Skip to main content
    Boat with NFI items arrives at Chibuabuabua, Savane, in Dondo District with NFI items. Mozambique, 2019 © Giuseppe La Rosa/MSF

    Darurat Iklim: Apa yang kami lihat?

    Di berbagai negara tempat kami bekerja tim kemanusiaan medis kami menangani situasi yang berkaitan dengan atau yang diperparah oleh perubahan iklim dan lingkungan. Penyakit ini termasuk penyakit yang ditularkan oleh berbagai jenis serangga, seperti malaria, atau penyakit yang ditularkan melalui air, seperti diare, yang dipengaruhi oleh perubahan suhu dan pola curah hujan. Masalah ini juga mencakup malnutrisi, misalnya akibat kekeringan yang berkepanjangan, dan peristiwa cuaca ekstrem lainnya seperti angin topan dan banjir yang semakin sering terjadi dan semakin parah.

    Apa saja yang perlu Anda ketahui?

    Darurat Iklim
    Darurat Iklim
    Krisis iklim adalah krisis kesehatan dan kemanusiaan.
    Darurat Iklim: Apa yang kami lakukan?
    Darurat Iklim: Apa yang kami lakukan?
    Inilah komitmen kami.
    Darurat Iklim: Apa yang dapat Anda lakukan untuk membantu?
    Darurat Iklim: Apa yang dapat Anda lakukan untuk membantu?
    Kita semua memiliki peran dalam mengatasi krisis iklim.
    Three women return to their village after collecting water from a water distribution organized by MSF teams in the village of Fenoiva.Madagascar, 2022 © Lucille Guenier/MSF

    Tiga orang perempuan kembali ke desa mereka setelah mengambil air dari program penyaluran bantuan air bersih yang diselenggarakan oleh tim Doctors Without Borders di desa Fenoiva. © Lucille Guenier/MSF

    Di semua wilayah, kondisi panas yang ekstrem menyebabkan meningkatnya angka kematian dan kesakitan pada manusia. Kasus penyakit yang ditularkan melalui vektor semakin meningkat, begitu pula dengan penyakit yang ditularkan melalui makanan dan air yang berhubungan dengan iklim. 

    Kerawanan pangan dan malnutrisi cenderung meningkat di beberapa wilayah tertentu, terutama di Afrika, akibat perubahan iklim dan kerusakan lingkungan.  

    Dampaknya terhadap kesehatan 

    Malnutrisi
    Malaria dan demam berdarah

    Perubahan suhu, banjir, dan kekeringan dapat mengganggu produksi pangan dan dapat berkontribusi pada kerawanan pangan, yang menyebabkan malnutrisi, termasuk kekurangan gizi, kelebihan berat badan, dan obesitas.

    Secara global, 11,7 persen dari seluruh penduduk dunia mengalami kerawanan pangan berat.    

    Doctors Without Border staff at is checking a child at Kofar Marusa ATFC, Katsina State. Nigeria, June 2022. © George Osodi

    Di barat laut Nigeria, krisis malnutrisi telah berlangsung sejak tahun 2022. Dari Januari hingga Juli 2022, tim Doctors Without Borders, yang bekerja sama dengan otoritas kesehatan Nigeria di lima negara bagian barat laut, merawat lebih dari 50.000 anak dengan malnutrisi akut, termasuk 7.000 di antaranya membutuhkan perawatan di rumah sakit.

    Foto di atas, seorang staf Doctors Without Border sedang memeriksa seorang anak di Kofar Marusa ATFC. Nigeria, June 2022. © George Osodi

    Malaria dan demam berdarah adalah penyakit yang ditularkan melalui vektor, yang artinya penyakit ini ditularkan dari vektor-seperti nyamuk-ke manusia. Perubahan ekosistem (bagaimana tanaman, hewan, dan organisme lain berinteraksi), serta banyak faktor lainnya, menyebabkan peningkatan penyebaran geografis dan musim kawin serangga dan mikroorganisme lain yang menyebarkan penyakit.

    Di Sudan Selatan, malaria adalah penyebab utama kematian di negara tersebut. Menurut data terakhir yang ada, total 4.064.662 kasus telah terkonfirmasi pada tahun 2019, dan lebih dari 4.800 orang diketahui meninggal akibat penyakit ini pada tahun yang sama. 

    Pada tahun 2021, Doctors Without Borders, bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, meluncurkan program pencegahan malaria di Aweil, ibu kota Negara Bagian Bahr el Ghazal Utara, Sudan Selatan. Program ini disebut dengan kemoprevensi malaria musiman (seasonal malaria chemoprevention atau SMC). Tujuannya adalah untuk mencegah infeksi dan penyakit serius pada anak-anak usia 3-59 bulan dengan memberikan obat antimalaria sebulan sekali selama musim hujan.

    Di bawah ini adalah Zara kecil (usia tidak diketahui), yang menderita malaria, dan ibunya yang cemas, Elizabeth Thom, 35 tahun, di Rumah Sakit Aweil yang disokong oleh Doctors Without Borders. © Adrienne Surprenant/Item

    MSF-supported Aweil State Hospital. South Sudan, October 2021 © Adrienne Surprenant/Item

    Di Pakistan, banjir selama berminggu-minggu pada tahun 2022 menyebabkan sumber air terkontaminasi, dan masyarakat berisiko lebih tinggi terkena demam berdarah, penyakit endemik di negara tersebut. 

    Non-food items being unloaded for distribution in Dadu district, Sindh, Pakistan. 2022 © Asim Hafeez

    Barang-barang non-makanan yang didistribusikan oleh Doctors Without Borders setelah banjir adalah kelambu, menyusul meningkatnya kasus demam berdarah dan malaria. 2022 © Asim Hafeez

    Negara-negara yang Mengalami Krisis Iklim

    Kiribati

    Negara Kiribati terdiri dari 32 atol atau kepulauan kecil (dan satu pulau karang terangkat) yang terletak di antara Australia dan Hawaii. Negara ini hanya mencakup 811 kilometer persegi daratan di wilayah lautan yang luasnya mencapai 3,5 juta kilometer persegi.

    Setengah dari total penduduk Kiribati (diperkirakan 120.000 jiwa) tinggal di ibu kota, Tarawa Selatan. Pulau utama yang berbentuk seperti bumerang ini hampir tidak dapat menampung semua penduduknya. Sebagai akibat dari tingkat kelahiran yang tinggi (26 kelahiran per 1.000 orang), dan urbanisasi di Tarawa Selatan karena migrasi dari pulau-pulau luar, kepadatan penduduk yang berlebihan memperburuk masalah kesehatan dan sosial serta isu-isu lingkungan.

    Kiribati 2022 © Joanne Lillie/MSF

    Bagian pesisir desa ini ditinggalkan ketika air laut merendam rumah-rumah warga. Kini, air laut memenuhi daratan yang lebih rendah dan masuk ke dalam rumah-rumah penduduk. Dinding penahan dari ban tidak mampu menahan air laut yang sedang pasang.

    Selain ancaman naiknya permukaan air laut dan banjir di daratan, penduduk juga terancam kekurangan air bersih. Di Tarawa, Kiribati, air sumur digunakan berlebihan dan terkontaminasi oleh air laut, limbah, dan perilaku buang air besar sembarangan, serta memelihara babi di samping rumah, dan praktik menguburkan kerabat di samping rumah.              © Joanne Lillie/MSF

    Kiribati merupakan salah satu negara dengan kasus penyakit tertinggi di dunia, termasuk kasus kusta tertinggi, salah satu negara dengan kasus tuberkulosis dan diabetes tertinggi, serta negara dengan akses layanan kesehatan primer terendah.

    Kiribati 2022 © Manja Leban/MSF

    Koordinator logistik Doctors Without Borders, Thomas Hing, memasuki klinik Tekabwibwi. Di sebelah kirinya adalah timbangan darurat yang terbuat dari karung biji-bijian untuk memantau berat badan bayi.

    Tujuh puluh lima persen kematian di wilayah Pasifik disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular (PTM), dan PTM sekarang diketahui sebagai penyebab utama masalah kesehatan di Kiribati. Angka diabetes di Kiribati cukup tinggi dan terus meningkat.

    "Diabetes pada ibu hamil menjadi perhatian khusus karena kondisi ini dapat berisiko tinggi bagi ibu dan bayinya, sehingga membutuhkan akses ke perawatan lanjutan (spesialis) untuk penanganan selama proses persalinan, melahirkan, dan setelah kelahiran," kata dokter rujukan dari Doctors Without Borders di Kiribati, bidan Sandra Sedlmaier-Ouattara.

    Kegiatan Doctors Without Borders di Kiribati pada awalnya bertujuan untuk meningkatkan deteksi dan penanganan diabetes serta hipertensi yang berkaitan dengan kesehatan para ibu di Kepulauan Gilbert Selatan, yang berpusat di Tabiteuea Utara. © Manja Leban/MSF

    Keadaan negara yang rapuh ini terancam oleh perubahan iklim. Sebagian besar kepala keluarga melaporkan bahwa pada tahun 2016, sebanyak 81% diantaranya terdampak langsung oleh kenaikan permukaan air laut.

    Daratan Kiribati yang kecil sangat rentan terhadap naiknya air laut - titik tertinggi di Tarawa hanya tiga meter di atas permukaan laut. Fakta penyusutan lahan akibat erosi ada di mana-mana. Di beberapa tempat, pohon-pohon yang tumbang berada di tempat yang dulunya merupakan tempat piknik dan pantai. Rumah-rumah ditinggalkan saat air semakin mendekat dan karung-karung pasir berjejer di tepi pantai menyerupai pagar penahan. Saat bulan purnama, ombak menerjang jalan utama dan membanjiri rumah-rumah warga. 

    Madagaskar

    Terletak di lepas pantai timur Afrika, Madagaskar secara geografis rentan terhadap siklon dan badai.

    Pada bulan Februari 2022, siklon Batsirai dan Emnati menghantam pantai timur Madagaskar, menghancurkan banyak pusat layanan kesehatan. Lebih dari 300.000 orang terdampak, serta hampir seluruh area pertanian di beberapa wilayah, termasuk lebih dari separuh tanaman pangan penduduk. Saat itu, penduduk di bagian selatan negara tersebut baru saja mengalami kekeringan yang sangat parah, sehingga menyebabkan tingkat malnutrisi yang mengkhawatirkan.

    Homes and a health center in Mananjary City were damaged Cyclone Batsirai, which hit Madagascar on 5 February, 2022. © Ahmed Takiddine Sadouly/MSF

    Rumah-rumah dan sebuah pusat kesehatan di Kota Mananjary rusak akibat Siklon Batsirai, yang menghantam Madagaskar pada tanggal 5 Februari. © Ahmed Takiddine Sadouly/MSF

    Namun, Madagaskar juga mengalami fenomena cuaca ekstrem lainnya, seperti kekeringan yang berlangsung selama bertahun-tahun. Sungai dan mata air telah mengering, sehingga mengganggu panen, yang menyebabkan krisis gizi. Ikan semakin sulit ditangkap, sehingga mengurangi pendapatan nelayan hampir 90 persen. Dengan iklim yang berubah-ubah, kadang kemarau, kadang hujan, semakin sulit untuk menanam padi dan tanaman lainnya.

    Doctors Without Borders runs water distribution in the village of Fenoiva, Madagascar. 2022 © Lucille Guenier/MSF

    Doctors Without Borders melakukan distribusi air bersih di Desa Fenoiva, Madagaskar. 2022 © Lucille Guenier/MSF

    Bangladesh

    Warga Bangladesh terbiasa menghadapi topan, banjir, dan bencana lingkungan selama beberapa generasi, namun yang menjadi persoalan baru adalah frekuensi dan intensitas kejadiannya. Seluruh wilayah pesisir dan pedalaman yang berdekatan di Bangladesh berisiko terdampak siklon tropis, terutama banjir parah di kota-kota pesisir dan kerusakan infrastruktur penting. Selain berdampak pada wilayah pesisir, siklon tropis juga dapat menyebabkan curah hujan tinggi, tanah longsor, dan angin kencang jauh dari pantai.

    Meskipun seluruh negara terancam, namun yang paling rentan terdampak adalah para pengungsi Rohingya dan penduduk setempat di Cox's Bazar. Tempat pengungsian tersebut memiliki keterbatasan sanitasi dan ketersediaan air bersih. Banyaknya air kotor di tempat pengungsian terbukti menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk yang menyebarkan malaria dan demam berdarah. 

    Rohingya father sitting at the bedside of his 21-year-old son, who was admitted to the Doctors Without Borders Kutupalong Hospital with dengue. Bangladesh 2022 © Saikat Mojumder/MSF

    Seorang ayah Rohingya duduk di samping tempat tidur putranya yang berusia 21 tahun, yang dirawat di Rumah Sakit Doctors Without Borders Kutupalong karena demam berdarah. Bangladesh 2022 © Saikat Mojumder/MSF

    Seringkali terdapat wabah kudis, demam berdarah, dan kolera. Banyak pengungsi di tempat pengungsian juga menderita penyakit kronis seperti penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes tipe II, yang dapat diperparah oleh faktor lingkungan seperti panas yang ekstrem dan polusi udara.

    Abdullah is a 4-year-old Rohingya refugee who lives in Jamtoli camp. He has been suffering from scabies since December 2022. His whole family suffers from scabies. Bangladesh, 2023 © Farah Tanjee/MSF

    Abdullah adalah seorang pengungsi Rohingya berusia 4 tahun yang tinggal di pengungsian Jamtoli. Ia menderita skabies sejak Desember 2022. Seluruh keluarganya menderita skabies. Bangladesh, 2023 © Farah Tanjee/MSF

    Dampak terhadap lingkungan

    Kekerasan dan konflik

    Di seberang Sahel, di sub-Sahara Afrika, perubahan iklim telah berkontribusi pada ketidakseimbangan lahan yang tersedia bagi para penggembala dan petani. Persaingan memperebutkan sumber daya dan ketidakmampuan pihak berwenang untuk menegosiasikan akses terhadap tanah telah mengakibatkan konflik antara kedua kelompok, memperparah tindak kekerasan dan ketidakamanan di seluruh wilayah tersebut, yang kami sikapi dengan menyediakan layanan medis. Pada akhirnya, konflik sering menyebabkan orang-orang kehilangan tempat tinggal.

     

    Edward Nyam and his family have been living in Mbawa camp since January 2018, when violence forced them to leave their home in Guma. Before they left, one of Edward’s sons was killed in the violence. Benue, Nigeria, 2020 © MSF/Scott Hamilton

    Edward Nyam dan keluarganya telah tinggal di pengungsian Mbawa di Benue, Nigeria, sejak Januari 2018, sejak kekerasan mengharuskan mereka meninggalkan rumahnya di Guma. Sebelum mereka meninggalkan tempat itu, salah satu putra Edward terbunuh dalam kekerasan tersebut.

    Negara-negara bagian 'sabuk tengah' Nigeria menjadi tempat tinggal bagi para pengungsi domestik dalam jumlah terbesar di negara ini, di luar wilayah timur laut. Sebagian besar berasal dari korban konflik 'petani-penggembala'. Di negara bagian Benue, di mana diperkirakan ada sekitar 160.000 pengungsi (IOM 2019), yang tersebar, para pengungsi tinggal di salah satu dari delapan pengungsian resmi; di pengungsian sementara atau pemukiman informal, - seperti pasar atau sekolah - atau di pemukiman warga. 

    Benue, Nigeria, 2020 © MSF/Scott Hamilton

    Bambari, Ouaka, Central African Republic, 2020 © Adrienne Surprenant/Collectif ITEM

    Seidi Bore, 45 tahun, Mariam Hamadou, 35 tahun, Harouna, 1 tahun, dan Younoussa, 13 tahun, sedang duduk di dekat rumah mereka di lokasi pengungsian Élevage, di pinggiran kota Bambari, Ouaka, di Republik Afrika Tengah. Lebih dari 15.000 orang tinggal di pengungsian di pinggiran Bambari ini. 

    Semua anggota keluarga ini, kecuali si bungsu, menderita sakit sejak mereka meninggalkan desa Boyo yang berjarak 120 km, di tengah-tengah konflik.

    Kondisi kesehatan Mariam memburuk ketika ia melahirkan Harouna. Dia dirujuk dari pusat kesehatan Doctors Without Borders di Élevage ke rumah sakit Bambari, tempat kami beroperasi. 

    Kebutuhan medis dan kesulitan sehari-hari masyarakat Ouaka hampir tidak terlihat oleh masyarakat internasional dan Republik Afrika Tengah tetap menjadi krisis 'terlupakan' yang berkepanjangan. Situasi di Ouaka mencerminkan situasi serupa di wilayah lain di seluruh negara ini. Masyarakat di Republik Afrika Tengah menghadapi banyak hambatan yang menghalangi mereka untuk mendapatkan perawatan medis secara tepat waktu. Hambatan yang paling serius adalah pengusiran yang disebabkan oleh siklus kekerasan yang berulang-ulang, dan fakta bahwa, bagi sebagian besar orang, perawatan kesehatan yang berkualitas tetap tidak terjangkau dan tidak tersedia. Beberapa fasilitas kesehatan yang berfungsi tidak dilengkapi dengan peralatan yang memadai, kekurangan tenaga medis yang terampil dan obat-obatan, serta letaknya yang jauh dari jangkauan masyarakat.

    Central African Republic, December 2020 © Adrienne Surprenant/Collectif ITEM

    Ulang, South Sudan, 2019 © Igor Barbero

    Seorang staf Doctors Without Borders memeriksa kesehatan seorang anak di pintu masuk rumah sakit Doctors Without Borders di Ulang, di timur laut Sudan Selatan

    Ulang adalah daerah terpencil di dekat perbatasan Etiopia, di mana penduduknya telah hidup selama bertahun-tahun dalam peperangan dan sering menjadi sasaran pertempuran antar-komunal. Sudan Selatan, 2019 © Igor Barbero

    Cuaca ekstrem

    Negara-negara di seluruh dunia mengalami peristiwa cuaca ekstrem-dan menanggung akibatnya. Pada bulan Februari 2023, Siklon Freddy kategori 5 menghantam Madagaskar dengan kecepatan angin 130mph, yang berdampak pada lebih dari 85.000 orang.

    Meskipun tidak sedahsyat siklon tahun sebelumnya, namun badai Freddy datang ketika wilayah Malagasi berada dalam kondisi yang rentan dengan 75% penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan, sekaligus menghadapi puncak musim malaria dan musim paceklik. Persediaan makanan menipis dan harga makanan mencapai puncaknya. 

    Di daerah pedesaan Sudan Selatan, sapi merupakan tumpuan mata pencaharian masyarakat. Namun, ratusan ribu sapi telah mati akibat banjir pada tahun 2022, sehingga masyarakat mengalami kerawanan pangan.

    Di bawah ini adalah bangkai sapi yang mati karena banjir dan kurangnya padang rumput di dataran tinggi yang kecil di mana sapi-sapi tersebut dibawa oleh pemiliknya, di Pagwir, Fangak. © Florence Miettaux

    Carcasses of cows that have died due to the flooding and the lack of pasture on the small high grounds where they have been taken by their owners, in Pagwir, Fangak County. South Sudan, 2022 © Florence Miettaux

    Meskipun Asia tidaklah asing dengan topan yang kuat, berbagai negara tempat kami beroperasi telah mengalami peristiwa cuaca ekstrem yang melukai atau membuat penduduk setempat kehilangan tempat tinggal, yang kemudian membutuhkan bantuan kemanusiaan darurat. 

    Topan di Filipina

    Pada tahun 2013, Topan Haiyan-salah satu topan super terkuat yang pernah tercatat-menyebabkan lebih dari 6.300 orang meninggal dunia dan membuat empat juta orang kehilangan tempat tinggal di Filipina. Infrastruktur penting rusak atau hancur, dan perbekalan darurat hanyut. © Julie Remy/MSF

    Typhoon Haiyan, Philippines, 2013 © Julie Remy/MSF

    Baru-baru ini, Topan Rai menghantam Filipina selatan pada Desember 2021, berdampak pada sebagian besar provinsi Pulau Dinagat dan pulau-pulau terpencil di Kota Surigao. Penduduk setempat mengatakan bahwa mereka belum pernah melihat badai sebesar ini, atau merasakan angin sekencang ini, dalam beberapa dekade. Atap rumah, sekolah, dan pusat kesehatan hancur, serta pohon-pohon tumbang oleh angin. © Chenery Ann Lim/MSF

    Philippines, December 2021 © Chenery Ann Lim

     

    Tahun bencana Indonesia

    Pada tahun 2018 saja, Indonesia mengalami beberapa bencana alam. Gempa bumi melanda Pulau Lombok pada bulan Juli dan Agustus. Tiga bencana sekaligus yaitu gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi menghantam Palu, Sulawesi Tengah, pada bulan September lalu. © Sri Harjanti Wahyuningsih/MSF

    Indonesia, 2018 © Sri Harjanti Wahyuningsih/MSF

    Pada bulan Desember, setelah letusan gunung berapi Krakatau, tsunami menghantam pantai Selat Sunda. © Muhamad Suryandi/MSF

    Indonesia, 2018 © Muhamad Suryandi/MSF