Haiti: Korban gempa membutuhkan perawatan lanjutan di wilayah selatan
Jacques, perwakilan kamp pengungsi internal Croix des Martyrs di Les Cayes, berjalan melewati kamp bersama dua pemuda. Jacques membantu Doctors Without Borders mengatur klinik keliling untuk sekitar 200 pasien dari kamp. Jacques juga merupakan salah satu pasien pertama di klinik tersebut, yang mencari perawatan untuk luka yang terinfeksi di kakinya. Haiti, September 2021. © Nico Dauterive/MSF
Jumlah kematian dan cedera terbesar akibat gempa bumi 14 Agustus di Haiti terjadi di wilayah paling selatan negara itu, departemen Sud. Sebelum bencana ini, rumah sakit dan klinik sudah langka di daerah terpencil Sud, dan gempa bumi merusak atau bahkan menghancurkan banyak fasilitas kesehatan dan jalan raya, sehingga sulit bagi korban gempa di daerah pedesaan untuk mendapatkan perawatan dengan cepat.
Di Hôpital Immaculée Conception (HIC) di Les Cayes, ibu kota departemen Sud, tim medis Doctors Without Borders memberikan perawatan bedah dan pasca operasi kepada lebih dari 90 pasien melalui kerja sama dengan Kementerian Kesehatan.
Tim saya tiba di Les Cayes pada 23 Agustus. Rumah sakit kewalahan. Anak-anak dan orang dewasa berkumpul. Orang-orang tiba di rumah sakit setelah beberapa hari dengan luka yang terinfeksi.Prunau Mimose, Perawat Pengawas
Perawat Doctors Without Borders memasangkan infus untuk pasien di ruang pasca operasi Rumah Sakit Immaculate Conception, Les Cayes, Haiti. September, 2021. © Alexandre Michel/MSF
Doctors Without Borders mulai memberikan perawatan bedah, pasca operasi dan psikososial di rumah sakit dan memasang tujuh tenda dengan total 62 tempat tidur tambahan. Ruang perawatan pasca operasi rumah sakit, tempat Prunau Mimose bekerja, hampir selalu penuh sejak gempa. Segera setelah satu pasien meninggalkan tempat tidur, pasien lain datang.
Mimose mengelola aktivitas keperawatan dan kedatangan dan kepergian pasien. Dia memuji relawan lokal yang telah mengambil langkah untuk bekerja di rumah sakit serta staf.
Jika bukan karena para sukarelawan, pekerjaan kami akan lebih sulit. Mereka adalah orang-orang hebat—mereka bekerja tanpa henti.Prunau Mimose, Perawat Pengawas
Banyak pasien, terutama mereka yang berada di pedesaan di pegunungan yang ada di kawasan itu, mengalami perjalanan panjang yang sulit ke Les Cayes.
Jean Nader Joseph, yang menggunakan nama Dèdè, terluka akibat tanah longsor saat terjadi gempa bumi 14 Agustus ketika dia tengah menggembalakan ternak di pedesaan dekat Camp Perrin, di departemen Sud, Haiti. Dia dirawat di Hôpital Immaculée Conception di Les Cayes. Doctors Without Borders menyediakan perawatan bedah dan pasca operasi di rumah sakit, serta perawatan psikososial dan fisioterapi. Haiti, Agustus 2021. © Alexandre Michel/MSF
Saya sedang pergi menggembala ternak ketika tiba-tiba bumi berguncang. Saya bersama seorang teman, dan dia adalah yang pertama melihat tanah longsor. Tidak lama setelah dia berteriak, 'Dèdè batu berjatuhan ke arah kita!' ketika sebuah batu besar menghantam kepalanya. Dia meninggal seketika, dan batu yang sama menghantam kakiku. Saya menghabiskan malam di semak-semak, dan baru keesokan paginya istri dan tetangga saya datang untuk membebaskan saya.Jean Nader Joseph, yang dipanggil Dèdè
Dèdè mengatakan bahwa awalnya dia mencari pengobatan dari tabib tradisional untuk luka-lukanya, tetapi ketika dia mengetahui bahwa Hpital Immaculée Conception menyediakan perawatan bagi para korban gempa secara gratis, dia pun pergi ke sana. Setelah 12 hari di rumah sakit, dia baru diperbolehkan pulang dan akan kembali ke desanyan yang berjarak dua jam jauhnya di pegunungan di luar kota Camp Perrin. Tetapi seperti banyak pasien trauma lainnya, dia masih membutuhkan perawatan lanjutan. Karena semakin banyak pasien yang membuat kemajuan dalam perawatan mereka, Doctors Without Borders mulai menyediakan layanan fisioterapi di rumah sakit.
Begitu fase akut penanganan atas korban luka telah berlalu, kami memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam perawatan pasca operasi, khususnya untuk menghindari risiko infeksi dan memastikan rehabilitasi yang tepat. Idenya adalah untuk menghindari infeksi pasca operasi yang dapat memiliki konsekuensi yang cukup serius untuk mobilitas jangka panjang mereka.Carla Melki, Koordinator Gawat Darurat
Kamp pengungsi internal Croix des Martyrs adalah rumah bagi ratusan keluarga. Banyak yang telah berada di kamp tersebut sejak Badai Matthew pada 2016. Klinik keliling Doctors Without Borders mengunjungi kamp untuk memberikan layanan kesehatan primer dan mental. Haiti, September 2021 © Nico Dauterive/MSF
Banyak rumah pasien yang hancur, sehingga lebih sulit untuk memberikan perawatan lanjutan setelah mereka dipulangkan. Doctors Without Borders juga berupaya untuk memastikan bahwa pasien yang pulang memiliki tempat berlindung, kata Melki.
Untuk menjangkau pasien yang tidak dapat datang sendiri ke Les Cayes, pada tanggal 23 Agustus, Doctors Without Borders mulai menjalankan dua hingga tiga klinik keliling per hari ke daerah pedesaan dan terpencil yang terkena dampak parah gempa. Untuk melakukan perjalanan ke beberapa daerah, tim harus menggunakan sepeda motor atau berjalan kaki dengan keledai untuk membawa perbekalan mereka. Beberapa daerah lain bahkan hanya dapat diakses melalui udara atau laut.
Sebagian besar daerah yang dekat dengan pusat gempa, terutama di dekat Maniche atau Aquin, sulit dijangkau. Kami telah melakukan kunjungan eksplorasi untuk mengidentifikasi desa-desa yang dapat kami berikan bantuan perawatan. Kami juga telah mengunjungi kamp-kamp pengungsi di pusat Les Cayes, beberapa di antaranya telah ada di sana sejak gempa 2010.Bram Keijzer, Koordinator Medis
Klinik keliling Doctors Without Borders menyediakan layanan perawatan kesehatan primer dan mental bagi orang-orang yang tinggal di kamp pengungsi internal informal di Les Cayes yang disebut Papa Numa. Magdalena Berges Mulet dan dua perawat Doctors Without Borders membantu seorang pasien lanjut usia. Haiti, September 2021 © Nico Dauterive/MSF
Klinik keliling menyediakan layanan perawatan kesehatan primer dan mental, dan setiap klinik dapat menampung hingga 100 pasien setiap harinya. Pada minggu pertama, klinik keliling menemui hampir 1.000 pasien. Pasien yang membutuhkan perawatan khusus diangkut ke fasilitas medis yang berfungsi, seperti Hôpital Immaculée Conception di Les Cayes, jika memungkinkan. Selain cedera akibat gempa bumi dan luka serta infeksi terkait, pasien klinik keliling sering mengalami infeksi saluran pernapasan dan infeksi vagina, penyakit kulit, tanda-tanda malnutrisi, dan penyakit lain yang terkait dengan kondisi kehidupan yang buruk serta kurangnya air bersih dan fasilitas kebersihan.
Doctors Without Borders juga telah bekerja, bersama dengan organisasi lain, untuk meningkatkan akses ke air bersih dan sanitasi di komunitas ini dan telah mendukung fasilitas kesehatan setempat dengan pasokan medis dan bangunan sementara sejak gempa.
Sebuah tenda tempat tim Doctors Without Borders terus membantu kelahiran bayi dan memberikan perawatan darurat lainnya kepada ibu hamil setelah rumah sakit di Port-a-Piment rusak akibat gempa. Haiti, Agustus 2021 © Nico Dauterive/MSF
Keijzer mengatakan timnya akan terus mencari cara untuk menjangkau desa-desa paling terpencil yang terkena dampak gempa. Proyek reguler Doctors Without Borders untuk perawatan kesehatan ibu dan reproduksi di kota Port-a-Piment Sud juga terus berfungsi, meskipun gedung tempat Doctors Without Borders bekerja selama bertahun-tahun rusak parah akibat gempa.
Selain pekerjaan kami di Sud, Doctors Without Borders memiliki tim tanggap darurat yang bekerja di wilayah Grand'Anse dan Nippes, yang juga sangat terkena dampak gempa. Di Grand'Anse, kami mendukung tiga pusat perawatan kesehatan primer yang merujuk pasien ke Les Cayes bila diperlukan. Doctors Without Borders telah berada di Haiti selama 30 tahun dan selain menanggapi bencana alam, seperti gempa bumi 2010 dan Badai Matthew pada 2016, Doctors Without Borders juga hadir untuk mengatasi kesenjangan kritis dalam akses perawatan kesehatan. Kegiatan rutin kami berlanjut, termasuk di rumah sakit Tabarre di Port-au-Prince, tempat Doctors Without Borders merawat pasien dengan luka bakar parah serta orang dengan cedera traumatis yang mengancam jiwa. Doctors Without Borders membuka pusat darurat di lingkungan Turgeau di Port-au-Prince pada Agustus 2021. Doctors Without Borders juga merawat korban kekerasan seksual dan berbasis gender di Port-au-Prince dan Gonaïves.