Skip to main content

    Indonesia: Memerangi COVID-19 dengan pendidikan dan pemberdayaan

    During the COVID-19 training for the community, the participants were divided into small groups. In the picture, one group presented their discussion results to the rest of the participants. © Cici Riesmasari/MSF

    Selama pelatihan COVID-19 untuk masyarakat, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Dalam gambar, satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya kepada peserta lainnya. © Cici Riesmasari/MSF 


     

    Edukasi, pelatihan dan pemberdayaan dengan Doctors Without Borders

    Satu tim Doctors Without Borders/Médecins Sans Frontières (MSF) mengkaji situasi di Kelurahan Kalibata. Tim menemukan bahwa kebingungan dan ketakutan merebak di Jakarta Selatan dan sulit bagi kebanyakan orang untuk menemukan sumber informasi COVID-19 yang terpercaya. 

    “Kami menemukan bahwa pusat kesehatan setempat, atau puskesmas, sangat menginginkan dukungan kami,” kata dr. Dirna Mayasari, wakil koordinator kesehatan Doctors Without Borders di Indonesia. “Kami perlu membantu mereka menemukan cara untuk mengedukasi dan memberi informasi pada masyarakat secara cepat dan dalam skala besar. Ketakutan bisa sama bahayanya dengan COVID-19.” 

     

    The MSF medical team introduced MSF to the participants. This training was attended by the adolescents of the village. © Sania Elizabeth/MSF

    Tim kesehatan Doctors Without Borders memperkenalkan Doctors Without Borders pada para peserta. Pelatihan ini diikuti oleh para remaja di kelurahan tersebut. © Sania Elizabeth/MSF 

    Puskesmas mengundang tokoh masyarakat, tokoh agama dan mereka yang dilatih untuk melatih orang lain agar menyuarakan keprihatinan mereka dalam pertemuan dengan Doctors Without Borders. 

    “Masyarakat perlu saran yang jelas tentang cara melindungi diri mereka dari COVID-19. Tapi mereka juga ingin berpendapat. Semua informasi yang mereka peroleh hanyalah komunikasi satu arah,” kata dr. Dirna Mayasari. “Orang-orang menginginkan kesempatan untuk bertanya, menyampaikan kekhawatiran mereka dan mengklarifikasi cara terbaik untuk mencegah virus baru ini. Mereka juga ingin berbagi cara menyebarkan informasi dalam komunitas mereka.” Oleh karena itu, Doctors Without Borders memutuskan untuk mendekatkan informasi dan mulai melakukan pelatihan tatap muka bagi kepala rumah tangga yang ada di RW 5. 

    Doctors Without Borders mengawalinya dengan melatih perwakilan dari 10 rumah tangga di RW 5. Sesi pelatihan diikuti oleh 10 orang dan berlangsung selama dua jam. Mereka kemudian memperluas pelatihan untuk mencakup lingkungan lain di wilayah tersebut. Dari Juni hingga Juli, Doctors Without Borders menjangkau lebih dari 150 orang. 

    During the COVID-19 training for the community, the participants were divided into small groups. Each group was asked to rearrange the flash cards showing the virus’ journey until it infects a person.  © Cici Riesmasari/MSF

    Selama pelatihan COVID-19 untuk masyarakat, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok diminta menyusun ulang flash card yang menunjukkan perjalanan virus hingga menginfeksi seseorang.  © Cici Riesmasari/MSF 

    “Kami percaya bahwa pemberdayaan masyarakat adalah kunci dalam merespon pandemi ini. Kalau masyarakat kita tetap sehat, mereka tidak perlu ke fasilitas kesehatan,” kata dr. Dirna Mayasari. 

    Sesi ini bersifat interaktif - mendorong diskusi, menggunakan visual dan permainan peran. “Ruang belajarnya aman,” kata Halimah. “Sangat menyenangkan belajar dengan flash card, dan dokter serta staf kesehatan lainnya menyampaikan informasi dengan cara sederhana. Sekarang, kami tahu bagaimana virus menyebar, apa yang harus dilakukan jika ada kasus positif COVID-19, dan langkah-langkah yang dapat kami lakukan untuk melindungi diri sendiri. Sekarang orang-orang mulai keluar karena pembatasan gerakan dilonggarkan, kami melihat kebanyakan memakai masker, dan mereka berusaha menjaga jarak satu sama lain.” 

    Mengatasi stigma COVID-19 

    Sesi edukasi kesehatan Doctors Without Borders menekankan bahwa menstigma orang yang terinfeksi COVID-19 memperburuk keadaan, misalnya menyebabkan orang menolak melakukan tes COVID-19 gratis yang disediakan oleh puskesmas. 

    Namun, sejak pelatihan yang didukung Doctors Without Borders dan sesi berbagi informasi dilakukan, para pemuka masyarakat melihat lebih sedikit stigma di lingkungan mereka terhadap orang yang terkena virus. Halimah juga melihat perbedaannya, “Saya bisa merasakan ada perubahan perilaku di masyarakat kami. Dengan pengetahuan baru kami tentang COVID-19, orang-orang tidak terlalu takut terhadap penyakit ini, mereka mematuhi langkah keamanan, dan tidak lagi menstigma orang-orang yang jatuh sakit.” 

    Dr Yulianto Santoso Kurniawan (front) and Nurse Lintang Tanjung Sibarani facilitated the MSF COVID-19 training for female cadres, homemakers, and community or religious leaders in Kalibata Village, South Jakarta, Indonesia. © Cici Riesmasari/MSF

    Dr. Yulianto Santoso Kurniawan (depan) dan Perawat Lintang Tanjung Sibarani memfasilitasi pelatihan COVID-19 Doctors Without Borders bagi kader perempuan, ibu rumah tangga, serta tokoh masyarakat atau pemuka agama di Kelurahan Kalibata, Jakarta Selatan, Indonesia. © Cici Riesmasari/MSF 

    Setelah beberapa sesi pelatihan Doctors Without Borders, seorang petugas dari puskesmas menginformasikan kepada Doctors Without Borders bahwa jumlah orang yang dites terus meningkat. 

    Saat ini, tim Doctors Without Borders mengadakan lokakarya dan pelatihan bagi petugas kesehatan masyarakat yang terlibat dalam penanganan kasus terduga COVID-19 dan mereka yang mengobservasi isolasi mandiri di Jakarta dan Provinsi Banten. 


    Kegiatan Doctors Without Borders di Indonesia dimulai pada tahun 1995, setelah gempa bumi Gunung Kerinci di Jambi. Doctors Without Borders kemudian memberikan perawatan kesehatan di berbagai provinsi di Indonesia hingga 2009 ketika meninggalkan negara itu. Pada tahun 2017, Doctors Without Borders kembali hadir dan saat ini program Doctors Without Borders di Indonesia meliputi peningkatan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan di fasilitas kesehatan dasar, pelatihan tenaga kesehatan, layanan konseling, serta penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.