Kegembiraan ketika membantu orang lain
Eliza Chang bersama rekan kerjannya di Doctors Without Borders di Sierra Leone. © MSF
Eliza, perawat 32 tahun ini, mengatakan bahwa meskipun mudah melanjutkan karier perawatnya dalam kemudahan dunia pertama dan negara maju, hasratnya yang nyata adalah membantu mereka yang membutuhkan.
Eliza Chang merawat seorang pasien Doctors Without Borders di Sierra Leone. © MSF
Meskipun semua pasien sama, saya mendambakan memberi pelayanan pada mereka yang kehilangan akses perawatan kesehatan. Saya menemukan makna dan kegembiraan yang lebih besar melalui partisipasi dalam misi kesehatan dan menjalin hubungan dengan penduduk setempat.Eliza
Eliza saat ini berada di Sudan Selatan, menjabat sebagai Manajer Kegiatan Keperawatan selama sembilan bulan dengan Doctors Without Borders.
Berbagi tentang pekerjaannya dengan Doctors Without Borders, Eliza mengatakan bahwa dia bekerja dengan anggota tim yang luar biasa. Dia mengatakan tantangan bekerja di tempat-tempat terpencil dengan akses perawatan kesehatan yang buruk memotivasi dia untuk melanjutkan tujuan kemanusiaannya.
Alumni Universitas Sains Malaysia ini mengatakan kerja lapangan pertamanya dengan Doctors Without Borders, di Sierra Leone, sebuah negara di pesisir barat daya Afrika Barat, merupakan pengalaman yang unik.
Dia mengatakan, meskipun dibesarkan di Malaysia yang multi-ras, berurusan dengan orang-orang dari negara dan budaya yang berbeda masih menjadi tantangan.
"Hal-hal yang tampak wajar atau pantas bagi kita mungkin tidak sama bagi orang lain atau sebaliknya. Jadi saya belajar untuk lebih blak-blakan, menyampaikan yang ada dalam benak saya, dan tak pernah berharap seseorang bisa membaca pikiran seseorang," katanya.
Dia bercerita, kunjungan rutin ke berbagai klinik dan kegiatan penjangkauannya sangat berat melewati jalan berbatu dan berlumpur.
“Terkadang, jalurnya hanya bisa dilalui dengan sepeda motor.
"Saya sering mengalami nyeri otot dan memar akibat kunjungan klinik dan kegiatan penjangkauan, yang bisa memakan waktu hingga empat jam atau lebih bolak-balik," katanya lagi.
Ia mengatakan, meski menempuh perjalanan berat, bertekad untuk menjangkau masyarakat setelah menyaksikan bagaimana penduduk desa harus berjalan berjam-jam agar sampai ke fasilitas kesehatan terdekat dan tidak semua berhasil tepat pada waktunya untuk mendapatkan perawatan.
"Itu membuat saya sadar betapa beruntungnya saya dilahirkan dan tinggal di negara dengan akses kesehatan yang mudah.
"Ini menjadikan pepatah 'hal-hal yang kamu anggap remeh, adalah sesuatu yang berharga bagi orang lain', menjadi sangat bermakna," tambahnya.
Eliza juga bekerja dengan Doctors Without Borders dalam salah satu respons COVID-19 pertamanya di Hong Kong, memberikan layanan edukasi kesehatan kepada orang-orang yang rentan, kemudian membantu mengelola dukungan dan lokakarya kesehatan mental.
Semangat Eliza untuk tugas kemanusiaan juga dimiliki oleh kembarannya, Grace Loo.
"Grace sedang menunggu wisuda di Australia, dan jika semua berjalan lancar, dia akan bergabung dengan Doctors Without Borders tahun 2021. Grace dan saya memiliki semangat yang sama untuk melayani mereka yang kurang beruntung jauh sebelum kami bertemu satu sama lain dan telah saling berjanji bahwa kami akan bergabung dengan Doctors Without Borders dan menjadi 'Kembar Lintas Batas' yang sesungguhnya," katanya.