Skip to main content

    Doctors Without Borders memperingatkan dampak kesehatan dan kemanusiaan akibat perubahan iklim dalam Laporan Countdown terbitan Lancet 2021

    MSF has settled a solar panel system at the General Hospital of Kigulube in Sud Kivu to give autonomy to the health structure for the next 20 years. DRC, 2019. © Pablo Garrigos/MSF

    SSistem panel surya di Rumah Sakit Umum Kigulube didukung oleh Doctors Without Borders di Sud Kivu. DRC, 2019. © Pablo Garrigos/MSF 

    Dalam paparan isu kemanusiaan untuk laporan Lancet Countdown on Health and Climate Change 2021, para ahli kemanusiaan medis Doctors Without Borders dari seluruh dunia dan lintas disiplin berbagi pengalaman mereka tentang bagaimana perubahan iklim kemungkinan telah memperburuk krisis kesehatan dan kemanusiaan. Pengalaman-pengalaman ini menggarisbawahi catatan pengamatan kami tentang bagaimana perubahan lingkungan dan bencana yang disebabkan oleh iklim telah berkontribusi pada peningkatan penularan penyakit menular seperti malaria, demam berdarah dan kolera; dampak kelangkaan air dan kerawanan pangan yang menyebabkan malnutrisi; dampak paparan panas yang menyebabkan dehidrasi akut; dampak kesehatan mental akibat peristiwa cuaca ekstrem, dan seterusnya.

    “Tim Doctors Without Borders adalah tim kemanusiaan medis, bukan ilmuwan iklim – tetapi setelah bertahun-tahun menyaksikan bagaimana perubahan iklim kemungkinan memperburuk krisis kesehatan dan kemanusiaan dalam berbagai konteks tempat kami bekerja, kami terpaksa berbicara tentang apa yang kami lihat,” kata Carol Devine, Pimpinan Aksi Kemanusiaan untuk Iklim & Lingkungan untuk Doctors Without Borders.

    Berikut adalah beberapa gambaran dari berbagai negara, yang disarikan dari paparan kemanusiaan Doctors Without Borders dalam laporan Lancet Countdown 2021. Untuk membaca ringkasan lengkapnya, klik di sini.

    Perubahan iklim, ketidakstabilan dan kekurangan gizi di Somalia

    Lebih dari dua dekade konflik, ketidakstabilan politik dan kondisi iklim yang ekstrem telah menyebabkan salah satu krisis kemanusiaan yang paling berkepanjangan di dunia, terjadi di Somalia. Banjir yang intens dan sering, kekeringan dan serangan kawanan belalang gurun berkelindan mengganggu ketahanan pangan dan berkurangnya mata pencaharian. Situasi ini  meningkatkan persaingan untuk menguasai sumber daya yang semakin langka, sehingga memperburuk ketegangan yang ada dan berdampak pada orang-orang yang paling terpinggirkan.

    Dampak paling signifikan dari perubahan iklim termanifestasikan sebagai kekurangan gizi pada anak-anak. Jika perubahan iklim terus berlanjut seperti yang diproyeksikan, Doctors Without Borders memperingatkan bahwa berkurangnya produksi pangan dan berkurangnya kualitas nutrisi dari beberapa tanaman serealia dapat semakin meningkatkan risiko kekurangan gizi, 
    dengan bayi yang sering terkena dampak terburuknya.

    Merespons situasi ini, Doctors Without Borders menjalankan program untuk mengatasi kesenjangan kelaparan di Somalia selatan, yang bertujuan untuk mencegah dan mengatasi kekurangan gizi akut selama musim paceklik melalui pengawasan aktif, skrining, dan perawatan rawat jalan. Di wilayah Gedo dan Juba Bawah, kami menginisiasi tiga tanggap darurat untuk merawat anak-anak dengan malnutrisi akut yang parah dan mengatasi krisis air.

    More people are moving in search of food and water, even as the risk of COVID-19 remains and a measles outbreak continues unabated in Dhobley and Kismayu. Pastoralist communities are also affected as they have lost livestock that has reportedly died of thirst due to water shortages.
    Mohamed Ahmed, Koordinator Proyek
    In 2020, MSF decided to expand its operations in the North Project, which offers vector control, health promotion and mental health services in communities affected by the hurricanes.

    Pada tahun 2020, Doctors Without Borders memutuskan untuk memperluas operasinya di Proyek Utara, yang menawarkan pengendalian vektor, promosi kesehatan, dan layanan kesehatan mental di masyarakat yang terkena dampak badai. Honduras, 2021. © Yael Martínez V./Magnum Photo

    Kerusakan sistem kesehatan akibat bencana iklim di Honduras

    Pada akhir tahun 2020, ketika badai Eta dan Iota melanda Amerika Tengah secara berurutan, lebih dari 120 pusat kesehatan di Honduras rusak atau hancur – beberapa hilang begitu saja  terbawa lumpur. Dua juta orang terlunta lunta dengan akses yang terbatas atau tidak ada perawatan.

    Namun bahkan sebelum badai, sistem kesehatan di Honduras berada di bawah tekanan yang cukup besar. Rumah sakit berjuang untuk mengakomodasi pasien COVID-19, sementara wabah demam berdarah yang disebabkan nyamuk yang kebal insektisida muncul sebagai akibat dari upaya pengendalian vektor yang tidak terlaksana dengan baik.

    Untuk mengatasi hal ini, Doctors Without Borders telah menerapkan langkah-langkah untuk meningkatkan ketahanan sistem kesehatan terhadap adanya ancaman iklim di Honduras. Ini termasuk kegiatan pengendalian vektor dan sistem pengawasan demam berdarah untuk mencegah wabah, yang memberi tekanan tambahan pada sistem kesehatan.

    We have slept in the fields. We have endured hunger and sleepless nights. At the Coatzacoalcos shelter, they told us that it was closed. I am afraid of staying on the street because anything can happen to us. I am afraid that my son will be taken from me. I don't sleep because while my son sleeps, I keep watch.
    Kimberly, seorang perempuan Honduras

    Mendukung perawatan kesehatan dengan energi surya di Balochistan, Pakistan

    Di empat distrik Balochistan, Pakistan, Doctors Without Borders mendukung fasilitas kesehatan yang memberikan perawatan kepada lebih dari 12.000 ibu hamil dan sekitar 10.000 anak yang menderita kekurangan gizi pada setiap tahun. Namun,  karena sering terjadi pemadaman listrik dan kenaikan suhu di musim panas membuat sulit untuk menjaga suhu dingin bagi pasien, petugas kesehatan, dan penyimpanan obat-obatan. Ini merupakan tantangan mengingat seringnya pemadaman listrik sedangkan suhu  bisa mencapai 50 derajat Celcius di musim panas.

    Untuk mengatasi hal ini, Doctors Without Borders telah memasang sistem panel surya pada fasilitas yang berlokasi di Dera Murad Jamali, Chaman dan Kuchlak. Dilengkapi dengan jaringan listrik atau generator, sistem ini menyediakan energi yang selalu tersedia untuk penerangan, AC dan kipas angin, serta poma dan pendingin air, sekaligus mencegah lebih dari 50.000 kg emisi karbon per tahun.

    Sebagai praktisi medis, tugas kami tidak hanya mengobati orang, tetapi juga mencegah terjadinya penyakit di masa depan. Kita tidak boleh menciptakan masalah di kemudian hari sambil mencoba memecahkan masalah kesehatan hari ini.
    Dr. Monica Rull, Direktur Medis
    Categories