa menyelesaikannya dalam jangka panjang, tetapi untuk saat ini kami mengurangi lama tinggal dan mengeluarkan mereka dengan obat-obatan yang mereka butuhkan, kecuali mereka dalam keadaan sangat kritis. Unit perawatan intensif kami juga penuh. Semua distrik sekarang buka jadi itu alasan lain kami menerima begitu banyak pasien, karena mereka datang dari luar kota.
Khost: 'Untuk meningkatkan akses ke perawatan kesehatan, kami memperluas kriteria penerimaan kami'
Di Khost, Doctors Without Borders menjalankan rumah sakit bersalin dan mendukung delapan pusat kesehatan komprehensif di daerah pedesaan. Antara 15 dan 22 Agustus, rumah sakit menerima 402 perempuan hamil dan melahirkan 338 bayi baru lahir. Tiga puluh tiga bayi dirawat di bangsal neonatal rumah sakit. Seorang petugas medis yang bekerja di rumah sakit membagikan pengalamannya.
“Meskipun kota Khost tidak mengalami pertempuran sengit seperti yang terlihat di tempat lain, kami menghadapi masa-masa sulit. Pasar, sistem transportasi lokal, dan sebagian besar klinik swasta ditutup. Akses masyarakat terhadap layanan kesehatan sekarang sangat terbatas. Satu persalinan di klinik swasta dapat menelan biaya 3 hingga 5 ribu Afghan [35 hingga 60 USD], yang menambah tekanan ekstra pada keluarga.
Dr Rasha Khoury melakukan operasi caesar di rumah sakit bersalin Khost. Foto diambil pada tahun 2017. © Pau Miranda/MSF
Promotor kesehatan Doctors Without Borders Noor-U-Rahman menjelaskan tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai selama kehamilan kepada sekelompok pengasuh di pusat kesehatan komprehensif Tani yang didukung oleh Doctors Without Borders, Provinsi Khost. Foto diambil pada tahun 2021. © Tom Casey/MSF
Sebelumnya rumah sakit bersalin Doctors Without Borders di Khost berfokus pada pemberian perawatan medis kepada ibu hamil yang menghadapi komplikasi. Namun, untuk meningkatkan akses ke layanan kesehatan bagi masyarakat, kami memperluas kriteria penerimaan kami dan sekarang memberikan perawatan medis kepada setiap ibu hamil untuk membantu mereka melahirkan bayi mereka.
Organisasi lokal tempat kami bekerja memberi tahu kami tentang kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan yang dihadapi komunitas terpencil. Sistem transportasi tidak sepenuhnya berfungsi dan kami khawatir akan terputusnya rantai pasokan untuk obat-obatan penting yang menyelamatkan nyawa.
Terlepas dari tantangan ini, Doctors Without Borders berkomitmen untuk melanjutkan kegiatan medis kami dan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan ibu dan anak di komunitas yang terdampak konflik.”