Berbagai laporan menyebutkan bahwa virus hepatitis sudah ada sejak 400 SM. Namun, hepatitis baru pertama kali dideskripsikan pada pertengahan abad ke-19. Pada tahun 1970-an, virus hepatitis A dan B secara resmi diidentifikasi. Beberapa tahun kemudian, para ilmuwan mengamati bahwa beberapa pasien terinfeksi hepatitis jenis baru setelah melakukan tranfusi darah. Infeksi baru ini telah diidentifikasi pada April 1989 sebagai virus hepatitis C atau HCV.
Di seluruh dunia, diperkirakan 58 juta orang memiliki infeksi virus hepatitis C kronis (HCV) pada tahun 2019, 72% di antaranya tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Bagaimana Doctors Without Borders Mengatasi Penyakit Ini?
Doctors Without Borders merawat orang dengan hepatitis C di beberapa negara, dan memiliki program khusus HCV di Iran, Myanmar, Ukraina, Pakistan, India dan Kamboja.
Pada 2019, Doctors Without Borders menyediakan pengobatan HCV untuk sekitar 14.419 orang di seluruh dunia.
Kamboja
Doctors Without Borders bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Kamboja untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap perawatan dan telah meneliti serta memperkenalkan cara-cara inovatif untuk mendiagnosis dan mengobati HCV di Kamboja. Pertama, semua pasien sekarang menerima perawatan yang sama terlepas dari jenis dan stadium penyakit hati mereka, yang berarti mereka tidak lagi membutuhkan sebagian besar analisis pra-pengobatan yang diperlukan oleh perawatan sebelumnya. Kedua, antivirus kerja langsung (DAA) sangat aman, sehingga tes dan pemantauan tambahan, yang dulu dilakukan sebelum dan selama pengobatan, tidak lagi diperlukan. Secara total, pasien sekarang hanya membutuhkan lima konsultasi medis, bukan 16, yang berarti lebih mudah dan lebih terjangkau untuk mematuhi atau menyelesaikan perawatan. Lebih dari 13.000 pasien telah dirawat di bawah rejimen baru sejak 2016.
Pada 1990-an hingga 2010-an, pengobatan hepatitis berlangsung antara enam hingga 12 bulan. Selain itu, pengobataan tersebut tidak dapat ditoleransi dengan baik, dengan efek samping negatif, dan pasien harus diawasi dengan ketat. Lebih buruknya lagi, pengobatannya tidak terlalu efektif, karena virus hanya dihilangkan pada sekitar 50% dari kasus.
Pengobatan hepatitis telah disederhanakan dalam lima tahun terakhir. DNDi-The Drugs for Neglected Diseases Initiative (Inisiatif Obat untuk Penyakit Terabaikan), sebuah organisasi penelitian nirlaba yang sebagian didirikan oleh MSF untuk mengembangkan pengobatan baru untuk pasien yang terabaikan, terus berupaya memberikan pengobatan yang seefektif obat HCV terbaik, dengan biaya yang terjangkau. Pengobatan generasi baru yang disebut DAA diperkenalkan pada akhir 2013. DNDi memimpin beberapa uji klinis ravidasvir (RDV) dan sofusbuvir (SOF) di Malaysia pada 2016, disponsori bersama oleh Kementerian Kesehatan Malaysia, dan melalui kemitraan dengan pemerintah di Thailand pada 2017.
Hasil awal yang disampaikan pada tahun 2018 menunjukkan bahwa 12 minggu setelah pengobatan selesai, 97% dari pasien yang terdaftar dalam pengobatan sembuh. Ini berarti HCV tidak terdeteksi dalam darah tiga bulan setelah menyelesaikan pengobatan. Hasilnya menunjukkan bahwa kombinasi RDV/SOF sebanding dengan terapi HCV terbaik yang tersedia saat ini. Ini juga menunjukkan bahwa rejimen tersebut berpotensi menjadi pengobatan sederhana dan terjangkau yang menyembuhkan galur HCV yang ada.
Pada Juni 2021, Malaysia menyetujui penggunaan Ravida®, yang diindikasikan dalam kombinasi dengan produk obat lain untuk pengobatan infeksi HCV pada orang dewasa. Ini adalah hasil dari kerja sama bertahun-tahun antara DNDi dan pemerintah Malaysia untuk mengurangi hambatan dalam akses dan keterjangkauan obat HCV untuk pasien di Malaysia.
Dalam beberapa tahun terakhir, Doctors Without Borders — melalui Access Campaign dan DNDi — melakukan advokasi untuk menurunkan harga DAA dan membuatnya lebih mudah diakses oleh pasien yang paling membutuhkannya. Pada tahun 2018, sekitar 3 juta pasien — dari 71 juta orang di seluruh dunia yang hidup dengan HCV — telah terdaftar dalam perawatan DAA.
DAA mewakili terobosan pengobatan untuk orang dengan HCV. Namun, akses ke DAA terbatas karena perusahaan farmasi mengenakan harga yang tidak terjangkau. Di beberapa tempat, perusahaan ini bahkan memblokir masuknya obat generik yang terjangkau dengan paten. Hal ini menyebabkan banyak negara mencadangkan pengobatan hanya untuk orang dengan stadium penyakit yang paling lanjut.
Meskipun perkiraan biaya produksi untuk pengobatan 12 minggu sofosbuvir dan daclatasvir kurang dari 100 dolar AS, produsen Gilead dan Bristol-Meyers Squibb memberi harga mengejutkan, yaitu 147.000 dolar AS per pengobatan ketika mereka meluncurkannya di Amerika Serikat. Tindakan tersebut memantik kemarahan yang meluas, tetapi harga yang selangit tetap menjadi penghalang yang mematikan untuk pengobatan di negara-negara berpendapatan tinggi dan berkembang.
Sejak peluncuran DAA yang pertama, Doctors Without Borders bekerja untuk menutup kesenjangan pengobatan HCV dengan strategi yang bertujuan untuk meningkatkan akses ke versi obat generik yang terjangkau dan terjamin kualitasnya. Dalam pencapaian besar tahun 2017, pusat pasokan Doctors Without Borders dan tim Access Campaign berhasil bernegosiasi dengan produsen obat generik untuk mendapatkan DAA hanya dengan 120 dolar AS per perawatan di hampir semua program Doctors Without Borders, memungkinkan tim untuk menjangkau lebih banyak orang untuk pengobatan.
ORANG-ORANG DENGAN KISAH NYATA
Petugas polisi Din Savorn putus asa. Ayah tiga anak berusia 50 tahun yang tinggal di Phnom Penh, Kamboja ini, mendengar adanya obat-obatan baru yang dapat menyembuhkan hepatitis C-nya tetapi harganya tidak terjangkau.
“Saya ingin dirawat, tetapi saya tidak mampu membelinya,” katanya. “Saya harus menjual rumah saya. Kalau itu terjadi, anak-anak saya tidak akan memiliki tempat tinggal. Jadi, saya hanya menunggu. ”
Din Savorn membawa putranya ke tempat penitipan anak di Phnom Penh, Kamboja. April 2017. © Todd Brown
Din Savorn berpose bersama anak-anaknya di apartemennya di Phnom Penh, Kamboja. April 2017. © Todd Brown
Din Savorn menerima kabar bahwa pengobatan hepatitis C berhasil, dari Dokter Doctors Without Borders Hang Vithuneat, di klinik Hepatitis C Doctors Withouth Borders di Rumah Sakit Preah Kossamak di Phnom Penh, Kamboja. April 2017. © Todd Brown
Kemudian dia melihat di media sosial bahwa Doctors Without Borders menawarkan pengobatan gratis secara lokal. Pada awal 2017, Din memulai pengobatan di klinik Doctors Without Borders di Phnom Penh, satu-satunya fasilitas di Kamboja yang menyediakan pengobatan HCV secara gratis. Pada Mei 2017, Din mendapat kabar yang telah ditunggunya hampir 20 tahun untuk mendengar bahwa: perawatannya berhasil. Dia sembuh
Obat-obatan terobosan baru dapat menyembuhkan HCV hanya dalam 12 minggu dan dapat mengubah kehidupan banyak orang. Tetapi jutaan orang masih tidak mendapatkannya dan tidak dapat mengakses perawatan yang menyelamatkan nyawa ini.
- Apa itu hepatitis C?
-
Hepatitis adalah peradangan hati, dan dapat disebabkan oleh salah satu dari lima virus - hepatitis A, B, C, D, dan E. Di antara kelima virus ini, virus hepatitis C atau HCV dianggap salah satu yang paling mematikan, dan juga yang paling sulit diobati. HCV memiliki delapan genotipe atau galur (strain) dan 86 subtipe, di antaranya adalah 19 subtipe baru yang baru-baru ini diidentifikasi. Banyaknya galur dan subtipe HCV, serta sifatnya sebagai virus RNA yang bermutasi dengan cepat, membuat HCV sangat sulit diobati.
HCV dianggap sebagai "pembunuh senyap" karena orang sering tidak sadar telah terinfeksi, dan tidak mengobatinya selama bertahun-tahun. Orang yang terinfeksi HCV tidak menunjukkan gejala penyakit dan karenanya tidak mencari pengobatan.
- Apakah hepatitis C sama dengan HIV?
-
HCV dan human immunodeficiency virus (HIV) keduanya adalah virus RNA. Kedua virus ini masuk dan mereplikasi materi genetiknya di dalam sitoplasma atau bagian cairan dari sel. Meskipun HCV adalah flavivirus dan HIV adalah retrovirus, kedua virus tersebut bermutasi dengan cepat, sehingga akan lebih sulit membuat vaksin untuk melawan kedua virus ini.
Ada kemungkinan bagi pasien dapat mengidap HCV dan HIV. Ini disebut koinfeksi. WHO memperkirakan bahwa HCV mempengaruhi 2% sampai 15% orang yang hidup dengan HIV di seluruh dunia, dan sampai 90% dari mereka adalah orang yang menyuntikkan narkoba (Penasun). Beban global koinfeksi HIV-HCV adalah 2,3 juta orang, di antaranya 1,3 juta orang adalah Penasun. Koinfeksi ini paling besar di wilayah Afrika dan Asia Tenggara.
- Bagaimana hepatitis C ditularkan?
-
HCV adalah virus yang ditularkan melalui kontaminasi darah, menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah setelah transfusi darah atau injeksi obat yang tidak aman. Ini juga dapat ditularkan melalui pengaturan perawatan kesehatan yang tidak aman, transfusi darah dan produk darah yang tidak disaring, dan praktik seksual yang menyebabkan adanya paparan darah.
Para ilmuwan berpendapat bahwa HCV juga mungkin ditularkan dari ibu ke janin selama kehamilan, meskipun menurut WHO, cara penularan ini kurang umum.
- Bisakah hepatitis C membunuh kita?
-
Hepatitis C adalah salah satu bentuk hepatitis yang paling mematikan. WHO memperkirakan bahwa hampir 300.000 orang meninggal karena HCV pada 2019, sebagian besar akibat komplikasi seperti sirosis dan kanker hati. Untuk setiap 100 orang yang terinfeksi HCV, sekitar lima hingga 25 orang akan mengalami sirosis dalam 10 hingga 20 tahun mendatang.
Pasien dengan HCV lebih mungkin untuk mengembangkan sirosis jika mereka laki-laki, berusia di atas 50 tahun, mengkonsumsi alkohol, atau memiliki penyakit hati berlemak non-alkohol atau koinfeksi hepatitis B atau HIV.
Namun, hepatitis C adalah penyakit yang dapat disembuhkan.
- Apa yang dilakukan hepatitis C terhadap tubuh kita?
-
Begitu masuk ke dalam tubuh, HCV menyerang hati. Virus HCV masuk ke lobulus, yang merupakan unit mikroskopis yang memungkinkan hati berfungsi. Seperti semua virus, HCV harus menembus sel untuk bertahan hidup dan berkembang biak.
Ketika tubuh menyadari adanya gangguan tersebut, maka tubuh akan mengirimkan sel-sel kekebalan, yang merupakan garis pertahanan pertamanya. Tetapi ketika membasmi virus, sel-sel kekebalan ini juga menghancurkan sel-sel hati yang menampungnya.
Menurut WHO, sekitar 30% orang yang terinfeksi secara spontan membersihkan virus dalam waktu enam bulan setelah terinfeksi tanpa pengobatan apa pun.
Tetapi lebih sering, sel-sel kekebalan tidak mampu melakukan tugas tersebut. Infeksi dapat menjadi kronis setelah enam bulan, karena virus terus berkembang biak dan menginfeksi lebih banyak lobulus yang kemudian dihancurkan oleh sel-sel kekebalan. Hal ini dapat menyebabkan proses yang disebut fibrosis hati. Hati menyusut dan mengeras, dan pembuluh darahnya rata, memaksa darah untuk melewatinya.
Fibrosis yang lebih serius pada akhirnya dapat menyebabkan sirosis, yang lebih parah dan dapat menyebabkan kerusakan permanen. Sirosis merupakan faktor risiko kanker hati, yang dapat berkembang pada semua tahap penyakit hati.
- Siapa yang paling rentan terkena hepatitis C?
-
Kelompok yang paling rentan terinfeksi HCV adalah para pengguna Napza suntik (Penasun); orang-orang yang berada di penjara dan mereka yang tinggal di tempat tertutup dengan kebersihan yang buruk; dan orang-orang yang menerima produk darah yang terkontaminasi atau prosedur invasif dengan praktik pengendalian infeksi yang tidak memadai.
Kelompok lain yang juga berisiko tinggi terinfeksi adalah anak-anak yang lahir dari ibu yang terinfeksi HCV; orang dengan pasangan seksual yang memiliki infeksi HCV atau HIV; dan orang-orang dengan tato atau tindikan.
Petugas kesehatan dan personel keselamatan publik juga dapat terpapar HCV jika mereka mengalami cedera akibat benda tajam, seperti jarum atau pisau bedah yang digunakan pada pasien positif HCV.
- Kapan kita harus menemui dokter atau mencari pengobatan?
-
Temui dokter jika Anda mengalami kombinasi dari gejala-gejala ini: demam, kelelahan, kehilangan nafsu makan, kulit dan mata menguning, urin berwarna gelap, mual, dan muntah. Jika Anda berisiko tinggi tertular HCV, Anda harus mempertimbangkan untuk menjalani tes. Sebagian besar infeksi HCV tetap asimtomatik sampai beberapa dekade setelah infeksi.
- Bisakah hepatitis C diberantas?
-
Hepatitis C adalah penyakit yang dapat disembuhkan, tetapi jutaan orang tidak dapat mengakses pengobatan karena biaya yang mahal. Untuk dapat berhasil memberantas penyakit ini, harus ada perubahan signifikan dalam diagnosis dan pengobatan.
Tes diagnostik yang ada, tes serologis atau asam nukleat, terlalu rumit dan/atau terlalu mahal untuk negara dengan anggaran terbatas, sistem kesehatan yang lemah, atau keduanya. Diperlukan tes yang lebih sederhana dan lebih terjangkau.
Untungnya, WHO mengatakan bahwa para pemimpin global telah berkomitmen untuk menghilangkan HCV sebagai ancaman kesehatan masyarakat yang utama dengan bertujuan untuk mengobati 80% orang dengan HCV secara global pada tahun 2030.
- Bagaimana kita dapat mencegah atau mengobati hepatitis C?
-
Untuk transfusi darah dan operasi invasif lainnya, pergilah ke fasilitas kesehatan yang mempraktikkan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat, serta penanganan dan pembuangan jarum suntik dan limbah medis yang aman.
Untuk mencegah terkena darah saat berhubungan seks, gunakan kondom dengan benar dan konsisten.
Saat ini, Doctors Without Borders sedang mendorong antivirus yang bertindak langsung (direct-acting antivirus, DAA- direct acting antivirals) yang aman dan efektif dalam pengobatan infeksi HCV. Perkiraan menunjukkan bahwa hanya 9,4 juta orang di seluruh dunia yang telah diobati dengan rejimen pengobatan HCV pada tahun 2019, membuat 48,6 juta orang menunggu akses ke antivirus yang bertindak langsung (DAA) yang lebih aman, lebih dapat ditoleransi, dan lebih efektif untuk mengobati infeksi HCV mereka.
- Apakah kita masih bisa terkena hepatitis C setelah menjalani pengobatan?
-
Infeksi HCV sebelumnya tidak membuat Anda kebal dari infeksi ulang dengan galur atau genotipe virus yang sama atau berbeda. Superinfeksi, atau terinfeksi lebih dari satu jenis HCV, juga mungkin terjadi jika perilaku berisiko untuk infeksi HCV berlanjut, seperti penggunaan narkoba suntikan.
SEPULUH PERTANYAAN TENTANG HEPATITIS C
APA LAGI YANG HARUS ANDA KETAHUI
Ada kemungkinan terjadi infeksi aktif dari setidaknya dua jenis virus hepatitis. Koinfeksi virus hepatitis B (HBV) dan virus hepatitis C (HCV) adalah kondisi medis yang kompleks di mana virus berkembang biak dalam tubuh yang sama. Dalam beberapa kasus, satu virus lebih dominan daripada yang lain, sementara ada juga kasus di mana satu virus menstimulasi atau menekan replikasi virus lainnya. Pasien yang hidup dengan koinfeksi HBV-HCV lebih rentan terhadap sirosis dan penyakit hati yang parah.