Ethiopia: Masih belum ada tanggung jawab atas pembunuhan Staf Doctors Without Borders: María, Tedros dan Yohannes di Tigray
Seorang penerjemah Doctors Without Borders memberikan instruksi kepada para wanita yang menunggu bersama anak-anak mereka untuk konsultasi medis di sebuah klinik keliling di Desa Adiftaw, di wilayah Tigray, Ethiopia utara. Ethiopia, 2021. © Igor Barbero/MSF
Pada 24 Juni 2021, María Hernandez, 35 tahun, koordinator darurat kami; Yohannes Halefom Reda, 32 tahun, asisten koordinator kami; dan Tedros Gebremariam yang berusia 31 tahun, sopir kami, sedang bepergian di Wilayah Tigray ketika kami kehilangan kontak dengan mereka. Pada 25 Juni, tubuh mereka ditemukan tak bernyawa sejauh 100 hingga 400-meter dari kendaraan mereka.
Paula Gil, presiden Doctors Without Border / Médecins sans Frontières (MSF) Spanyol menjelaskan apa yang kami ketahui sejauh ini tentang pembunuhan mereka dan apa yang telah dilakukan Doctors Without Borders untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang terjadi.
Kiri ke kanan: Maria, Yohannes, Tedros
Maria Hernandez, 35, dari Madrid, Spanyol, mulai bekerja untuk Doctors Without Borders pada 2015, di Republik Afrika Tengah. Sejak itu dia telah bekerja di Yaman, Meksiko, dan Nigeria.
Yohannes Halefom Reda, asisten koordinasi, berusia 31 tahun, dari Ethiopia; ia bergabung dengan Doctors Without Borders pada Februari 2021.
Tedros Gebremariam Gebremichael, 31, juga dari Ethiopia, telah menjadi pengemudi Doctors Without Borders sejak Mei 2021.
Apa yang Doctors Without Borders ketahui sejauh ini terkait dengan pembunuhan Maria, Tedros dan Yohannes?
Selama 6 bulan terakhir, kami telah melakukan segala upaya yang mungkin untuk memahami apa yang terjadi pada mereka dengan terus-menerus terlibat dengan pihak-pihak yang berkonflik. Kami telah bertemu beberapa kali dengan berbagai kementerian Republik Demokratik Federal Ethiopia (FDRE) untuk memastikan bahwa pembunuhan mereka diselidiki dan temuannya dibagikan kepada kami. Kami telah mengajukan permintaan yang sama ke Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF).
Selain itu, sebagai bagian dari praktik standar internal kami setelah insiden keamanan genting, kami telah mengumpulkan dan menganalisis informasi yang memungkinkan kami untuk merekonstruksi gambaran rinci tentang rute yang diambil mobil Doctors Without Borders, serta lokasi dan waktu insiden dan beberapa hal tentang situasi saat pembunuhan tersebut.
Apa yang kami ketahui sejauh ini berdasarkan hasil awal tinjauan internal ini adalah bahwa pada tanggal 24 Juni, María, Tedros dan Yohannes sedang menuju rute selatan Abi Adi untuk mencari dan mengumpulkan orang-orang yang terluka di daerah-daerah yang terkena dampak pertempuran sengit antara FDRE, sekutunya, dan TPLF. Tim Doctors Without Borders yang bermarkas di Abi Adi telah menerima informasi sebelumnya bahwa ada sejumlah besar orang yang terluka di Shoate Egum, sebuah desa di dekat tempat kejadian. Baru satu jam perjalanan, mobil mereka berhenti. Mayat mereka kemudian ditemukan pada jarak 100-400m dari mobil dan luka mereka menunjukkan bahwa masing-masing menderita beberapa luka tembak jarak dekat.
Informasi ini menegaskan bahwa serangan itu bukanlah cedera akibat baku tembak, melainkan pembunuhan yang disengaja terhadap tiga pekerja bantuan kemanusiaan, karena masing-masing anggota staf kami jelas dikenali sebagai warga sipil dan kemanusiaan pada saat kejadian. Mobil itu, juga diidentifikasi dengan baik dengan logo Doctors Without Borders dan 2 bendera, ditembak beberapa kali dan dibakar.
Apa yang Doctors Without Borders minta kepada pihak-pihak yang berkonflik untuk lebih memahami apa yang terjadi dan memastikan hal ini tidak terjadi lagi?
Diskusi kami masih berlangsung, tetapi berdasarkan pertemuan kami pada bulan Agustus, November dan Desember 2021, perwakilan FDRE telah mengkonfirmasi bahwa penyelidikan atas serangan tersebut sedang berlangsung. Doctors Without Borders juga telah meminta TPLF untuk melakukan investigasi dan membagikan temuannya. Hingga saat ini, belum ada hasil akhir dari penyelidikan ini.
Hasil awal tinjauan internal kami juga dibagikan di tingkat kementerian dengan FDRE. Sebagai gantinya, kami meminta klarifikasi tentang kehadiran dan keterlibatan angkatan bersenjata mereka pada saat itu dan di lokasi yang tepat dari insiden tersebut. Kami menjelaskan bahwa klarifikasi ini adalah bagian dari tugas kami terhadap keluarga mereka yang terbunuh dan kepada staf kami, untuk memberi mereka jawaban tentang apa yang terjadi pada orang yang mereka cintai. Kami telah mengajukan permintaan yang sama ke TPLF.
Kami meminta saluran komunikasi langsung antara Doctors Without Borders dan angkatan bersenjata Ethiopia dan sekutu mereka di tingkat federal dan regional. Ini akan memungkinkan kami untuk berbagi rincian fasilitas dan pergerakan kemanusiaan medis dan untuk memastikan bahwa kegiatan penyelamatan jiwa yang dilakukan oleh tim Doctors Without Borders dipahami dan dihormati oleh angkatan bersenjata.
Dan sementara kami menghargai dialog konstruktif yang kami lakukan dengan FDRE, kami juga menyampaikan keprihatinan kami tentang pernyataan publik yang dibuat terhadap organisasi kemanusiaan yang berdampak langsung pada keselamatan dan keamanan mereka. Di Etiopia, tim kami secara teratur mengalami pelecehan, ancaman serius, dan penahanan. Untuk memenuhi kebutuhan medis yang signifikan yang dihadapi oleh orang-orang Ethiopia di seluruh negeri, kami mengulangi seruan kami kepada FDRE untuk secara terbuka mendukung pekerjaan organisasi kemanusiaan sebagai langkah penting untuk membangun penerimaan masyarakat dan memungkinkan kami untuk terus menyediakan pekerjaan medis yang menyelamatkan jiwa di seluruh negara.
Seorang petugas medis Doctors Without Borders memeriksa seorang anak di klinik keliling di Desa Adiftaw, di wilayah Tigray, Ethiopia utara. Ethiopia, 2021. © Igor Barbero/MSF
Bagaimana status kegiatan Doctors Without Borders di Ethiopia saat ini?
Menyusul pembunuhan rekan-rekan kami pada Juni 2021, Doctors Without Borders harus mengambil keputusan berat untuk menangguhkan beberapa kegiatan di wilayah Tigray, di kota Abi Adi, Adigrat, dan Axum. Pada bulan Juli, pemerintah Ethiopia menangguhkan kegiatan Doctors Without Borders di Amhara, Gambella, Tigray Barat Laut (Shire dan Sheraro) dan di wilayah Somalia selama tiga bulan. Penangguhan ini dicabut pada bulan Oktober, meskipun tidak mungkin bagi kami untuk memulai kembali program medis tersebut, terutama karena situasi keamanan dan hambatan administratif.
Pada bulan November, dengan keadaan darurat yang diumumkan di Ethiopia, Doctors Without Borders harus menangguhkan kegiatan medis lebih lanjut di bagian lain negara itu di mana kami yakin tidak mungkin lagi bekerja dengan aman. Saat ini, Doctors Without Borders terus memberikan perawatan medis kepada pasien di Afar dan di Wilayah Bangsa-Bangsa, Kebangsaan, dan Rakyat Selatan (Southern Nations, Nationalities and People’s Region / SNNPR), dan memberikan donasi ad-hoc pasokan medis di wilayah Amhara, Gambella, dan Somalia.
Saat ini, terlepas dari besarnya kebutuhan kemanusiaan yang dihadapi oleh orang-orang di banyak wilayah di negara ini, Doctors Without Borders belum dapat memulai kembali dan memperluas responsnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dan oleh karena itu, kami tetap berkomitmen untuk terlibat dengan FDRE dan semua pihak lain dalam konflik, menunggu hasil diskusi kami dengan mereka dan mencapai kesepakatan untuk secara aman memberikan bantuan medis tidak memihak yang sangat dibutuhkan kepada orang-orang Ethiopia yang terkena dampak konflik atau krisis lainnya di seluruh wilayah negara tersebut.