Indonesia: Doctors Without Borders mengadakan lokakarya keracunan metanol untuk petugas kesehatan di Jakarta
Peserta workshop keracunan metanol berasal dari rumah sakit di Jakarta, serta Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan Kementerian Kesehatan. © Cici Riesmasari/MSF
Metanol (CH3OH) merupakan alkohol berbahaya yang dapat ditemukan di berbagai produk rumah tangga dan industri. Paparan metanol dapat menyebabkan keracunan yang dapat menyebabkan gangguan metabolisme parah, kehilangan penglihatan, gangguan saraf yang berkepanjangan, bahkan kematian. Sayangnya, keracunan metanol merupakan salah satu keadaan darurat medis yang terabaikan dan terjadi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Berdasarkan data dalam dua dekade terakhir, Indonesia memiliki jumlah laporan kasus terkonfirmasi dan dugaan keracunan metanol terbanyak di dunia. Sejak tahun 2017, tercatat lebih dari 200 insiden keracunan metanol di Indonesia yang dicatat oleh tim MSF. Namun jumlah total kasus yang dilaporkan dari orang-orang yang dikonfirmasi atau diduga mengalami keracunan metanol kemungkinan besar lebih dari 1.100, dengan lebih dari 700 kematian.
Mengingat hanya mencatat kasus-kasus yang diidentifikasi dalam laporan berita, skala sebenarnya dari masalah kesehatan masyarakat ini masih terlalu diremehkan. Terdapat kebutuhan mendesak untuk meningkatkan pelaporan dan pengawasan, langkah-langkah kesehatan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan meningkatkan pencegahan, serta memperkuat diagnosis tepat waktu dan manajemen medis pasien-pasien ini di fasilitas layanan kesehatan.
Dalam sambutan pembukaan lokakarya, Dr. Roger Teck, Direktur MSF Indonesia menjelaskan,
MSF mendukung Kementerian Kesehatan Pemerintah Indonesia dalam mengembangkan dan melaksanakan kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi risiko kesehatan dan menanggapi dampak bencana alam dan penyebab krisis kesehatan lainnya. Melalui Proyek Pusat Peningkatan Kapasitas untuk Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat (E-Hub), MSF bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, mendukung pencegahan, dan memperkuat praktik medis untuk keracunan metanol sebagai keadaan darurat medis yang terabaikan.
Dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes., Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) Kementerian Kesehatan menyambut baik komitmen MSF untuk berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan dalam memperkuat pencegahan dan penanganan keracunan metanol.
Dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes. (kiri), Direktur Direktorat PTM Kementerian Kesehatan RI, dan Dr. Roger Teck (kanan), Direktur MSF di Indonesia, membuka hari pertama lokakarya keracunan metanol , yang diselenggarakan oleh tim Emergency Hub. © Andrea Ciocca/MSF
Dr. Knut Erik Hovda, dokter spesialis pengobatan perawatan intensif dan toksikologi klinis dari Rumah Sakit Universitas Oslo di Norwegia, menjelaskan mekanisme keracunan metanol kepada para peserta. © Cici Riesmasari/MSF
Di akhir lokakarya, MSF menyerahkan poster yang menguraikan panduan praktis pengobatan klinis di fasilitas kesehatan yang dapat dipajang di tempat kerja mereka. © Andrea Ciocca/MSF
Dalam lokakarya ini, MSF Indonesia mengundang Dr. Knut Erik Hovda, dokter dari Rumah Sakit Universitas Oslo di Norwegia dengan spesialisasi pengobatan perawatan intensif dan toksikologi klinis, untuk berbagi keahliannya yang luas mengenai keracunan metanol--termasuk intervensi darurat dengan MSF. Diskusi lokakarya mencakup prosedur diagnostik, pilihan pengobatan, dan penilaian prognosis. Selain itu, para peserta mengeksplorasi pentingnya kesiapsiagaan darurat, dan mendiskusikan kemungkinan mengembangkan pedoman khusus yang disesuaikan dengan konteks Indonesia.
Para peserta juga mendapatkan paparan dari pakar dari Indonesia seperti Dr.dr. Tri Maharani, M.Si. Sp.EM, Litbang Kementerian Kesehatan dan Presiden Masyarakat Toksikologi Indonesia, dan Dr. Elvine Gunawan, seorang psikolog yang berbicara tentang aspek psikologis para penyintas keracunan metanol. Profesor Hossein Hassanian Moghaddam, Presiden Asosiasi Toksikologi Medis Asia-Pasifik dari Iran, bergabung dalam lokakarya melalui Zoom, untuk berbagi tentang wabah keracunan metanol nasional yang dramatis baru-baru ini di Iran selama respons terhadap Covid-19, karena meningkatnya penggunaan dan konsumsi metanol dalam pembersih tangan.
Diskusi ini mengakui adanya upaya signifikan yang perlu dilakukan di Indonesia untuk meningkatkan kesadaran di kalangan petugas kesehatan dan masyarakat. Perlu adanya dialog terbuka dengan masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat, mengenai pesan yang tepat mengenai pencegahan keracunan metanol, promosi perilaku pencarian layanan kesehatan untuk mengatasi tabu dan stigma, serta penerimaan penggunaan obat penawar racun, termasuk etanol sebagai obat yang menyelamatkan nyawa. Sangat penting bahwa biaya diagnosis dan pengobatan keracunan metanol ditanggung oleh BPJS Kesehatan, untuk memastikan akses terhadap pengobatan yang menyelamatkan jiwa ini bagi semua orang yang terkena dampak metanol.
Membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, lokakarya ini bertujuan untuk memberdayakan para profesional layanan kesehatan agar dapat merespons kasus keracunan metanol secara efektif. Hal ini tidak hanya memastikan pengobatan yang cepat bagi individu yang terkena dampak, namun juga membantu meningkatkan kesadaran tentang bahaya keracunan metanol di masyarakat, sehingga berpotensi mencegah insiden di masa depan dan menyelamatkan nyawa.