Skip to main content
    weight

    Malnutrisi

    Di negara-negara seperti Afghanistan, Yaman, Nigeria, dan Sudan Selatan, malnutrisi telah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan dan Doctors Without Borders sedang berpacu dengan waktu untuk menyediakan bantuan yang sangat dibutuhkan.

    Malnutrisi semakin meningkat

    Di belahan dunia lain, kelaparan bukan hanya sekadar rasa kurang nyaman saat menunggu waktunya makan. Kelaparan adalah sebuah ancaman yang mengintai terus-menerus dengan akibat yang sangat memprihatinkan. Malnutrisi, sebagai akibat dari tidak mengonsumsi gizi yang cukup, adalah masalah yang signifikan di banyak wilayah dan penduduk, termasuk di Afghanistan, Yaman, Nigeria, dan Sudan Selatan.

    Selama bertahun-tahun, Doctors Without Borders / Médecins Sans Frontières (MSF) berada di garda terdepan dalam perang melawan malnutrisi di wilayah-wilayah tersebut, bekerja sama dengan otoritas setempat,  tanpa lelah berupaya untuk memitigasi dampaknya. Namun, melihat ancaman malnutrisi yang semakin meluas di masa depan, upaya untuk memerangi bencana ini menjadi semakin mendesak. 

    Perkembangan terakhir

    Situasi yang mengkhawatirkan sedang terjadi di Tenggara Madagaskar. Di sana, Doctors Without Borders melihat adanya peningkatan malnutrisi akut berat di komunitas pedesaan yang terkena dampak siklon tahun lalu. 

    Doctors Without Borders saat ini sedang mendukung 24 fasilitas kesehatan di daerah yang sulit dijangkau di  bagian tenggara Madagaskar, dan merawat pasien yang menderita malnutrisi di lima pusat layanan kesehatan di distrik Ikongo, wilayah Fitovinany. Sejak awal Januari, 2.072 anak balita dirawat akibat malnutrisi akut berat. Hampir separuh dari anak-anak tersebut dirawat dalam program gizi Doctors Without Borders. Jumah ini diperkirakan akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang akibat kurangnya pangan dan menjelang puncak musim malaria – penyakit yang dapat memperburuk kondisi malnutrisi.

    Artikel terkait

    Madagaskar: lonjakan malnutrisi setelah terdampak perubahan iklim
    Madagaskar: lonjakan malnutrisi setelah terdampak perubahan iklim
    Situasi yang mengkhawatirkan terjadi di Madagaskar tenggara, di mana malnutrisi meningkat di masyarakat pedesaan. Orang-orang di distrik Ikongo tengga...
    Somalia: Lima Fakta Kekeringan, Malnutrisi dan Wabah Penyakit Di Baidoa
    Somalia: Lima Fakta Kekeringan, Malnutrisi dan Wabah Penyakit Di Baidoa
    Saat Somalia mendekati musim hujan kelima berturut-turut yang diperkirakan akan gagal, tim medis Doctors Without Borders / Médecins Sans Frontières (M...
    Nigeria: Krisis malnutrisi bencana di barat laut Nigeria harus diakui
    Nigeria: Krisis malnutrisi bencana di barat laut Nigeria harus diakui
    Abuja: Ketika krisis kekurangan gizi di barat laut Nigeria berlanjut pada tingkat bencana, Médecins Sans Frontires (MSF) / Doctors Without Borders men...
    Yaman: Lima alasan mengapa kekurangan gizi akut pada anak melonjak di negara ini
    Yaman: Lima alasan mengapa kekurangan gizi akut pada anak melonjak di negara ini
    Meningkatnya kekurangan gizi pada anak-anak di Yaman menyebabkan kematian yang dapat dicegah, terutama anak-anak di bawah usia lima tahun. Doctors ...
    Ethiopia: Doctors Without Borders raises alert over alarming indications of large-scale nutritional crisis in Afar -Region
    Ethiopia: Doctors Without Borders raises alert over alarming indications of large-scale nutritional crisis in Afar -Region
    The medical humanitarian organization Doctors Without Borders / Médecins Sans Frontières (MSF)is witnessing alarming indications of a deadly and escal...
    Kenya: Respons kemanusiaan mendesak untuk kasus kekurangan gizi yang meningkat
    Kenya: Respons kemanusiaan mendesak untuk kasus kekurangan gizi yang meningkat
    Di bagian timur laut Kenya, kekeringan yang terus berlangsung setelah tiga musim berturut-turut tanpa hujan, memperburuk situasi kerawanan pangan yang...
    Sudan Selatan: Bencana banjir menyebabkan pengungsian massal dan krisis kemanusiaan yang meningkat
    Sudan Selatan: Bencana banjir menyebabkan pengungsian massal dan krisis kemanusiaan yang meningkat
    Sebuah rakit darurat kecil yang terbuat dari terpal plastik dan diisi dengan rumput kering hanyut di sepanjang aliran Sungai Nil, di atasnya duduk sel...

    Penyebab mendasar malnutrisi

    Menurut data terakhir PBB, jumlah orang yang mengalami kekurangan gizi kronis telah meningkat sejak tahun 2014, mencapai 828 juta di tahun 2021.

    Secara global, 11,7 persen dari populasi dunia mengalami ketidakamanan akses pangan yang parah. Di seluruh dunia, jumlah orang yang tidak mampu membeli makanan sehat juga meningkat sebesar 112 juta hingga 3,1 miliar. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak orang tidak bisa mendapatkan makanan yang aman, bergizi, dan memadai.

    Diperkirakan 45 juta anak balita menderita wasting atau kurang berat akibat kurang gizi, 149 juta mengalami stunting atau terhambat pertumbuhan dan perkembangannya akibat dari kurang mengonsumsi makanan bergizi dalam jangka panjang,  dan 39 juta mengalami masalah kelebihan berat badan.

    malnutrition

    Ada beberapa alasan mengapa malnutrisi meningkat:

    • Pengungsian dan konflik: Konflik dan pengungsian dapat mengganggu sistem peredaran pangan dan membatasi akses terhadap makanan, terutama di daerah dengan tingkat kerawanan pangan yang tinggi.
    • Perubahan Iklim: Kekeringan, banjir dan gejala perubahan cuaca dapat mengganggu produksi pangan yang menyebabkan kekurangan bahan makanan.
    • Krisis ekonomi: Krisis Ekonomi dapat mengakibatkan kenaikan harga bahan makanan pokok dan menyebabkan terhambatnya akses terhadap makanan khususnya pada kelompok masyarakat yang rentan.
    • Pandemi COVID-19: Pandemi COVID-19 telah mengakibatkan banyak orang kehilangan pekerjaan dan ketidakstabilan ekonomi, membuat orang semakin sulit untuk bisa membeli makanan.
    • Pemilihan makanan yang tidak baik: Dalam beberapa kasus, malnutrisi terjadi karena pilihan makanan yang buruk dari, bukan ketiadaan akses terhadap makanan. Hal ini bisa terjadi di negara-negara maju di  mana makanan berkalori tinggi  tetapi rendah nutrisi lebih murah dan mudah didapat daripada pilihan makanan yang lebih sehat.  
    Dengan semakin banyaknya situasi yang tidak aman, perubahan iklim dan inflasi global harga bahan makanan pasca pandemi, kita dapat membayangkan bahwa krisis ini akan semakin memburuk.
    Dr. Simba Tirima, Perwakilan di Nigeria

    Apa yang Doctors Without Borders lakukan untuk mengatasi masalah malnutrisi atau gizi buruk?

    Doctors Without Borders sudah merespons masalah malnutrisi di beberapa negara termasuk Afghanistan, Yaman, Nigeria, Sudan Selatan dan Madagascar.

    Dalam banyak proyek kami, kami juga merespons kasus-kasus malnutrisi individu.

    Yaman

    Doctors Without Borders bekerja di 13 dari 21 wilayah kegubernuran Yaman. Di Sebagian besar fasilitas kami, kami menyaksikan adanya peningkatan yang mengkhawatirkan dari jumlah anak-anak malnutrisi yang mengalami komplikasi medis. Hal Ini mendorong tingkat okupansi  tempat tidur melampaui kapasitas 100 % di pusat pemberian makan terapi rawat inap (inpatient therapeutic feeding centres/ITFC) kami. Untuk mengatasi peningkatan jumlah kasus malnutrisi dan mengurangi angka morbiditas dan mortalitas di kalangan paling rentan, tim kami sedang meningkatkan kapasitas diseluruh proyek IFTC dan departemen lainnya, meningkatkan dukungan kami ke berbagai pusat layanan kesehatan umum dan meningkatkan kegiatan promosi kesehatan.

    Tim kami di Gubernuran Amran yang bekerja di Rumah Sakit Al-Salam Khamer telah mengamati adanya kenaikan jumlah pasien dengan malnutrisi akut berat secara stabil sejak akhir Mei 2022. Tingkat okupansi mencapai 39,6% di ITFC pada September 2022.   

    Pada saat yang sama, terdapat kenaikan lebih dari 20% angka konsultasi tanggap darurat. Di antara Januari dan September 2022, 31 pasien dengan SAM atau malnutrisi akut berat meninggal dunia setelah masuk RS. Sebagian besar di antara mereka datang dalam keadaan sangat terlambat dan mengalami komplikasi medis yang terlalu parah untuk diobati. 

    Banyak pasien dengan SAM/malnutrisi akut berat dirujuk ke rumah sakit Al-Salam yang didukung Doctors Without Borders berasal dari wilayah-wilayah yang fasilitas pelayanan medisnya tidak berfungsi penuh. Tren yang sama juga ditemukan di kegubernuran Al-Hudaydah. 

    Tim kami di departemen tanggap darurat rumah sakit Ad-Dahi menerima 1.902 anak yang menderita malnutrisi dengan komplikasi, di antara Januari dan Oktober 2022.

    Dari Januari ke September, ITFC yang didukung Doctors Without Borders di Rumah Sakit Abs merawat 2.087 anak dengan malnutrisi dan komplikasi medis, sementara itu lebih dari 50% ibu di unit persalinan di Rumah Sakit Abs mengalami malnutrisi.

    mother child

    Cucu Shohra Mohamed, yaitu Abdullah yang berusia empat tahun menderita malnutrisi dengan berbagai komplikasi. Mereka sudah beberapa kali ke Rumah Sakit Abs dan dia membaik. Terakhir kali dia keluar dari rumah sakit 20 hari yang lalu, kemudian kondisinya memburuk lagi

    “Kami lebih memilih datang ke sini karena layanan di sini gratis, kami sudah banyak mengeluarkan biaya untuk merawat dia selama bertahun-tahun dan sekarang sudah tidak mampu lagi. Ayah Abdullah sedang pergi. Bersama dengan ibunya, kami mencoba memberi makan dia dengan apa yang kami miliki,  kami sangat jarang bisa memberikan dia susu. Kami berobat jalan, dan mereka menyarankan kami untuk mengikuti diet khusus, yang tidak selalu bisa kami lakukan. Kami tidak memiliki akses ke pusat kesehatan yang menyediakan makanan terapi di sekitar sini.”

    Yaman, 2022 © Jinane Saad/MSF

     

     
    Nigeria

    Sejak Januari 2022, tim Doctors Without Borders, bekerja sama dengan otoritas kesehatan Nigeria di lima negara bagian di barat laut, telah mengobati hampir 100.000 anak yang menderita malnutrisi akut di 34 fasilitas rawat jalan dan merawat sekitar 17.000 anak yang membutuhkan perawatan di 10 pusat rawat inap.

    “Kami sedang mempersiapkan diri untuk merawat hingga 100.000 anak dengan malnutrisi melalui program gizi kami di negara bagian Katsina saja. Kami juga telah memperluas respons di Kebbi, Sokoto, Zamfara, dan negara bagian Kano,” kata Michel-Olivier Lacharite, kepala operasi tanggap darurat Doctors Without Borders. “Kesenjangan bahan pangan sudah mulai, dan puncak penularan malaria, yang dapat memperburuk kesehatan dan gizi anak anak, masih akan datang.”

    Di negara bagian Zamfara, salah satu daerah yang paling terdampak kekerasan dan aksi perampokan yang terus berlangsung, kami mencatat ada  peningkatan 64% pasien  anak penderita malnutrisi yang dirawat di departemen gizi rawat jalan dukungan Doctors Without Borders dari Januari sampai dengan Agustus 2022, jika dibandingkan dengan kondisi pada Januari hingga Agustus 2021. Dari seluruh anak yang diskrining, hampir setiap empat anak mengalami gizi buruk yang parah dan memerlukan perawatan medis segera. Doctors Without Borders bekerjasama dengan otoritas setempat segera membuka layanan tanggap darurat di daerah tersebut. 

    Survei gizi Doctors Without Borders juga menyoroti parahnya krisis ini, termasuk di daerah yang tidak terlalu terkena dampak kekerasan dan ketidakamanan. 

    mother, child and nurse

    Abdousalam Issa (4 bulan) and ibunya Saadatou Saminoa (34) bersama seorang perawat. Niger, 2022. © Oliver Barth/MSF

    Di wilayah pemerintahan Mashi, negara bagian Katsina, Doctors Without Borders menemukan tingkat malnutrisi akut global sebesar 27,4%  dan tingkat malnutrisi akut berat sebesar 7,1% pada bulan Juni, meskipun masyarakat di sana relatif terhindar dari kekerasan dan pengungsian paksa. Angka ini mengindikasikan situasi darurat yang kritis.

    Di Katsina, semua tim bergerak cepat menambah kapasitas rawat inap dari 100 menjadi 280 tempat tidur. Namun, arus masuk anak-anak dengan malnutrisi begitu besar sehingga kriteria pembatasan penerimaan harus diberlakukan di beberapa pusat perawatan.

    Di Kebbi, di mana Doctors Without Borders menjalankan sebuah ruang rawat inap dan dua fasilitas rawat jalan, terdapat sekitar 1.500 anak malnutrisi telah dirawat sejak maret 2022.

    Madagaskar

    Doctors Without Borders pertama kali bekerja di Madagaskar pada tahun 1987, dan kemudian baru kembali lagi tahun 2021 untuk mengatasi krisis malnutrisi di bagian selatan negara tersebut. 

    Sejak maret 2021, tim tanggap darurat Doctors Without Borders telah mendirikan semakin banyak klinik berjalan untuk memberikan bantuan medis dan kemanusiaan yang tersebar di beberapa distrik wilayah tersebut.

    Saat ini, Doctors Without Borders mendukung 29 fasilitas kesehatan di distrik Ikongo dengan perawatan gizi, menyediakan makanan terapi serta melatih staf kesehatan untuk mendiagnosis dan melakukan perawatan malnutrisi.

    Mereka sekarang mulai membagikan makanan dan baru-baru ini membuka pusat pemulihan gizi rawat inap di rumah sakit kota Ambovombe, di wilayah Androy.  

    Dua siklon secara berturut-turut melanda wilayah tenggara negara tersebut pada tahun 2022, menghancurkan semua tanaman pangan dan meninggalkan jejak sisa-sisa kehancuran. Bencana siklon tersebut melanda hampir seluruh wilayah pertanian di bagian tenggara wilayah Vatovavy, Fitovinany, Atsimo, dan Atsinanana, termasuk hampir setengah tanaman pangan milik rakyat.

    Madgas

    Penduduk menunggu untuk konsultasi medis di pusat kesehatan Ifanirea. Ifaneria, Madagaskar, Januari 2023. © MSF

    “Masyarakat di daerah ini memiliki tingkat malnutrisi kronis yang sangat tinggi, dan bencana siklon membuat keadaan mereka menjadi semakin buruk,”kata Brian Willett, kepala misi Doctors Without Borders di Madagaskar. “Bencana iklim yang berulang kali terjadi membuat keadaan masyarakat jadi lebih sulit untuk bangkit kembali.”

    Faktanya, ketika mengadakan skrining nutrisi pada bulan November 2022, Doctors Without Borders mendapati  bahwa hampir 1 dari 5 anak yang diskrining mengidap malnutrisi tingkat sedang atau berat pada awal musim paceklik, yang biasanya berlangsung dari September sampai April.

    “Organisasi kemanusiaan yang bekerja di wilayah tenggara sangat sedikit dan kami sedang merencanakan untuk memperluas layanan kami,” Kata Willet. “Banyak warga rumah tangga mengatakan walau sudah menjatah makanan dengan hati-hati, tetap saja stok makanan pokok akan  habis pada Februari 2023. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena produksi pangan pada musim ini diperkirakan akan sedikit karena curah hujan yang rendah pada awal musim. Jika badai siklon terjadi lagi pada musim ini, bisa dipastikan situasi yang sudah memprihatinkan saat ini akan berubah menjadi bencana dalam skala besar.”

    Saat ini, Doctors Without Borders mendukung 24 fasilitas kesehatan di lokasi yang sulit dijangkau di bagian tenggara Madagaskar, dan merawat pasien pasien malnutrisi di lima pusat kesehatan di distrik Ikongo, wilayah Fitovinany. Hingga awal Januari 2023, sebanyak 2.072 balita menjalani pengobatan untuk malnutrisi akut yang parah. Hampir setengah dari anak-anak ini berada dalam perawatan di bawah program nutrisi Doctors Without Borders. Angka ini diperkiakan akan terus meningkat dalam beberapa bulan ke depan karena kekurangan bahan pangan dan seiring datangnya musim puncak malaria—suatu penyakit yang dapat memperparah masalah gizi.

    Somalia

    Tim Doctors Without Borders telah meningkatkan program nutrisi guna persiapan menghadapi meningkatnya jumlah anak-anak malnutrisi akut di kota Baidoa, di bagian barat daya Somalia.

    Kawasan tersebut mengalami dampak parah akibat kekeringan yang berkepanjangan dan terburuk dalam 40 tahun terakhir ini,  berada di tengah konflik yang berlangsung puluhan tahun, situasi tidak aman terus-menerus, dan minimnya bantuan kemanusiaan.

    Antara Januari hingga Agustus 2022, Doctors Without Borders melakukan skrining malnutrisi terhadap lebih dari 206.000 anak anak Somalia, hasilnya 23.000 dari mereka mengalami malnutrisi. Sebagian dari mereka tiba di program gizi Doctors Without Borders dalam keadaan kritis.

    Di Baidoa, di mana Doctors Without Borders menjalankan 20 klinik nutrisi berjalan dan memantau keadaan nutrisi penduduk di 32 lokasi, tim medis merawat lebih dari 12.000 anak dengan malnutrisi di delapan bulan pertama tahun 2022. Pada bulan Agustus 2022, hanya dalam satu minggu, Doctors Without Borders memeriksa 955 anak dan merawat 761 anak dalam program gizi kami, sebagian besar berasal dari keluarga yang baru mengungsi.

    Kami menangani sekitar 500 anak dengan malnutrisi akut setiap minggu.

    malnutirition

    Dokter Ahmed Ilyas dari Doctors Without Borders memeriksa bayi Saidya di BRH dukungan Doctors Without Borderd di kota Baidoa, kota bagian barat daya Somalia. 2022.  © Dahir Abdullahi/MSF

    Musim kering yang berlarut-larut telah memperburuk keadaan gizi masyarakat, namun krisis kemanusiaan yang tidak berkesudahan ini juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Ini termasuk sistem Kesehatan di Baidoa, yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan ratusan ribu pengungsi.

    Konflik yang berkepanjangan, minimnya respons kemanusiaan, dampak perubahan iklim, naiknya harga bahan makanan pokok dan bahan bakar, turut berkontribusi terhadap situasi kerentanan masyarakat.

    Malnutrisi diperparah oleh penyakit menular, karena seorang penderita malnutrisi jadi lebih rentan terhadap infeksi, dan infeksi berkontribusi terjadinya malnutrisi. 

    Ethiopia

    Doctors Without Borders telah menyaksikan adanya tanda-tanda krisis nutrisi yang semakin meningkat dan bisa berakibat fatal di wilayah Afar, Ethiopia. Situasi ini memerlukan respons kemanusiaan darurat yang perlu segera ditingkatkan.

    Di Afar, bagian timur laut Ethiopia, ratusan ribu orang telah melarikan diri dari konflik yang baru-baru ini terjadi, namun setibanya di lokasi baru, mereka berseteru dengan masyarakat lokal saat dihadapkan masalah kekeringan, kelaparan, dan akses yang minim terhadap layanan kesehatan serta air bersih.

    Dampak dari kondisi ini jelas terlihat dari pasien-pasien di rumah sakit Dupti, yang melayani lebih dari 1,1 juta populasi manusia, termasuk ratusan ribu pengungsi. Di rumah sakit tersebut, hampir dua per tiga anak malnutrisi yang membutuhkan perawatan berasal dari keluarga pengungsi,  sehingga jumlah pasien yang dirawat mengalami kenaikan.

    Sejak bulan April, Doctors Without Borders telah meningkatkan dukungannya pada rumah sakit Dupti. Pada tahun 2022, jumlah anak malnutrisi yang dirawat di rumah sakit tersebut meningkat dua sampai tiga kali lipat dari jumlah dasar sebelumnya. Angka kematian pasien sangat tinggi, melebihi 20% dalam beberapa minggu. Banyak anak yang sekarat dan lebih dari dua per tiga pasien yang dirawat meninggal dalam waktu 48 jam setelah masuk rumah sakit. 

    “Apa yang kami takutkan saat ini adalah kita saat ini hanya melihat fenomena gunung es, dan itu pun sudah sangat parah,” kata Raphael Veicht, koordinator tanggap darurat Doctors Without Borders di Addis Ababa, Ethiopia. “Di rumah sakit Dupti, yang merupakan satu-satunya rumah sakit rujukan di seluruh wilayah Afar, kita melihat anak-anak  datang setelah melalui perjalanan panjang dan sulit.”

    “Sangat banyak yang meninggal dalam waktu 48 jam karena mereka datang dalam keadaan sakit dan kekurangan gizi yang teramat parah untuk bertahan hidup,” kata Veicht.

    “Untuk dapat mengatasi keadaan ini, bantuan kemanusiaan dalam skala besar sangat dibutuhkan guna membantu para pengungsi dan masyarakat setempat yang rentan,” kata Veicht. “Ketahanan pangan, layanan kesehatan dasar, nutrisi dan air adalah fokus utama.”

    Ethiopia

    Mayram (26) menggendong Ali, anaknya yang berusia tiga bulan, di bangsal pusat pemberian makan terapi rawat inap  (ITFC) di rumah sakit Dupti, Wilayah Afar. Ali dirawat karena mengalamai malnutrisi akut yang parah. Ethiopia, 2022. © Njiiri Karago/MSF

    Rusak, hancur, ditinggalkan atau kekurangan sumber daya, dilaporkan hanya 20% fasilitas kesehatan di wilayah Afar yang masih berfungsi. Di rumah sakit Dupti, lebih dari 80% anak dengan malnutrisi baru mendapatkan perawatan setelah tiba di rumah sakit rujukan ini. Sebelumnya mereka tidak mendapatkan perawatan apapun. 

    Tim kami membuka 14 tempat tidur tambahan di ruangan sementara, namun tempat ini pun juga langsung terisi penuh dan para staf medis berjuang untuk menyediakan perawatan yang dibutuhkan anak-anak dalam fasilitas yang penuh ini. Dan baru-baru ini, bahkan ruang perawatan regular anak juga kewalahan, karena jumlah pasien melonjak dua kali lipat melebihi jumlah ketersediaan tempat tidur.

    “Hanya dalam dua hari, kami menyaksikan 41 anak masuk ke dalam ruang perawatan anak dengan gejala infeksi perut yang parah karena mereka terpaksa minum air dari genangan lumpur,” ujar Veicht.

    Doctors Without Borders telah sepakat dengan Menteri Kesehatan Ethiopia untuk menambah ruang perawatan anak di rumah sakit, pemberian makanan bergizi bagi pasien rawat inap dan kapasitas gawat darurat di rumah sakit tersebut. Termasuk di dalamnya mempercepat pembangunan gedung baru, untuk mendukung sanitasi dan pembangunan penyediaan sumber air bersih. Seiring dengan itu, program kami berencana membuka lima unit rawat jalan pemberian makanan bergizi di daerah yang sangat membutuhkan, tetapi lebih banyak lagi yang harus dilakukan untuk mencegah krisis yang mengancam. 

    Kenya

    Di timur laut Kenya, kekeringan berkepanjangan melanda setelah tiga musim berturut-turut hujan tidak kunjung turun. Hal ini membuat situasi rawan pangan yang sudah buruk menjadi semakin parah. Marsabit County dilaporkan saat ini mengalami malnutrisi akut yang tinggi d iatas angka rata-rata.

    Pada Februari 2022, Doctors Without Borders melakukan pengkajian di lima wilayah sub-county di Marsabit. Bagian sub-county Horr Utara, khususnya di Illeret, memiliki tingkat kerawanan pangan paling tinggi dan jumlah anak malnutrisi paling banyak. Sebuah skrining massal dilakukan oleh UNICEF di Marsabit, menunjukkan angka malnutrisi akut global sebesar 23%.  

    Sebelas anak yang menjadi pasien dalam program pengentasan gizi buruk meninggal dunia antara pertengahan Februari hingga pertengahan Maret 2022.

    malnutirition

    Petugas klinis Doctors Without Borders, perawat dan ahli gizi bergantian merawat Egura Arbollo yang berusia sembilan bulan di Pusat Kesehatan Illeret. Ia dirawat karena mengalami malnutrisi akut dengan dehidrasi berat akibat diare, muntah dan demam. April, 2022.  © MSF/Lucy Makori

    Kementerian Kesehatan dan organisasi-organisasi lainnya melakukan kegiatan penyuluhan untuk mendukung integrasi dari manajemen penanganan malnutrisi akut di beberapa sub-county. Kegiatan ini tidak bisa bertahan, sehingga mengurangi identifikasi anak-anak malnutrisi dan tindak lanjut di masyarakat.

    “Pendanaan dan koordinasi yang lebih tinggi diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan kritis masyarakat dan mengatasi masalah malnutrisi,” kata Edi Atte, Country Director Doctors Without Borders di Kenya. “Penjangkauan ke masyarakat perlu menawarkan kegiatan asesmen gizi dan dukungan bagi masyarakat secara rutin. Di masa lalu, karena kurangnya logistik dan sumber daya manusia, klinik yang menjangkau ke masyarakat hanya berlangsung sekali atau dua kali sebulan, sehingga menghambat kemajuan perawatan anak-anak malnutrisi dan tindak lanjutnya.”

    Doctors Without Borders telah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan organisasi-organisasi lain sebagai komponen medis untuk memperkuat kegiatan manajemen nutrisi di Illeret. Tim Doctors Without Borders mendukung proses skrining, diagnosis dan manajemen penanganan anak-anak yang mengalami malnutrisi akut. Pendekatan yang kami lakukan melalui pencarian kasus secara aktif dan surveilans telah meningkatkan jumlah anak yang dapat mengakses perawatan ini. 

    “Sejak dimulainya program kami pada Maret 2022, terjadi peningkatan jumlah anak dengan malnutrisi akut yang dirawat dan anak-anak yang tidak merespons pengobatan,” kata Edi Atte. “Kami meningkatkan rujukan ke pusat rehabilitasi di Illeret. Kegiatan ini telah menyelamatkan banyak nyawa.”

    Doctors Without Borders juga telah membantu menyesuaikan departemen rawat inap di Pusat Kesehatan Illeret menjadi pusat pemberian makan terapi berkapasitas 10 tempat tidur. Para ibu menyusui di pusat pemberian makan juga mendapat makan tiga kali sehari untuk memperbanyak produksi ASI mereka.

    Sekarang, musim hujan sudah datang dan distribusi makanan sedang berlangsung. Namun, tetap ada kebutuhan kritis untuk selalu konsisten menyediakan makanan yang cukup dan berkualitas untuk rumah tangga. Solusi jangka panjang tetap harus diupayakan untuk membantu masyarakat bisa mendapatkan air, sebuah masalah yang terus berdampak pada kesehatan anak.

    Sudan Selatan

    Banjir yang berlangsung dalam empat tahun berturut turut mengakibatkan hampir dua per tiga kawasan terendam – dengan Jonglei, Utara Bahr El Ghazal, Upper Nile, Warrap, Equatoria Barat, dan Lakes States di Sudan Selatan dan Daerah Administratif Khusus Abyei, semuanya mengalami banjir parah dalam beberapa bulan terakhir.

    Banjir mengakibatkan ratusan ribu orang mengungsi, jutaan ternak mati dan menghancurkan ribuan hektar lahan pertanian, memperburuk krisis kerawanan pangan yang sedang terjadi di negara ini. Program Pangan Dunia (UN WFP) memperkirakan lebih dari 75% rakyat Sudan Selatan membutuhkan bantuan makanan.

    south sudan

    Foto udara dari desa terlanda banjir dekat Old Fangan, Sudan Selatan. Banjir selama empat tahun berturut-turut menghancurkan area tersebut. Juni 2022. © Florence Miettaux

    Tim kami menyaksikan angka malnutrisi yang terus meningkat dengan mengkhawatirkan, dari angka malnutrisi sedang menuju malnutrisi akut yang parah. Di antara bulan Januari sampai dengan September tahun ini, lebih dari 4.200 anak anak dirawat karena malnutrisi di fasilitas medis kami di Sudan Selatan.

    Karena tidak ada tempat lain untuk bernaung, puluhan ribu orang terpaksa hidup di kamp-kamp pengungsi. Tidak tersedianya tempat berteduh, air bersih layak minum, dan fasilitas sanitasi di kamp mengakibatkan terjadinya wabah penyakit menular dan penyakit yang terkait dengan air serta risiko kesehatan lainnya. Hasilnya adalah bencana kemanusiaan bagi orang-orang yang sudah menderita jadi semakin menderita. 

    Meski negara Sudah Selatan saat ini memasuki musim kering, tampaknya belum ada kemajuan yang berarti. Dampak yang dahsyat dari hilangnya tanaman dan ternak diperkirakan akan membuat angka malnutrisi menanjak. 

    Afghanistan

    Sejak 2021, Doctors Without Borders melihat tingginya angka pasien di di pusat pemberian makan terapi rawat inap (ITFC) dan pusat pemberian makan terapi rawat jalan (ATFC) di Helmand, Herat dan Kandahar.

    Kandahar

    Di Kandahar, Doctors Without Borders juga menjalankan kegiatan nutrisi di Kandahar, yang ditujukan untuk anak-anak yang menderita SAM atau malnutrisi akut parah dengan rentang usia 6 – 59 bulan. Dari Januari sampai September 2022, sebanyak 31.544 anak sudah diskrining dalam program Pemberian Makanan Terapi yang dijalankan Doctors Without Borders di Kandahar. Dari semua anak yang telah diskrining pada akhir September 2022, 5.224 terdaftar dalam ATFC dan 426 dirawat di ITFC.

    Juga di bulan September 2022, 488 pasien terdaftar di ATFC, dan 110 anak dirawat di ITFC. Angka ini merepresentasikan 25,8% dari semua pasien yang diterima ITFC pada tahun 2022. 

    kandahar

    Para perempuan duduk di ruang tunggu di luar Ambulatory Therapeutic Feeding Centre (ATFC) Doctors Without Borders di Kandahar, Afghanistan. November 2022. © Tasal Khogyani/MSF

     
    Lashkar Gah, Helmand

    Di Rumah sakit Boost di Lashkar Gah yang didukung oleh Doctors Without Borders, kami menyaksikan anak-anak dengan malnutrisi berat dan akut masuk ITFC.

    Herat

    ITFC Doctors Without Borders di rumah sakit daerah Herat merawat anak-anak penderita malnutrisi berat dengan komplikasi medis tambahan. Tahun 2022, sekitar sepertiga pasien yang masuk berusia di bawah enam bulan.

    Di klinik Kahdestan, kami menyediakan pengobatan rawat jalan untuk anak anak, ibu hamil dan menyusui.

    Kabul

    Di antara Februari 2022 dan Juli 2022, Doctors Without Borders melakukan renovasi untuk departemen pediatrik rumah sakit pengajaran Maiwand yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, dan pada Juli 2022 mendirikan ITFC baru dengan kapasitas 34 empat tidur di sana.

    Khost

    Rumah sakit bersalin Khost memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil yang mengalami komplikasi serta perawatan pasca melahirkan. Pada September 2022, kami menskrining 1770 perempuan hamil untuk memeriksa kemungkinan malnutrisi. Hasilnya, 15% memiliki tingkat malnutrisi akut menengah dan kurang dari 1% mengalami SAM atau malnutrisi akut parah. Mereka semua juga dirawat di Rumah Sakit bersalin Khost.

    Fakta-fakta tentang malnutrisi

    Skrining
    Perawatan
    Pencegahan

    Doctors Without Borders melakukan skrining terhadap komunitas untuk memeriksa potensi malnutrisi dengan melakukan penilaian gizi dan pada saat melayani pasiet rawat jalan maupun rawat inap yang tidak secara khusus ditujukan untuk nutrisi, dan saat intervensi lainnya. Tim kami memeriksa anak-anak dengan membandingkan berat dan tinggi badan sesuai dengan standar internasional yang telah ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan/atau mengukur lingkar lengan atas anak (MUAC) menggunakan gelang kertas dengan kode warna. Pengukuran MUAC cukup mudah digunakan di desa-desa oleh para petugas kesehatan di komunitas.

    Pemanfaatan secara luas makanan terapeutik siap saji (RUTF), yaitu makanan yang dapat disimpan dalam waktu yang lama tanpa harus masuk ke lemari pendingin dan mengandung nutrisi spesifik yang berimbang, memunginkan kami untuk secara efektif memerangi malnutrisi. RUTF bisa berupa pasta, mirip selai kacang atau dalam bentuk biskuit. Mayoritas anak-anak dapat dirawat di rumah oleh keluarganya, dengan pemeriksaan lanjutan ke klinik. Strategi ini dapat  menghasilkan tingkat kesembuhan lebih dari 90% dan dapat mengurangi jumlah pasien yang harus masuk ruang rawat inap.

    Di beberapa wilayah, tim kami menjalankan proyek pencegahan malnutrisi agar anak terhindar dari sakit, terutama setelah masa “kesenjangan pangan” tahunan. Doctors Without Borders mulai bekerja dan mendirikan klinik rawat jalan beberapa bulan sebelum kasus malnutrisi mencapai puncaknya pada awal musim hujan. Di beberapa wilayah di mana malnutrisi diperkirakan semakin parah, tim kami melakukan tindakan pencegahan dengan membagikan suplemen gizi kepada anak-anak berisiko di seluruh Afrika dan Asia dan memastikan upaya pencegahan penyakit lainnya, seperti vaksinasi dan kemoprofilaksis malaria, terlaksana. 

    Kuis Malnutrisi 

    (dalam Bahasa Inggris)